Rindu Kehangatanmu

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

CERITA DEWASA - Sebagai kepala bagian umum, tugas Susilo pagi itu memang sangat sibuk. Jam tujuh lewat sepuluh menit, dia sampai di kantor. Anak buahnya yang terdiri dari petugas kebersihan dan pesuruh kantor, sudah menunggu kedatangannya, untuk menerima perintahnya – pekerjaan apa yang harus mereka lakukan. Tanpa membuang waktu lagi, Susilo langsung saja membagi tugas. Sebagian mempersiapkan ruang pertemuan yang akan digunakan sebagai ruang serah terima jabatan pimpinan dari pimpinan yang lama ke pimpinan yang baru – yang akan di teruskan dengan perkenalan. Sebagian lagi, di tugaskan untuk mempersiapkan konsumsi.
Sementara Susilo dan para bawahannya sibuk berbenah, para karyawan yang lain tampak saling membicarakan calon pimpinan mereka yang baru, yang akan menggantikan Pak Hengki.
“Katanya sih seorang cewek.” Celetuk salah seorang karyawan.
“Galak tidak, ya?” tanya yang lain.
“Semoga saja tidak seperti Pak Hengki.” Harap seorang karyawan.
Jam delapan lewat lima belas menit, empat buah mobil mewah berhenti di pela-taran parkir kantor. Segera para bawahan Susilo yang di tugasi menyambut dan membukakan pintu mobil melaksanakan tugas mereka. Dari keempat mobil itu, turun empat orang para pemimpin perusahaan. Salah seorang dari mereke, adalah seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh lima tahun, berwajah cantik, hidung bangir, bodi sintal.

Semua karyawan pun bertanya-tanya, siapa perempuan setengah baya yang masih tampak cantik dan anggun itu? Sebab mereka semua belum tahu, siapa perempuan itu. Meski ada pula yang menduga-duga, apa mungkin perempuan cantik itu yang bernama Bu Siti Nara? Calon pimpinan mereka? Kalau ketiga lelaki yang mengiring perempuan cantik itu, adalah Pak Hengki, pimpinan yang akan diganti. Sedang dua lelaki yang berjalan di belakang mereka, adalah Pak Suryo dan Pak Handoko, direktur operasional dan direktur personalia.
Keempat orang itu masuk. Di lobbi, beberapa karyawan dan staf menyambut dengan anggukan kepala dan senyum ramah. Lalu mereka menaiki tangga, menuju ke lantai dua kantor itu. Di sana, mereka kembali di sambut oleh seluruh staf dan karyawan dengan ramah dan hormat. Setelah itu, baru kemudian keempat pimpinan perusahaan itu langsung menuju ke ruang pertemuan. Di mana akan diadakan acara serah terima jabatan dan juga perkenalan.
Semua karyawan dan staf semakin yakin, bahwa perempuan cantik jelita dan anggun mempesona itu, tentulah Siti Nara, calon pimpinan mereka yang baru. Yang akan menggantikan Pak Hengki.
“Saudara-saudara sekalian, hari ini akan diadakan acara serah terima jabatan pimpinan utama perusahaanini, dari Pak Hengki yang akan pindah tugas ke Surabaya, kepada Ibu Siti Nara. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan acara pelepasan dan perkenalan . . .” protokol memberitahukan. Setelah itu, acara serah terima jabatan yang di saksikan oleh beberapa orang manager dan kepala bagianpun dilaksanakan.
Pak Hengki selaku mantan pimpinan diberi waktu untuk menyampaikan sambutan sebagai ungkapan perasaannya sebelum pergi meninggalkan kantor dan para karyawannya.
“Sebenarnya saya merasa berat sekali meninggalkan teman-teman yang selama ini telah banyak memberikan bantuan serta menjali kerja sama dengan saya. Namun di karenakan adanya tugas baru yang harus saya laksanakan, maka dengan berat hati terpaksa saya harus menerima perpisahan ini . . .” Pak Hengki sejenak menghentikan ucapannya. Menarik napas dalam-dalam. Lalu setelah memandang sesaat ke arah perempuan cantik yang berdiri di sampingnya, Pak Hengki meneruskan : “ . . . saya akan pergi meninggalkan kalian semua yang saya cintai. Namun sebelumnya, terlebih dulu saya meminta maaf pada kalian semua, apabila selama saya menjadi pimpinan di perusahaan cabang ini pernah – bahkan mungkin sering membuat kelalaian maupun kesalahan, kiranya kalian berkenan memafkan. Dan kepada Ibu Siti Nara, saya ucapkan selamat datang dan selamat bekerja. Kiranya, Bu Nara bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas di perusahaan ini.”
Selesai Pak Hengki menyampaikan sambutan, kemudian diteruskan sambutan yang disampaikan oleh Ibu Siti Nara.
“. . . terimakasih saya ucapkan pada semuanya, yang telah memberikan sambutan pada saya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Hengki, saya akan berusaha untuk bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil kerja di perusahaan ini. Dan kepada Pak Hengki, saya pribadi maupun seluruh staf dan karyawan di perusahaan ini mengucapkan selamat jalan dan selamat menjalankan tugas baru. . .”
Selesai acara serah terrng disampaikan oleh Ibu Siti Nara.
“. . . terimakasih saya ucapkan pada semuanya, yang telah memberikan sambutan pada saya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Hengki, saya akan berusaha untuk bisa meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil kerja di perusahaan ini. Dan kepada Pak Hengki, saya pribadi maupun seluruh staf dan karyawan di perusahaan ini mengucapkan selamat jalan dan selamat menjalankan tugas baru. . .”
Selesai acara serah terima dan sambutan, dengan diiringi oleh para direksi dan manager serta kepala bagian, Pak Hengki meninggalkan ruangan itu. Menuju ke lantai lima paling atas, menyalami seluruh staf dan karyawan dan mengucapkan selamat tinggal. Sedangkan Ibu Siti Nara yang mendampingi Pak Hengki, menyalami mereka sambil memperkenalkan diri dan memberitahu bahwa dia akan menggantikan Pak Hengki di kantor itu.
Dari lantai lima, mereka turun ke lantai di bawahnya, dan seterusnya sampai di lantai dasar dan mengantar Pak Hengki sampai masuk ke dalam mobilnya. Berdiri di teras kantor. Mereka baru masuk kembali, setelah Pak Hengki dengan mobilnya melaju meninggalkan pelataran parkir kantor.
Ibu Nara kemudian diantar menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai tiga.
“Kami berharap kiranya di bawah kepemimpinan ibu, kwalitas dan kwantitas hasi di teras kantor. Mereka baru masuk kembali, setelah Pak Hengki dengan mobilnya melaju meninggalkan pelataran parkir kantor. Agen Domino 99 Terpercaya

