CERITA DEWASA - Perkenalkan nama saya Irwan, saya lelaki yang cukup dewasa karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan plastik.Agent Domino 99 Terpercaya
Disini saya akan menceritakan tentang kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan pengantin baru, yaitu Mas Andy dan Mba’ Erna.
Saat itu saya Cuma bermaksud melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.
Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu kulihat Mas Andy hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Erna yang hanya memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya memakai pakaian dalam saja.
Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Andy dan Mba’ Erna berbicara sambil berpelukan.
Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat itu sesekali Mba’ Erna tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Andy meremas buah dada Mba’ Erna.
Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya yang saya harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Andy membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mba’ Erna.
Lalu Mas Andy saat itu menyuruh Mba’ Erna memegang kejantanan Mas Andy. Mba’ Erna kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke dalam celana boxer Mas Andy, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mba’ Erna menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Andy tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD (celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Andy-pun memeluk Mba’ Erna. Saya tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya akan terpenuhi
Tidak lama kemudian, Mas Andy-pun melepas pelukannya dan Mba’ Mba’ Erna-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’ Erna hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.
Kemudian mendadak Mas Andy mengeluarkan kejantanannya dari CD (celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan puny saya, ucapku dalam hati melihat kejantanan Mas Andy.
Mas Andy-pun langsung menghimpit Mba’ Erna, tampaknya Mas Andy akan ber-penestrasi Mba’ Erna. Kulihat Mba’ Erna memelorotkan CD (celana dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja.
Sejurus kemudian saya melihat pelan Mas Andy memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Erna yang tertutup rambut kewanitaan.
Setelah kejantanan Mas Andy masuk keseluruhannya ke dalam liang senggama Mba’ Erna, Mas Andy langsung memeluk Mba’ Erna sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.
Saya sedikit keheranan kenapa Mas Andy tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Andy hanya diam memeluk Mba’ Erna.
Payah nih, ini pasti karena Mas Andy nggak tahan bermain lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Andy. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan tumpangsari pada Mba’ Erna.
Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Erna bisa mencapai klimaksnya, tetapi Mas Andy terlalu cepat.
Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Erna, meski Mba’ Ernaberusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Andy.
Dari hasil pengintaian saya kemarin, hal itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Erna dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di rahim Mba’ Erna, Itulah tekadku.
Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan Mas Andy itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mba’ Erna. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Idris. Siang ini saya menjumpai Idris di kantornya,
“ Hai Irwan, apa kabar ? ”, tanya Idris sambil menjabat tanganku.
“ Baik nih Dris”, jawabku sambil ter-senyum.
“ Oh iya, duduk dulu deh Wan, biar enak kita ngobrolnya ”, ucap Idris mempersilahkanku.
Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya mulai mengajukan permintaan,
“ Dris, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.
“ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Wan ? ”, tanya Idris.
“ Aku butuh pekerjaan nih Dris”, ucapku.
“ Ouh kerjaan, itu gampang Wan, memangnya kamu ingin diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Idris.
“ Bukan buwat aku maksudnya Wan, tapi ini untuk orang lain ”, terang saya.
“ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Idris.
“ Untuk temanku, Mas Andy namanya Dris, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”, terang saya.
“ Aneh… tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.
“ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Dris”, terangku pada Idris.
“ Oke deh Wan, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Idris menuruti saya.
“ Tapi… nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya Dris, hhe… Gimana, bisakan Dris ??? ”, pintaku lagi pada Idris.
“ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Wan, yaudah deh terserah kamu aja deh Wan ”, ucap Idris mengiyakan kemauan saya.
Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas Andy, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi. Idris menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Erna itu.
Sesampainya di kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Andy di tempat cuci, tampak Mas Andy sedang menyuci bajunya.
“ Mas… saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka percakapan.
Saat itu Mas Andy-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,
“ Ada apa Wan ??? ”, tanya Mas Andy.
“ Begini nih Mas, saya dengar Mas Andy mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku panjang lebar menjelaskan.
Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu tanggapan Mas Andy. Setelah beberapa saat Mas Andy kulihat terdiam, merenung, lalu
“ Hmmm… saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Wan ”,ucap Mas Andy.
“ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.
Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Andy berdiri menunggu. Saya-pun cepat-cepat membuka pintu.
“ Wah… sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap mas Mas Andy akan pergi lagi.
“ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha mencegah Mas Andy pergi.
“ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Andy.
“ Ndak… masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.
Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…
“ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Andy.
“ Ooo…itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.
“ Syaratnya apa aja ya Wan kira-kira ? ”, tanya Mas Andy.
“ Saya kurang tau juga tuh, Mas Andy pergi saja ke sana. temui teman saya, Idris, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Irwan.
“ Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja… ”, Mas Andy sepertinya keberatan.
“ Enggak… nggak… kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas Andy.
“ Hmmm…baiklah, saya coba dulu deh Wan, jam berapa ya ke sana ? ”, ucap Mas Andy.
“ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”, ucapku menyarankan.
Mas Andy hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Andy pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang. Saya menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
“ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.
Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Andy dari dalam kamarnya. Lama baru pintu dibuka, dan Mas Andy mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padsaya. Mba’ Erna tampak cantik sekali.
“ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.
“ Oh… nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk interview Wan ”, ucap mas Andy.
“ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”, ucapku berbasa-basi.
“ Terima kasih ya Wan ”, ucapnya.
Setelah berbasa – basi cukup lama, sayapun permisi,
“ Eehh… nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Andy berusaha mencegahku.
“ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Andy me-nyuruh istrinya.
Saya menolak dengan halus,
“ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada urusan ”, ucapku berpura-pura.
“ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”, ucap Mas Andy.
Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Erna tidak jadi membuat minuman. Sayapun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan menemukan pasangannya.
Hari ini rabu, Mas Andy sudah berangkat dan meninggalkan Mba’ Erna sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan.
Saya membongkar beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu. Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar tetanggsaya, mengetuk pintu,
“ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar jawaban,
“ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Erna dari dalam kamar itu.
Tidak kama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Erna melongokkan kepalanya yang berjilbab itudari celah pintu,
“ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.
“ Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.
“ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Erna sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
“ Eee…tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Andy ”, ucapku mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Erna mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Kaset itu berjalan bagus.
“ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’ Erna yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
“ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Erna kepada saya.
Pokoknya bagus deh Mba’ filnya ”, ucapku.
Kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mba’ Erna , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Erna hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dirasakan Mba’ Erna.
Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Erna menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Erna masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Erna menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan Mba’ Erna saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.
“ Ssssss… Oughhhh… Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.
Suara Mba’ Erna mendesah-desah , tampaknya merasakan kenikmatan. Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Erna, kemudian memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya katakan tadi.
Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Saya pun mulai melsayakan onani dengan memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Erna kulihat sudah empat kali klimaks, luar biasa.
Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Erna ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.
“ Aghhhhhh… ”, Mba’ Erna terpekik pelan menandai klimaksnya.
Sesaat setelah klimaks Mba’ Erna yang kelima saya-pun ejakulasi.
“ Oughhhhh… ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani di tanganku.
Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Andy dan bisa memuaskan Mba’ Erna nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi bersamaan. Kemudian Mba’ Erna sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Andy baru pulang. Sedikit berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.
Saya takut kalau-kalau Mba’ Erna ngomong macam- macam soal Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Erna dalam keadaan hampir bugil. Saat itu Mba’ Erna hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Andy.
Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Erna kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat Mba’ Erna seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.
Hal itu membuat Mba’ Erna tidak bisalagi mencapai klimaks dengan Mas Andy. Prediksiku, Mba’ Erna akan sangat tergantung pada Kaset itu untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.
Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin saya telah mengintip Mba’ Erna dan Mas Andy seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mba’ Erna tidak bisa klimaks.
Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermsaya.
Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga sebelahku, Mba’ Erna yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu kamarnya pelan,
“ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’ Erna.
“ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Erna menyahut dari dalam kamar.
Mba’ Erna-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang se’dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda, terlihat sangat manis sekali,
“ Oh kamu Wan, kenapa lagi Wan kamu kesini ??? ”, tanya Mba’ Erna.
“ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara mengelurkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mba’ Erna menjadi sangat serius,dan berkata
“ Kamu bener-bener kurang ajar ya Wan, masa kamu muterin Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Erna sedikit keras.
Saat itu saya terkaget, ternyata dia marah. Lalu saat itu juga saya cepat mengarang alasan,
“ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’, kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, sekali lagi maafkan saya ya Mba’ ”, ucapku.
Saat itu Mba’ Erna tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka. Mba’ Erna kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
“ Eeeh… kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Erna.
Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Erna, dengan tenang saya menjawab,
“ Ahhh… Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan tegas.
“ Kurang ajar kamu ya Wan, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Erna.
“ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Andy khan ”, ucapku sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Rika terkejut,
“ Ka… kamu… ”.
Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya memotongnya,
“ Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mba’ Erna, saya jamin Mba’ Erna bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.
“ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.
“ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya, ayolah Mba’ Erna jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mba’ Erna tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Erna nggak akan pernah mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.
Saat itu Mba’ Erna terdiam sebentar, saya senang dan berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,
“ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar kamu !!!! ucap Mba’ Erna membentak saya lagi.
Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Erna dan berkata,
“ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’ tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku sedikit tegas.
Lama kulihat Mba’ Erna terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,
“ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mba’ Erna hanya diam terduduk di ranjangnya, saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Erna, kulihat dia menangis,
“ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Erna dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Erna hanya menurut saja, saya senang seklai saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya. Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.
Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke dalam celana Mba’ Erna. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.
“ Aghhhhh… Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Erna mengiringi setiap aksi jemariku.
Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mba’ Erna dengan merata. Saya pun mengincar klitoris Mba’ Erna yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.
Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di dalam mulutku,
“ Eummm… sruppp… eummmm… sruppp… sruppp ”, suara lidahku menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris Mba’ Erna.
“ Aghhhh… Oughhhhh… Sssssss… Wan… Aghhhhhh ”, desah Mba’ Erna mulai terdengar.
Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama Mba’ Erna dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu. Perlahan kubimbing Mba’ Erna mencapai puncaknya, hingga akhirnya…
“ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Erna mengiringi klimaksnya.
Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Erna yang telah basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita yang klimaks.
Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Erna mencapai klimaksnya. Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.
Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya, kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Erna ,
“ Aghhhh… Oughhhh… yeaah… ”, Mba’ Erna mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Erna, tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Erna, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Erna yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas buah dada Mba’ Erna bergantian,
“ Slurrpp… slrrrrpp… .slluuurpp ”, suara hisapan saya pada puting Mba’ Erna.
Dan sat itu-pun desahan Mba’ Erna mulai terdengar di telinga saya,
“ Ughhhh… Aghhhh… terus… Wan… terusin… Sssss… ”, ucapnya.
Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan Mba’ Erna. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Erna yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mba’ Erna sedikit kaget,
“ Oughhhh… eummm… slurpppp ”,
Saat itu Mba’ Erna tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’ Erna agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa memasukan kejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.
Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Andy yang biasa masuk. Sambil mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Erna, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus – elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.
Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Erna mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali,
“ Oughhhhh… Ssssssssssssssss…. Enak Wan … Aghhhhhhh ”, desah Mba’ Erna.
Mba’ Erna mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.
“ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Rika terpekik.
Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, saya tersenyum.Saya pun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mba’ Erna dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.
“ Clepppp… Slerppp… Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.
Lalu Mba’ Erna pun berkata,
“ Oughhhhh… yeaaah… terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, racau Mba’ Erna mulai tidak terkendali.
Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Erna sedikit kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mba’ Erna yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.
“ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling beriringan.
Suara desahanku dan Mba’ Erna terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah. Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Erna, badannya kutarik sehingga kini diaada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu. Tanganku memegang pinggul Mba’ Erna, membantunya badannya untuk naik turun.
Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama… .
“ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh… ”, desah Mba’’ Erna.
Desahan panjang Mba’ Erna itu pertanda bahwa Mba’ Erna telah klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat.
Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Erna dan Mba’ Erna juga menyambut ciumanku. Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Erna ternyata menangis, lalu aku bertanya,
“ Kenapa Mba’ Erna ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya saya lembut penuh sesal.
Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Erna menjawab,
“ Nggak kog Wan, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia, sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”, ucapnya.
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’ Erna. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Erna ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,
“ Aghhhh… Aghhhh… Aghhhh… ”, desahku.
“ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Erna.
Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Erna. Untuk itu saya memeluk Mba’ Erna, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan.
Usahsaya berhasil karena perlahan Mba’ Erna kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat. Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Erna,
“ Ughhhh…Tahan… tahan… Mba’, kita keluarkan bersama-sama ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Erna.
“ Oughhhh…Ssss… saya udah tidak tahan lagi Rom… Oughhhh…”, ucap Mba’ Erna, sembari mendesah.
Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan klimaksnya.
“ Pelan – pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.
Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
“ Ouhhhh… Ssss… Aghhh… ”, Desah Mba’ Erna.
Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,
“ Lepaskan… lepaskan… Mba’, sekarang !!! suarsaya mengiringi desahan Mba’ Erna.
Sketika itu Mba’ Erna-pun menuruti saranku, diapun akhirnya melepaskan klimaksnya,
“ Ouhhhhhhhhhh… Ssss… Aghhhhh… … ”, desah Mba’ Erna.
suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’ Erna. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya. Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping Mba’ Erna yang juga telanjang. Mba’ Erna memelukku dan mencium pipiku berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.
“ Makasih ya Wan, saya puas sekali dengan permainan sexsmu… ”, bisik Mba’ Erna puas kepada saya.
Saat itu Mba’ Erna saya lihat senang, kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih.Domino 99
Saya sedih dan menyesal melsayakan ini dengan Mba’ Erna, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Erna.