Terbaru Nona Hesti


ONEBETQQ CERITA DEWASA - Hesti keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk di dada, langsung duduk di pangkuan Budiman, berhadapan dengan tempat dudukku. Kulihat Budiman agak canggung memangku Hesti dihadapanku, tapi Hesti bisa membawa diri mencairkan suasana terutama terhadap Budiman. Diciumnya kening Budiman, lalu pipinya sembil memeluk kepalanya dan menyandarkannya ke dadanya yang menonjol.

Kembali aku diliputi kecemburuan melihat kemesraan yang diberikan Hesti pada Budiman, tapi aku diam saja.

“sayang kenapa celananya sudah dipakai, kan kita belum selesai” ucapnya sambil mengelus rambut ikal Budiman yang masih bersandar di dadanya.Agen Domino 99 Terpercaya 

Agak terbata Budiman menjawab,

“aku belum pernah dikulum dan dijilati seperti itu, apalagi setelah keluar sperma”

“tapi permainan lidahmu sangat pintar”

“kalo itu sering aku lakukan dengan bule tamu disini, tapi ya sebatas itu tak lebih, dan aku tidak boleh pegang pegang, Cuma jilatan jilatan seperti itu sampai mereka puas, lumayanlah Mbak hasilnya bisa untuk tambah kebutuhan rumah tangga”

“kasihan sayang, ntar aku kasih yang enak ya” Hesti menghibur manja lalu mencium bibirnya.

Setelah kutunggu beberapa saat, ternyata Hesti tak juga beralih ke pangkuanku, tak mau menjadi penonton seperti kambing congek, kuambil inisiatif, kuhampiri mereka, aku berdiri di samping Hesti, kubuka resliting celanaku, kukeluarkan kejantananku dan kusodorkan ke mulut Hesti.

Dia langsung memegang kemaluanku dan memandangku dengan senyum menggoda, lalu lidahnya mulai bekerja di kepala kemaluanku, sambil mengocok kemaluanku dia memasukkannya ke mulutnya, dengan segera kemaluanku keluar masuk mulutnya.

Tangan Budiman mulai menjamah dada Hesti yang masih tertutup handuk, kutarik handuk putih yang melilit tubuhnya hingga terlepas, kini Budiman bisa dengan leluasa meraba menjelajahi buah dada Hesti yang menggantung indah menantang, diremasnya kedua bukit telanjang itu.

Hesti turun dari pangkuan Budiman dan berjongkok di depanku, Budiman ikut ikutan berdri di sampingku, kini kedua tangan Hesti memegang dan mengocok kejantanan kami berdua, gantian dia mengulum dari kiri ke kanan, kami berdua mendesis bersautan.

“jangan keluarin lagi ya” kata Hesti pada Budiman lalu meneruskan kulumannya. Meski melayani kami berdua Hesti tak tampak kesulitan, padahal kedua kemaluan kami tidak bisa dikatakan kecil, hampir sama panjang 17 cm tapi punya Budiman diameternya sedikit lebih kecil. Dengan penuh nafsu dia mempermainkan kami dari jilatan ke seluruh bagian kemaluan hingga kuluman memabokkan. Sekali sekali kepala kemaluan kami bersinggungan di depan bibir Hesti, seperti berebut masuk ke mulut mungilnya.

Sambil mendapatkan kuluman dan jilatan, kubuka pakaian dan celanaku, kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang.

Tiba tiba Budiman melangkah mundur hingga pegangan Hesti terlepas, Budiman menggeser ke belakang Hesti, kukira dia akan memeluk Hesti dari belakang ternyata dia telentang di belakang Hesti dan kepalanya menyusup di antara kakinya, Hesti segera membuka lebar kakinya memberi jalan kepala Budiman di bawahnya. Hesti terus menjilat dan mengulum kejantananku sementara kepala Budiman yang ada di bawahnya menjilati kemaluannya dari bawah.

Hesti menggoyang pinggulnya mengimbangi permainan Budiman sementara aku mengocokkan kemaluanku di mulutnya, kepala dan pinggul Hesti sama sama bergoyang memainkan irama yang berbeda, entah bagaimana dia mengatur konsentrasinya. Ternyata jilatan Budiman lebih mengganggu konsentrasinya, Hesti sering menghentikan kulumannya hanya untuk menikmati permainan lidah Budiman di kemaluannya. Tak mau terlalu sering terganggu, kutuntun Hesti ke kursi, kuminta dia di pangkuanku, perlahan dia menurunkan tubuhnya di pangkuanku sambil melesakkan kemaluanku di kemaluannya yang sudah basah, entah basah karena rangsangan kami berdua atau basah karena ludah Budiman.