Ibu Nara kemudian diantar menuju ke ruang kerjanya yang berada di lantai tiga.
“Kami berharap kiranya di bawah kepemimpinan ibu, kwalitas dan kwantitas hasil kerja kami meningkat,” kata Pak Suryo.
“Benar, Bu. Semoga ibu berkenan membimbing dan menegur kami jika ibu mendapatkan kekurangan atau kesalahan yang kami perbuat dalam menjalankan tugas,” timpal Pak Handoko.
“Begitu halnya dengan saya. Kiranya jika saya ada kelalaian atau kekurangan, Pak Suryo dan Pak Handoko, berkenan memberi teguran dan saran,” balas Bu Nara sambil tersenyum, yang semakin menambah cantik dan anggun wajahnya.
“Selamat bekerja, Bu,” kata Pak Suryo dan Pak Handoko hampir bersamaan.
“Terimakasih.”
Pak Suryo dan Pak Handoko pun pergi meninggalkan ruang kerja Bu Nara.
Sepeninggal kedua orang direktur itu, Siti Nara tidak langsung memegang dan mengerjakan tugas-tugasnya. Sesaat dia menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi kerjanya yang empuk. Ditengadahkan wajahnya, memandang ke langit-langit ruang kerjanya. Dihelanya napas panjang dan berat. Hatinya bertanya, apakah dengan kedudukannya yang baru dan tinggi sebagai direktur utama, dia telah mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang dia harapkan?
Sepi. Lagi-lagi kesepian yang dia rasakan. Tidak di rumah, tidak di kantor, maupun dimana saja dia berada. Hatinya yang kecewa, membuatnya jadi merasa kesal dan dendam. Dan kekesalan serta dendam yang ada di hatinya itulah, yang membuat hidupnya jadi terasa sepi. Dan itu semua dikarenakan lelaki. Sebab, lelaki-lah yang telah membuatnya jadi begitu. Kesepian. Memendam rasa kecewa, dendam dan benci. Sehingga sampai dia berusia tiga puluh lima tahun, dia belum menikah. Dia masih sendiri, dan tetap akan sendiri. Entah sampai kapan. Sebab hatinya sudah membeku untuk bisa menerima cinta dari seorang lelaki. Hatinya terlanjur sakit. Sakit yang di sebabkan oleh perbuatan lelaki.
Kurang apa aku ini? Tanyanya dalam hati pada diri sendiri. Wajah dan tubuhku tak jelek. Tetapi, kenapa dia tega menyakitiku? Kenapa dia tega meninggalkanku dan lari ke perempuan lain, setelah puas merenggut kegadisanku?
Ingatnya, seketika kembali melayang pada kejadian beberapa tahun yang silam. Pada mantan kekasihnya yang tega mengkhianati dan menyakiti dirinya. Ya, lelaki yang dicintai dengan sepenuh hati, ternyata tega mengkhianati dan menyakiti perasaannya. Tega meninggalkannya begitu saja dan menikah dengan perempuan lain, setelah dia menyerahkan kehormatannya. Menyerahkan segala-galanya.
***
Siti Nara tersadar dari lamunannya, ketika pintu ruang kerjanya terdengar di ketuk dari luar. Segera dia membetulkan letak duduknya. Menegakkan punggung dan duduk dengan sempurna memandang ke arah pintu ruang kerjanya yang diketuk.
“Masuk!” perintahnya.
Perlahan namun pasti, pintu ruang kerja itu terbuka. Masuk seorang lelaki muda dan tampan dengan bibir tersenyum simpati. Lelaki itu menganggukkan kepala hormat.
“Selamat pagi, Bu?” sapanya.
“Pagi. Ada apa?”
“Maaf, Bu. Ibu minumnya apa?”
“Kamu pelayan di sini?”
“Bukan, Bu. Saya kepala bagian umum.”
“Siapa namamu?”
“Susilo, Bu.”
“Kenapa tidak anak buahmu saja yang kemari?”
“Maaf, Bu. Saya kawatir kalau anak buah saya yang langsung menemui Ibu. Ibu kurang berkenan. Karena itulah, saya memberanikan diri menemui Ibu.”
Siti Nara terdiam sesaat dengan mata memandang lekat ke wajah Susilo. Yang di pandang, tak berani mengangkat muka. Merasa di pandang, Susilo malah semakin menundukkan kepala dalam-dalam.
“Apa ada pelayan kantor yang perempuan?” tanya Siti Nara.
“Tidak ada, Bu. Semua laki-laki.”
“Hmm . . .” Siti Nara menggumam. “Baiklah. Aku minta air putih saja.”
“Baik, Bu. Akan saya suruh anak buahku untuk mengantarnya.”
“Anak buahmu?” ulang Siti Nara dengan kening mengerut.
“Ya, Bu.”
“Kenapa tidak kamu?” tanya Siti Nara.
“Kalau memang itu yang Ibu inginkan. Baiklah. Permisi, Bu.”
“Mau kemana?”
“Bukankah Ibu menginginkan segelas air putih?”
“Ya.”

“Kalau begitu, saya akan segera mengambilkannya. Permisi . . .”
Susilo melangkah mundur ke arah pintu, kemudian keluar sambil menutup pintu ruang kerja pimpinannya.
Siti Nara tersenyum sendiri, melihat apa yang baru saja dilakukannya. Dimana dia telah membuat salah seorang lelaki harus menuruti perintahnya. Padahal, tak seharusnya lelaki itu melakukannya, karena Susilo adalah kepala bagian. Seharusnya yang melayani masalah minuman dan makan siang pimpinan perusahaan itu, adalah anak buahnya – yaitu pesuruh kantor atau office boy. Namun Siti Nara sengaja menyuruh Susilo langsung, untuk sekedar membuktikan, apakah dirinya mampu membalas sakit hatinya pada laki – laki. Dan nyatanya, dengan jabatan serta kedudukannya, dia mampu melakukannya.


Sambil menunggu Susilo kembali dengan membawakan minuman untuknya, Siti Nara pun mulai membuka-buka map-map berisi surat-surat yang harus ditandatanganinya.
Baru membuka satu map saja, dia sudah melihat adanya kesalahan laporan dari salah satu bagian : segera dia menekan nomor telepon ke sekretarisnya.
“Tolong kau kemari!” printahny.
“Baik, Bu,” terdengar jawaban sang sekretaris.
Siti Nara meletakkan kembali teleponnya, lalu dia kembali memeriksa laporan itu sambil menunggu sang sekretaris datang menemuinya.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu ruang kerjanya di ketuk dari luar.
“Masuk!”
Pintu terbuka. Masuk Susilo membawakan segelas air putih sebagaimana yang di minta oleh Siti nara.
“Ini, Bu.”
“Letakkanr.
“Masuk!”
Pintu terbuka. Masuk Susilo membawakan segelas air putih sebagaimana yang di minta oleh Siti nara.
“Ini, Bu.”
“Letakkan di situ.” Siti Nara menunjuk sudut mejanya yang kosong.
Susilo pun meletakkan gelas berisi air putih yang tertutup dan di tataki dengan lepek di tempat yang ditunjuk.
“Kalau Ibu ada keperluan lagi, jangan sungkan-sungkan memanggil saya di pesawat 011,” kata Susilo.
“Ya.”
“Permisi, Bu.”
“Ya.”
Susilo hendak melangkah untuk pergi meninggalkan ruangan itu, ketika Siti Nara memanggilnya. “Hei, sebentar . . .!
Susilo menghentikan langkahnya, lalu berbalik. “Ada apa, Bu?”
“Siapa namamu?”
“Susilo, Bu.”
“Kau kepala bagian umum?”
“Ya, Bu.”
“Ini ruangan dibersihkan tidak, sih?” tanya Siti Nara dengan wajah menunjukkan rasa tak senang.
“Dibersihkan, Bu. Bahkan tiap pagi dan sore, oleh bawahan saya disedot dengan penyedot debu.”
“Kok kotor amat?! Cepat bersihkan.”
“Baik, Bu. Akan saya suruh anak buah saya yang bertugas di ruangan ini membersihkannya.”
“Anak buahmu?”
“Ya, Bu.”

“Tidak. Aku tidak percaya pada anak buahmu nyatanya ruangan ini masih kotor. Aku ingin kau yang membersihkannya.”
Tersentak kaget Susilo mendengar perintah pimpinannya itu. Ada apa sebenarnya dengan pimpinannya yang baru itu? Tak semestinya dia diperintah membersihkan ruangan, karena itu adalah tugas bagian kebersihan. Sedang dia adalah seorang kepala bagian. Ini sudah sangat keterlaluan sekali. Namun Susilo tak berani menolak apalagi menentang perintah pimpinan.
“Kok masih diam? Cepat ambil penyedot debu dan bersihkan ruangan ini!” perintah Siti Nara.
“Baik, Bu.”
Susilo pun segera keluar meninggalkan ruangan itu untuk mengambil alat penyedot debu.
Tak beberapa lama, masuk Yunita sekretaris direksi.
“Pagi, Bu?”
“Pagi. Kau sekretaris di sini?”
“Ya, Bu.”
“Mana yang namanya Sulistio?” tanya Siti Nara.
“Ada apa memangnya, Bu?”
“Suruh dia kemar, Bu?”
“Suruh dia kemari!”
“Baik, Bu.”
Yunita pun bergegas keluar meninggalkan ruangan itu untuk memanggil Sulistio, kepala bagian Administrasi Kredit.
Siti Nara kembali memeriksa berkas-berkas laporan yang lannya dengan teliti dan seksama. Saat itu, masuk Susilo dengan membawa penyedot debu. Susilo pun langsung menjalankan pekerjaanya, menyedot debu yang ada di ruangan itu. Sedang Siti Nara, bagai tak terganggu oleh suara mesin penyedot debu trus saja bekerja memeriksa berkas – berkas laporan.
Dari luar, terdengar ketukan pintu. Siti Nara menghentikan pekerjaannya, memandang ke arah pintu yang di ketuk. DOMINO QQ
“Masuk!”
Pintu terbuka. Muncul seorang lelaki berusia sekitara tiga puluh lima tahun.
“Selamat pagi, Bu?”
“Pagi. Anda yang bernama Sulistio?”
“Benar, Bu.”
“Anda ini bagaimana, sih? Masak buat laporan begini saja tidak becus! Lihat ini!” Siti Nara menyodorkan map yang berisi berkas laporan yang dibuat Sulistio. Yang dengan segera diterima oleh Sulistio dengan wajah menunjukka rasa heran dan tak mngerti.
Heran, karena melihat Susilo mengerjakan pekerjaan yang seharusnya tidak dia lakukan. Sebab Susilo adalah seorang kepala bagin. Yang seharusnya melakukan, adalah bawahannya. Tak mengerti, karena dia merasa laporannya benar. Tetapi kenapa Bu Nara menyalahkannya.
“Coba periksa lagi!” perintah Siti Nara.
“Maaf, Bu. Saya tidak melihat kesalahannya.”
“Hei, apa mata anda sudah minus? Kesalahan segitu menyoloknya, sampai tidak melihat! Coba perhatikan sekali lagi!” bentak Siti Nara kasar, yang membuat Sulistio semakin bertambah bingung, sekaligus juga kesal. Dia pun kembali berusaha memeriksanya. Dan memang, akhirnya dia menemukannya. Hanya selirih angka lima puluh. Antara jumlah dan urutan angka-angka. Seharusnya ada jumlah 50 rupiah di jumlah, namun di situ tak tertulis
***
Semakin hari, sikap Siti Nara semakin menjadi-jadi. Semakin banyak staf maupun karyawan lelaki yang kena marah dan kena tegur. Sekecil apapun kesalahan yang diperbuat oleh karyawan pria, maka akan menjadikan masalah yang besar. Padahal kesalahan yang dilakukan karyawan itu mungkin tidak tidak disengaja. Tapi itulah kenyataannya. Jika ada seorang karyawan pria yang berbuat kesalahan, maka Bu Nara akan memarahinya habis-habisan, seakan kesalahan yang di perbuat karyawan itu benar-benar fatal. Sebaliknya, jika karyawati yang berbuat kesalahan, meski kesalahan itu besar dan hampir fatal, Bu Nara diam-diam saja.
Keadaan seperti itu jelas membuat mereka sebagai kaum lelaki merasa diperlakukan tidak adil. Hampir saja teman-teman Susilo mengadakan aksi protes, kalau saja Susilo tidak segera berusaha mencegahnya.
“Tindakannya sudah sangat keterlaluan, Sus,” kata salah seorang teman Susilo dengan nada sewot.
“Jelas itu sebuah diskriminasi, Sus. Masak kalau kaum kita berbuat kesalahan meski sekecil apapun, dia akan marah besar, seakan kesalahan yang kita perbuat sangat fatal? Sedangkan kalau kaumnya yang bebuat kesalahan, walau kesalahan itu hampir fatal, dia diamkan saja. . .!” timpal yang lain.
“Ya, pimpinan macam apa dia? Kalau begitu terus, bisa-bisa hancur perusahaan kita.”
Susilo cukup mengerti akan perasaan mereka. Bahkan, Susilo juga pernah mengalami hal seperti yang mereka alami. Namun, haruskah mereka melakukan unjuk rasa?
“Bagaimana menurutmu, Sus? Apa kita demo saja?”
“Jangan!” larang Susilo.
“Kenapa. . .?”
“Pantaskah kita sebagai lelaki, mendemo seorang perempuan?”
“Kenapa memangnya?”
“Malu. . .”
“Malu kenapa?”
“Ya, malu. . . Masa kita kaum lelaki mendemo seorang wanita hanya karena kita merasa diperlakukan tak adil? Jika hal itu sampai terjadi, lalu dimana harga diri kita sebagai lelaki?”
Semua teman Susilo terdiam, seakan mereka berusaha untuk merenungi perkataan Susilo.
“Lalu, apa kita akan menerima perlakuannya begitu saja?” tanya salah seorang dari teman-teman Susilo.
“Jelas tidak.”
“Terus bagaimana?”
“Jika kalian benar percaya padaku, biarkan aku mengatasi masalah ini,” jawab Susilo berusaha meyakinkan mereka.
“Apa yang akan kau lakukan, Sus?”
“Percayalah, aku akan berusaha mengadakan pendekatan daengannya. Aku akan berusaha meminta keadilan darinya, dan memintanya agar tidak semena-mena kepada kita.”
“Bagaimana jika dia menolak?”
“Aku akan membawa permasalahan inike kantor pusat,” jawab Susilo.
Teman-teman Susilo pun akhirnya pada diam, menuruti apa yang diaktakan. Dan sebelum Bu Nara datang, mereka yang semula bermaksud mogok kerja dan hendak melakukan demo, akhirnya mau kembali bekerja.
Ketika Bu Nara datang, semua karyawan sudah bekerja di bagiannya masing-masing. Kemudian setelah Bu Nara masuk keruang kerjanya, Susilo pun berusaha menemuinya.
“Ada apa, Sus?!” tanyanya dengan nada nada tinggi, seakan dia benar-benar tak menginginkan kehadiran Susilo di ruang kerjanya.
“Maaf, saya ingin bicara dengan ibu.”
“Mengenai apa?!”
“Masalah kantor.”
“Ada apa memangnya dengan kantor?”