“oouughh.. ss.. ennak mass” dia mendesis ketika kemaluanku perlahan menerobos liang kenikmatannya, kuremas kedua buan dada yang menantang di depan mukaku dan kukulum keras ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya. Rupanya Budiman tak mau tinggal diam, dia mendatangi Hesti dari belakang, disibakkannya rambut Hesti ke atas hingga tampaklah tengkuknya yang putih mulus, Budiman langsung mencium dan menjilati tengkuk Hesti membuat dia menggelinjang hebat di pangkuanku, goyangannya jadi kacau tapi justru makin membuat kemaluanku diremas dan serasa dipilin di kemaluannya.

Kuremas erat kedua buah dadanya, ternyata Budiman ikutan meremasnya, kini masing masing buah dada mendapat remasan dua tangan. Ciuman Budiman beralih ke telinga, dikulumnya telinga Hesti membuat dia makin kelojotan, dengan aksi Budiman seperti itu sebenarnya aku yang diuntungkan karena kemaluannya makin erat mencengkeram kemaluanku, menambah kenikmatan, justru lebih nikmat daripada tadi malam, ternyata sensasinya luar biasa.

Hesti meraih kejantanan Budiman yang sudah berdiri telanjang di sampingnya, dikocoknya sambil kembali bergoyang pinggul, tubuhnya mulai turun naik sambil bergoyang memutar, kejantananku meluncur keluar masuk dan teremas di kemaluannya, semakin cepat dia mengocok kemaluanku semakin nikmat rasanya, desahan atau jeritan Hesti sudah diluar kontrol, begitu liar.

Beberapa menit kemudian kurasakan tubuh Hesti menegang, dia memelukku erat ketika kurasakan kemaluannya berdenyut hebat, sehebat jeritan Hesti dalam kenikmatan puncak sexual, orgasme. Kubiarkan dia menikmati detik detik pasca orgasme, jantungnya berdetak dengan kencang, tapi itu tak berlangsung lama ketika Budiman memeluk Hesti dan dengan sedikit paksa menarik tubuh Hesti ke atas hingga kemaluanku terlepas dari kemaluannya.

Dia lalu membopong tubuh Hesti dan menelentangkannya di ranjang, langsung menindih tubuh Hesti yang sudah pasrah menunggu, terlihat begitu kontras antara Hesti yang putih mulus ditindih Budiman yang coklat tua. Budiman dengan rakusnya menciumi Hesti, kening, pipi, bibir, lehernya yang jenjang, hingga kedua payudaranya, tak sejengkal daerah sexy Hesti terlewatkan dari sapuan bibir dan lidahnya. Kembali rasa cemburu menghampiriku melihat bagaimana Budiman menikmati hangat dan gairahnya tubuh Hesti.

Ganasnya Budiman mempermainkan buah dada dan puting Hesti segairah desahan Hesti yang kembali terbakar birahi. Budiman menyapukan sebentar kejantanannya di bibir kemaluan yang basah itu, tapi sebelum Budiman melesakkan kejantanannya, Hesti mendorong tubuhnya menjauh.

“sabar ya sayang, kamu pakai kondom dulu, tuh ambil di laci” katanya. Mungkin Budiman agak dongkol tapi dia tak bisa berbuat lain kecuali meninggalkan Hesti yang sudah dalam keadaan pasrah. Melihat tubuh telanjang Hesti yang telentang menantang, aku tak mau membuang kesempatan, sambil menunggu Budiman memasang kondom, kuhampiri Hesti dan tindih sambil mencium bibirnya.

“ah Mas Heldhy nakal, kan giliran Budiman” godanya sambil melirik Budiman yang sedang menyobek bungkus kondom.

“dia sedang mempersiapkan tuh” kataku sambil menyapukan kejantananku yang telanjang tanpa kondom ke kemaluannya, sekali dorong melesak semua ke dalam diiringi jerit kenikmatan dari Hesti.

Pantatku langsung turun naik di atas tubuh telanjangnya, menggenjot secepat dan sedalam mungkin sambil memandang wajah cantik Hesti, rona merah mukanya terlihat jelas di wajahnya yang putih menambah kecantikan dan gairahnya.