Susilo pun menceritakan kepada atasannya itu akan apa yang hampir terjadi, kalau saja dia tak segera mencegah. Siti Nara terdiam. Wajahnya pun tak lagi menunjukkan kekerasan dan keangkuhan, tetapi berubah menjadi murung. Bahkan akhirnya dia menundukkan kepala, seakan berusaha menyembunyikan sesuatu keadilan yang tergambar di raut wajahnya.
“Kali ini saya masih bisa mengatasi mereka. Saya kwatir, jika ibu masih masih terus menunjukkan sikap seperti yang selama ini ibu tunjukkan,” kata Susilo berusaha mengingatkan.
Siti Nara semakin bertambah diam dengan kepala semakin dalam menunduk. Bahkan, dari kedua sudut matanya mengalir dua butir air bening.
“Maaf kalau apa yang telah saya katakan, telah membuat perasaan ibu tersinggung. Sekali lagi saya minta maaf, sungguh saya tak bermaksud menyinggung perasaan ibu,” kata Susilo dengan hati-hati.
“Tidak. . . Tidak apa-apa. Terimakasih atas perhatianmu.”
“Ah, itu sudah menjadi kewajiban dan tugas saya, Bu.”
“Ya, namun kalau kau tak punya perhatian, mungkin akibatnya akan lain. Sekali lagi, terimakasih. . .”
“Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi, Bu. . .”
Susilo baru saja hendak melangkah ke pintu untuk keluar. Ketika terdengar suara Siti Nara memanggilnya.
“Sus. . .”
Susilo yang semula bermaksud meninggalkan ruang kerja itu, akhirnya menghentikan langkahnya. Lalu membalikkan tubuh, kembali menghadap ke arah Siti Nara.
“Ya, Bu. . .?”
“Bisakah nanti sepulang kerja kau ikut kerumahku?”
“Ada apa memangnya, Bu?”
“Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu ngobrol saja untuk bertukar pikiran. Bagaimana, kau bersedia kan . . .?” tanyanya setelah mengharap.
“insyaallah, Bu.”
“Saya sangat berharap sekali kau bisa datang ke rumahku.”
“Akan saya usahakan, Bu.”
“Terimakasih, Sus.”
` “Sama-sama, Bu. Permisi . ..”
“Ya.”
Dengan hati lega setelah mendapatkan keputusan dari Bu Nara, Susilo pun pergi meninggalkan ruang kerja Bu Nara dan kembali ke ruang kerjanya,
Teman-temannya yang sudah menunggu dan ingin tahu hasil yang didapat Susilo,langsung mendatangi.
“Bagaimana, Sus?”
“Sudah aku sampaikan kepadanya.”
“Terus, bagaimana tanggapannya?”

“Kita lihat saja nanti . . .” jawab Susilo sembari duduk dikursi kerjanya untuk memulai bekerja. Namun rupanya teman-temannya yang belum merasa puas atas jawabanSusilo, terus saja mengerubunginya dan meminta penjelasan yang mendetail dari Susilo.
Saat itu, Bu Nara masuk. Kehadirannya yang tiba-tiba, membuat karyawan dan staf yang sedang mengerubungi Susilo tak sempat untuk tertib. Bahkan mereka malah berdiri mematung, seakan tegangdan takut kalau-kalau Bu Nara akan memarahi mereka.
“Selamat pagi, Bu . . .?” sapa Susilo.
“Pagi. . .” jawab Bu Nara sambil tersenyum. Ah, senyum yang manis dan baru saja mengulas bibirnya setelah hampir seminggu tak ada senyum di sana. “Bagaimana kabar kalian hari ini?” tanyanya dengan ramah, yang membuat mereka seketika semakin bertambah terperangah,namun kali ini bukannya tegang, justru sebaliknya, wajah mereka menggambarkan kecerahan.
“Baik, Bu. . .”jawab mereka serempak.” Ibu sendiri, bagaimana kabarnya pagi ini, Bu . . .?”
“Baik. . .”
Ah, sungguh Susilo merasa bersyukur, karena akhirnya Bu Nara yang selama ini terkenal galak dan judes, bisa berubah menjadi ramah dan murah senyum. Meski begitu, Susilo tak bisa dibohongi, bahawa semua dilakukannya karena terpaksa. Di wajahnya, masih tergambar jelas kesedihan dan kemurungan. Entah apa yang membuatnya sedih dan murung. Beruntung hanya Susilo yang tahu, sedang karyawan dan staf lain tidak.
“Ee, begini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara yang telah banyak memberikan perhatian dan kritik kepada saya, baik yang langsung maupun tidak langsung. Dan saya juga minta maaf, kalau selama ini sikap saya telah membuat saudara-saudara tersinggung,” kata Bu Nara dengan suara lirih dan nada penuh ketulusan.
“Sama-sama, Bu. Kami juga minta maaf, kalau ada kesalahan yang telah mereka lakukan.” Timpal Susilo mewakili teman-temannya.
Bu Nara kemudian menyalami Susilo, juga menyalami teman=teman yang dengan wajah menunjukkan kegembiraan atas perubahan sikap Bu Nara menyambuti uluran tangan perempuan cantik yang menjadi atasan mereka.
“Oke, selamat bekerja, saya berharap dukungan sepenuhnya dari saudara-saudara.”
“Teimakasih, Bu.”
Setelah Bu Nara pergi, teman-teman pun langsung menyalami Susilo dan mengucapkan terimakasih kepadanya yang menurut penilaian mereka telah mampu membuat sikap Bu Nara berubah.


Share:

Salon Kecantikan

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

CERITA DEWASA - Sebenarnya sudah lumrah saat ini seorang cowok perawatan di dalam salon kecantikan, begitu juga aku karena seringnya mendengar kalau teman-teman kampusku melakukan perawatan di salon kecantikan akhirnya akupun tergiur untuk melakukan hal serupa, padahal sudah banyak yang bilang kalau aku sudah memiliki wajah keren dan postur tubuh yang cukup atletis.

Tapi hal itu masih aku anggap kurang untuk mendukung penampilanku, namaku Dimas dan usiaku baru 21 tahun. Di kampus aku sudah mempunyai pasangan kekasih Rere namanya, dia salah satu temanku juga mulai dari aku sekolah SMA dan hubungan kami sudah terjalin hampir 5 tahun. Selama itu juga belum pernah aku melakukan perselingkuhan karena bersama Rere aku sudah melakukan adegan seperti dalam cerita seks.

Bahkan hal itu beberapa kali sudah kami lakukan. Hingga hal itu juga yang membuatku untuk tetap setia pada Rere karena diapun begitu setia dan pengertian padaku. Pokoknya banyak yang bilang kalau aku dengannya sama persis seperti hubungan suami istri karena kami berdua memang selalu mesra baik di kampus maupun di luar kampus apalagi kami pasangan yang jauh berbeda.

Dari segi materi Rere jauh lebih berada di banding aku, tapi dia masih saja mencintai aku bahkan hingga 5 tahun ini. Kami sering menghabiskan waktu bersama di rumahnya karena Rere mempunyai orang tua yang jarang berada di rumahnya, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaaanya bahkan tidak jarang mereka tidak pulang dari luar negeri maupun luar kota. Agen Domino 99 Terpercaya

Tapi siapa sangka akhirnya akupun tidak jauha beda dengan laki-laki pada umumnya, aku berselingkuh dari Rere gadis yang selama ini sudah banyak melakukan adegan cerita seks denganku. Semua berawal ketika aku pergi ke salon kecantikan langgananku, karena memang aku sudah beberapa kali melakukan perawatan wajah di sini karena problem jerawat yang aku punya.

Ada seorang wanita yang masih muda tapi lebih tua jika di banding denganku, aku memanggilnya mbak Giska. Dengan umur yang sudah menginjak 27 tahun tapi dia masih terlihat layaknya anak muda sekarang, mungkin karena memang siempunya salon membuat dia pintar dan rutin merawat diri. Kulitnya terlihat mulus dan lembut di tambah dengan putih bersih.

membuat orang yang memandangnya akan merasa takjub. Apalagi mbak Giska sering memberikan senyuman manis pada setipa orang yang berpapasan dengannya apalagi dia pelanggan salonnya. Tidak terkecuali juga aku, karena seringnya pergi kesana akhirnya akupun mengenalnya bahkan tidak jarang mbak Giska sendiri yang merawat perawatanku biasanya asistennya.

Hari itu aku datang agak sore pada salonnya karena sebelumnya aku telah janjian dulu. Dan akhirnya aku sampai juga di salon itu pada waktu salon hampir tutup, asisten salon tersebut langsung menghampiri aku dan bilang kalau salon akan tutup tapi aku bilang kalau aku ada janji dengan mbak Giska yang punya salon, akhirnya diapun menyuruhku untuk menunggu karena mbak Giska baru ada tamu di ruangannya.


Setelah beberapa lama kemudian akhirnya dia keluar dengan seorang wanita yang terlihat emosi. Begitu juga mbak Giska, tapi dia langsung menyuruh semua karyawannya untuk pulang dan menyuruhku untuk masuk, katanya biar dia sendiri melakukan perawatanku. Akupun masuk dan langsung berbaring pada tempat perawatan biasa aku memakainya dan diruangan itu hanya ada satu tempat tidur.

Mbak Giska langsung membersihkan wajahku kemudian dia terus melakukan bagian dari perawatan ini. Namun begitu dia membuka masker yang telah kering dari wajahku diapun membersihkan wajahku dengan air hangat tapi belum lagi melakukan pemijatan wajah dia sudah mencium wajahku dari atas. Aku yang semula menutup mata langsung saja membukanya.