Budiman yang sudah siap, menghampiri kami, dengan kemaluan yang terbungkus kondom disodorkannya ke mulut Hesti, bibir Hesti yang terbuka mendesah langsung terbungkam kemaluan tegang Budiman.

Sambil menerima kocokanku, Hesti juga mengocok kemaluan Budiman di mulutnya, kami saling mendesah bersautan. Tangan Budiman meremas remas buah dadanya dengan gemas sambil memainkan puting kemerahan.

Berdua kami mengocok Hesti dari atas dan bawah, berulang kali tubuhnya menggeliat ketika kusodok dengan keras.

“Aaagh..mmgghh..eegghh..cukup..eeghh..cukup..eegghh..cukup mas, aku nggak mau keluar lagi, ganti Budiman” pintanya.Beritaseks com

Meski agak berat, terpaksa aku memberikan kenikmatan dan kemaluan ini ke Budiman, tapi sebelum kuberikan aku baru sadar bahwa sejak tadi malam aku belum melakukan jilatan di kemaluan Hesti, harus kulakukan sekarang sebelum kemaluan Budiman mengobok obok kemaluan ini, now or never. Begitu kucabut kemaluanku, langsung bibir dan lidahku menggantinya, tak kuhiraukan cairan di kemaluan Hesti yang cukup banyak, lidahku memainkan klitoris dan bibir kemaluannya.

“AAuughh.. sshh.. naakaal.. ss.. mass..ssuddaah” desahnya kaget, tak menyangka aku melakukan ini.

Lidahku menjelajah ke daerah kemaluannya, tak kupedulikan Budiman yang sudah bersiap disampingku menunggu giliran, tubuh Hesti menggeliat kelojotan, tangannya dikepalaku menekan dan menarik, pantatnya terangkat ke atas merasakan jilatan kenikmatan dari bibir dan lidahku.

Tanpa setahu Hesti kuberi aba aba ke Budiman untuk segera bersiap, maka begitu bibirku meninggalkan liang kemaluannya Budiman langsung mengisi dengan kemaluannya.

Dengan sekali dorongan yang cepat, langsung kemaluan itu melesak ke liang kenikmatannya yang disambut teriakan kaget Hesti menerima sodokan keras dari Budiman. Tanpa menunggu lagi begitu kemaluan itu masuk semua langsung Budiman menarik keluar dan mendorong masuk lagi dengan lebih cepat, kocokan Budiman begitu ganas sambil lidah dan bibirnya tak pernah lepas dari bibir dan leher jenjang Hesti.

Kulihat Budiman begitu gemas melihat wajah Hesti yang mengerang kenikmatan, berkali kali dia menciumi pipi kiri dan kanannya diselingi lumatan bibir. Sepertinya dia mendapatkan rejeki nomplok bisa menikmati kehangatan dan ke-sexy-an tubuh Hesti dengan segala kenikmatannya, apalagi Hesti memperlakukannya seperti layaknya seorang kekasih dalam bercinta, Hesti selalu menyambut kuluman Budiman dengan penuh gairah meski gaya permainan Budiman cenderung kasar. Dekapan Budiman tak pernah lepas dari Hesti, mereka menyatu dalam permainan birahi yang ganas. Permainan Budiman kasar dan monoton membuat Hesti harus mengambil inisiatif, dia ikutan menggoyangkan pinggulnya meski agak susah karena terhimpit pinggul Budiman dan terhalang kocokannya, tapi dia masih bisa meggoyangkannya.

“dari belakang Bud” pinta Hesti untuk doggie disela desahannya, tapi Budiman tak menggubris, dia masih tetap mengocok dan memeluk Hesti lebih erat.

Sebenarnya aku ingin gabung dengan mereka tapi aku ingin memberi Budiman kesempatan untuk lebih menikmati kehangatan Hesti, disamping itu aku juga ingin tahu seberapa tahan dia menghadapi ganasnya gairah binal Hesti. Dan ternyata dugaanku benar, tak lebih dari sepuluh menit Budiman menggeluti Hesti dia sudah teriak kenikmatan, orgasme kedua yang dia dapat dari Hesti. Tubuh Budiman menelungkup di atas Hesti, keringatnya mengalir deras, sederas semprotannya di kemaluan.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Services

Visitor

Flag Counter

Popular Posts

Search This Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Recent Posts