Tapi dengan tangannya mbak Giska menutup mataku. namun dia kembali mencium bibirku sambil berbisik lirih “Dimas bisa tidak kamu peluk mbak sekarang… ” Aku kembali membuka mataku dan aku lihat dia menatapku dengan penuh nafsu. Bagai dalam adegan cerita seks akupun menggangguk dan dia lkangsung merangakak naik ke atas tubuhku yang masih melekat pakaianku.

Akhirnya dia menunduk sambil terus melumat bibirku ” Ooouuugghh… aaaaaggggghhhh…. aaaaaaaggghhh… ” Akupun tidak tinggal diam saja, aku pegang tetek mbak Giska yang belum seberapa besarnya, tapi dengan lemnbut aku remas juga tetek itu, dan aku lihat dia menggelinjang pada akhirnya. Kini tagannya sudah bisa membuka pakaian yang menempel padaku.

Tanpa membutuhkan waktu lama akhirnya dia melihat kontolku yang berdiri tegak. Dengan sekali hentak aku dapat memasukkan kontolku tapi ketika aku melihat mbak Giska menyuruhku untuk melakukan oral terlebih dahulu akupun mencabut kontolku kembali dan langsung melumat bibir memekknya, dia tersentak dengan langsung memegang rambutku dan menjambaknya dengan lembut.

Aku memainkan lidahku dalam memeknya dan kusapu bersih klitorisnya, saat itulah aku mendengar mbak Giska mendesah sambil menggeliat bagai cacing kepanasan aku lihat ” Oooouuuugghh… aaaaagggghh.. Dimas… aaaagggh… nggak salah .. aku pilih kamu sayang… aaaaaaggghh… ” Katanya padaku sambil terus menjambak rambutku dengan mesranya. DOMINO QQ

Diapun bangun setengah duduk dan saat itu lah dia melihat permainan oralku. Sambil mengggigit bibirnya Mbak Giska terlihat begitu sange karena dia langsung menarik tubuhku dan berkata ” Sudah Dimas.. ayo lakukan sayang… aaaagggggghhhhh…… ” Akhirnya kembali aku menindih tubuhnya dan menancapkan kontolku pada lubang memeknya yang tercium begitu wangi.

Aku yakin mbak Giska sering melakukan perawatan pada memeknya, sekali tekan aku sudah dapat menerobos memkknya dan akupun menggoyang pinggulku saat itu. Kembali mbak Giska mendesah ” OOooouuugghh… ooouuuuggghh… Dimas… aaaaggghh… ” Desahan mbak Giska membuatku semakin ingin memberikan permainan yang tidak akan pernah dia lupakan sebelumnya.

Dengan memiringkan pantatnya akupun menancapkan kontolku dari arah belakang pantatnya, tapi pas masuk dalam memeknya. Dan akupun bergerak maju mundur pada memeknya, terlihat mbak Giska menjerit kenikmatan dan tidak berapa lama kemudian akupun menjerit karena kami berdua sama-sama mencapai puncak kepuasan, tubuhku lunglai di atas tubuh mbak Giska tapi dia terus mendekapnya.



Share:

Sange Karena Ibu guru seksi


CERITA DEWASA Namaku SM dan sekarang umurku baru 19 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku. Tahun 2012 yang lalu… Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung pinang (kepulauan riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula. Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8.Agent domino 99 terpercaya

Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu. Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu guru itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah. Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami…


Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding), dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya. Saat itu dia meminjan handphone aku, katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku entah alasan atau apalah… Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan hp ku saat itu berbubyi desahan wanita saat di kentot. aaaahhhhh… ahhhhshhhhshshh… oooooo… oooooohhhhhh dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon. Tanpa basa basi bu eka bilang “apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong”. dengan nada berbisik. Yang membuatku nafsu. “jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu… ” Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku.

Tanpa aku sadari bu eka meraba kontolku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, “wooow besar sekali anumu… ” Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh… Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu eka: Saat itu dia berbisik padaku “aku masih perawan looo… ” di iringi dengan desahan. Lalu jawabku “oh yaaa, saya juga masih perjaka bu… ” bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat… (tanpa basa basi lagi) lalu jawabku malu aku: “ngga ah bu , saya ngga berani!!” bu eka: “ayolah… (dengan nada memelas)” aku: “tapi di mana bu? (tanyaku!)” bu eka: “di hotel aja biar aman” aku: “tapi aku ngga punya uang bu” bu eka : “ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!”

Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi. ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan… yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah. dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya padaku… “mau bantuin ngga… ” lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja. tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putis tipis. yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n timbullah suara desahan yang membuata tegang kontolku ah… ahh… ahhhhshhhh… terruussss… ohhh… yeahhh… oooohhhhh… au… udahh dong ibu ngga tahan lagi… ooohhhh… yeah… o… o… oo… ohhhh… tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu eka suka “mau lagi donggg… ” lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin kuat-kuat… “aaahhhh… ahhh… aarrgghh… uh… uh… uh… uh… ouuu… yeah… dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya crroot… crooot…

di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan kontolku ke dalam pepeknya bu eka dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit. saat ku tekan kepala kontolku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak “ahhhh… ahhhh.ahhhhh… ahhhhh… , sakitttt… ahhh… pelan-pelan dong… ” seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi. ku tekan kuat-kuat “ahhhhhhh… aaaaaa… aaaauuuuu… , sakit… ohh… oh… ooghhhhhh… ” aku paksakan saja… akhirnya tembus juga. “ahhhhhhhhhh… aaaaahhhhhh… , sakitttttttt… ” bu eka berteriak keras sekali… Sambil aku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat goyanganku. “aahhhhhh… auhhhhhhhh… u.h… u.u… hh… a… u… u… hhhhh.hh.h.h. h… Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar.

Lalu aku arahkan kontolku ke mulutnya dan… croot… … crroootttt… sekitar 5 kali muncrat mulut bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta (maklum udah 2 minggu ngga ngocok) Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka mengeluarkan cairan seperti darah. Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu eka langsung menyepong kontolku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali berpose. Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi menungging. Lalu aku arahkan kontolku ke pepek bu eka, lalu ku genjot lagi… ohhh… oh… o… h.h.h.h.hh… h.hhhhh… h… hhhhhhh… hhhhh… yeahhhhh oouu… yesssss… ooohhhhh… yeahhhhh… saat aku sudah mulai bosan ku cabut kontolku lalu ku arah kan ke buritnya “sakit ngga… ” laluku jawab “paling dikit bu… ” aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit lalu bu eka berkakta “ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa… ” laluku kentot lagi pepeknya tapisekarang beda waktu aku memeasukkan kontolku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek ibu eka mirip dengan lumpur hidup.

aku mengarahkan kontolku lagi ahhh… ahhh… ahhh… ahh… oooouuuhh… yeah… ou… ou… ohhhhhh… dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan kontolku “aku mau keluar… ” lalu ku jawab “aku juga bu… , kita keluarin di dalem aja buu… ” “iya deeh jawabnya… ” lalu kumasukkan lagi kontol ku kali ini aku menusukknya kuatkuat. aaahhhh… ahhhh… aaaahhhhhh. ooooouuuuuuhhh… saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya crroooot… crootttt… aku mendengar kata-katanya “nikmat sekali… ” Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan kontolku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping…



Share:

Seks kekasihku melepas akan rindu


CERITA DEWASA Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.Agent domino 99 terpercaya

Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.

“Hallo Mas Adietya sayang..” sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku.
“Hallo juga.. Sayang,” balasku pendek.
“Sudah lama yah nunggunya,” lanjutku lagi.

Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore.

Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.

“Adiet kangen banget nih sayang,” bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
“aku juga kangen Mas sayang..” jawabnya pelan.

Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kita bertatapan wajah.

“Kamu cantik sekali siang ini sayang..” kataku lembut.

Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya.


Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu.

Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual.

“Ohh.. Mas sayang..” desahnya lembut.

Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali.

“Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali.”

Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.

“Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya,” bisikku lirih di telinganya.

Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya.

Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.

Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy.

Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongkahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih.

“Oh.. Mas sayang..” desahnya parau.

Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan.

“Ssshh..” desisnya lirih.

Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan menggantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesah lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hitam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.

Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.

“Ohh.. Mas sayang” jeritnya tertahan.
“Aku nggak kuat Mas..” tambahnya lirih.

Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh sang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali.

Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan lembut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.

“Ohh.. Sayang” desahku pelan.

Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensitifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.

Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya.

“Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat” jeritnya lirih.

Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepala untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting payudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras desahannya terdengar.

“Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah” pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh nafsu.

Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya lembut.

“Slepp..” irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya.

Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya.

“Hekk.. Mmm..” gumamnya lirih.

Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujung lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam dan aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya.

“Mmm.. Mmm” gumamnya.

Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadis akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang merengkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih.

“Ohh.. Mas sayangg..” jeritnya bergetar.

Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya lebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.

“Thanks yah.. Mas sayang”ucapnya mesra.

Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.

“Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini” ucapku kemudian.

Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.

Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut.

“Slepp..” masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
“Sss..” sang gadis mendesah menerima desakan penisku.

Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dalam.

Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat menyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.

“Ohh.. Mas sayang” desahnya.

Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya lembut.

“Sayang aku mau keluar nih,” bisiku lirih.
“Ohh.. Mas sayang aku juga mau” sahutnya pelan.

Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam.

“Creett.. Ohh.. Sayang,” jeritku kemudian.

Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vaginanya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan.




Share:

Anak Kost Belakang

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

CERITA DEWASA - Aku Fadil mahasiswa di Kampus X di jogja, berasal dari keluarga sederhana di kota di luar jogja. Di jogja ini aku tinggal ngekos di sebuah dusun dekat dengan kampus dan rata-rata rumah disini memang dijadikan kos-kosan, baik untuk putri maupun putra.
Share:

Bibiku Yang Selalu Bugil

BandarQ Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

CERITA DEWASA - Bermula dari 5 tahun silam, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Jakarta saat itu umurku baru 18 tahun dan baru lulus SMA. Sebagai seorang pemuda perantau yang masih lugu, saya ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi dan mengadu nasib. Paman dan Bibi yang tinggal di sebuah kota kecil B sebelah timur Jakarta.

Dengan berbekal alamat rumah Paman, saya memutuskan untuk langsung berangkat ke kota B dengan menggunakan bis.Tiba di kota B sudah menjelang sore hari, kedatanganku disambut dengan baik oleh Paman dan bibiku, sudah sebulan aku tinggal dirumah mereka dan aku diperlakukan sangat baik oleh mereka maklum mereka tidak memiliki anak, sehari-hari kusibukan diriku dengan membantu bibik berbelanja kebutuhan warung di agen sambil menunggu panggilan kerja, selama aku tinggal dirumah mereka ku perhtikan Pamanku sangat jarang berada di rumah tekadang dalam seminggu hanya sekali pamanku berada di rumah, saat itu tidak ada dalam pikiranku kalau paman memiliki dua isteri karena yang kutahu hanya Bibik lah isteri Paman satu-satunya dan aku pikir mungkin karena kesibukan Paman sebagai sopir Ekspedisi lah yang membuat Paman jarang pulang, menginjak bulan kedua aku mulai merasakan ada perubahan di rumah paman dan bibiku, pada suatu malam ketika Pamanku pulang kerumah setelah seminggu tidak pulang, ku dengar keributan antara Paman dan Bibiku saat itu kudengar Bibi menuduh Paman telah membohongi dirinya dan telah kawin lagi dengan wanita lain, hanya itu yang aku dengar dari keributan antara bibi dan pamanku selebihnya aku tutup kuping dan ngeloyor masuk kamar untuk tidur. Agen Domino 99 Terpercaya
Share:

Ketika Tidur Pulas Ku Intip Bibiku


CERITA DEWASA Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis.Agent domino 99 terpercaya

Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.

Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat.

Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD.

Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun.

Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa.

Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi.


Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi.

Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi.

Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.

Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak.

Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.

Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.

Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.

“Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping bibi,

“Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata,

“Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu.

Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.

Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi.

Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan.

Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, ”

Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”

Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya.

Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya.

Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.

Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.

Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.

Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan.

Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.”Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks.

Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang.

Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak.

Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.

Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku,

kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.”Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.

“Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur.

Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.



Share:

ABG SMA Ngentot Panas hot


CERITA DEWASA Perkenalkan dulu namaku Renni. Aku memiliki wajah yang imut dengan kulit putih mulus dan body sexy. Aku baru saja lulus SMA, cerita panas ini adalah pengalamanku sewaktu masih duduk di bangku kelas 1 SMU.Agent domino 99 terpercaya

Pada saat itu pelajaran yang diberikan oleh pak guru belum terlalu banyak, karena memang kami masih dalam tahap orientasi dari murid smp menjadi murid smu. Tak terbayang olehku dapat masuk ke smu yang masih tergolong favorit di ibu kota ini. Impianku sejak dulu adalah memakai sragam putih abu-abu karena seragam ini memiliki model rok yang lebih membuatku kelihatan seksi.

Diantara teman2 baruku ada seorang cowok yang amat menarik perhatianku, sebut saja namanya Galih. Membayangkan wajahnya saja bisa membuatku terangsang. Aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan Galih.

Walaupun sering bermasturbasi tapi saat itu akku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan petting jg belum. entah setan apa yang masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kpd Galih. maka saat istirahat aku memanggil Galih,


“Gal, gw gk tau gmn ngomongnya…” aku benar2 kalut saat itu ingin mundur tapi udah telat.

“Gal gw sayang ma elo, lo mau kan jd cowo gw?” aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai SEKARANG aku masih memakai seragam lengkap).

Galih hanya tersenyum, “nanti aja ya gw jawabnya pas pulang”.

Selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, “gimana kalo Galih gak mau?” dalam hatiku “pasti gw jd bahan celaan!” berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. untungnya pelajaran belum begitu maksimal. bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat. aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri Galih dan menanyakan jawabannya.

Saat kelas sudah berangsur sepi Galih menghampiriku “bentar ya Renn, gw dipanggil bentar” katanya. aku menunggu sendirian di kelas. “jangan2 Galih ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?” kepalaku penuh pertanyaan, hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. dalam penantianku tiba2 ada orang datang. aku kecewa karena bukan Galih yang datang melainkan Lilik dan Fandi dari kelas I-3. mereka menghampiriku, Lilik didepanku dan Fandi disampingku.

Perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. dengan kulit yang hitam dan badan yang kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini.

“Lagi nugguin Galih Renn?” kata Lilik.

“Koq tau?” kataku

“Tadi Galih cerita.”

Apa2an nih Galih pake cerita segala dalam hatiku.

“Loe suka ma Galih ya Renn?” tanya Lilik lagi.

Aku cuma diam saja.

“Koq diem?” kata Fandi.

“Males aja jawabnya” kataku Perasaan bt mulai menjalar tapi aku harus menahan karena pikirku Fandi dan Lilik adalah teman Galih.

“Koq lo bisa suka ma Galih sih Renn?” tanya Fandi tapi kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku.

“Galih ganteng n gak kurang ajar kayak lo!” sambil menepis tangannya dari pahaku.

“Kurang ajar kaya gimana maksud lo?” tanya Fandi lagi sambil menaruh tangannya lagi di pahaku dan mulai mengelus2nya

“Ya kayak gini!” jawabku sambil menunjuk tangannya tapi tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh Galih.

“Tapi enak kan?” kali ini Lilik ikut bicara. Fandi mulai mengelus2 pangkal pahaku. aku pura2 berontak padahal dalam hati aku ingin dia melanjutkannya.

“udah jangan sok berontak” kata Lilik sambil menunjukkan cengiran lebarnya. makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku.

“Tadi bilang kita kurang ajar, eh skarang malah ngangkang.” “nantangin yah?” kata Lilik. dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. sekarang Fandi berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudara kiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja.

Lilik yang berada di kolong meja menjilat2 paha sampai pangakal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh vaginaku yang msh terbungkus celana dalam tipisku yang berwarna putih. perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan Galih. Fandi melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana.

Merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. lidahnya menari2 di putingku membuatnya menjadi semakin membesar.

“ough Fand udah dong, gimana nanti kalo ketauan” kataku

“tenang aja guru dah pada pulang” kata Lilik dari dalam rokku.

Sedangkan Fandi terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. aku benar2 tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. aku merasakan ada sesuatu yang basah mengenai vaginaku, aku rasa Lilik menjilatinya.

Aku tak dapat melihatnya karena tertutapi oleh rokku. Perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan Lilik menarik lepas cdku dan melemparnya juga. ia menyingkap rokku dan terus mnjilati kemaluanku. tak berapa lama aku merasa badanku menegang.

Aku sadar aku akan orgasme. aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. aku melenguuh panjang, setengah berteriak. aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yang baru aku kenal. “hahahaha..” mereka tertawa berbarengan. “ternyata lo suka juga yah?” kata Fandi sambil tertawa. “jelas lah” sambung Lilik “smp dia kan dulu terkenak pecunnya” kata2 mereka membuat telingaku panas.

Kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. mreka membuka pakainnya “oh..” ini pertama kalinya aku melihat k0ntol secara langsung. biasanya aku hanya melihat di film2 porno. Lilik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. pelan2 ia memasukkan k0ntolnya ke liang senggamaku.

“ough, sakit lik” teriakku

“tenang Renn, entar juga lo keenakan” kata Lilik

“ketagihan malah” sambung Fandi

Perlahan2 ia mulai menggenjotku, rasanya perih tapi nikmat. sementara Fandi meraih tanganku dan menuntunnya ke k0ntol miliknya. ia memintaku mengocoknya. Lilik memberi kode kepada Fandi, aku tidak mengerti maksudnya. Fandi mendekatkan k0ntolnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. aku mejilatinya sesaat dan kemudian me masukkannya ke mulutku.

“isep k0ntol gw kuat2 Renn” katanya.

Aku mulai menghisap dan mengocoknya dengan mulutku. tampaknya ini membuatnya ketagihan. ia memaju mundurkan pingangnya lebih cepat. disaaat bersamaan Lilik menghujamkan k0ntolnya lebih dalam. “mmmffhh” aku ingin berteriak tapi terhalang oleh k0ntol Fandi. rupanya arti dr kode mereka ini, agar aku tak berteriak. aku sadar ke virginanku diambil mereka, oleh orang yang baru beberapa hari aku kenal.

“ternyata masih ada juga nak smp sb yang masih virgin” “vagina ce virgin emang paling enak” kata Lilik.

Dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap k0ntol Fandi jg semakin cepat. tak lama aku orgasme untuk yang kedua kalinya. akupun menjadi sangat lemas tapi karena goyangan Lilik Lilik semakin liar aku pun juga tetap bergoyang dan meghisap dengan liarnya. tak lama Lilik menarik keluar k0ntolnya dan melenguh panjang disusul deerasnya semprotan maninya ke perutku. ia merasa puas dan menyingkir.

Sudah 45 menit aku menghisap k0ntol Fandi tapi ia tak kunjung orgasme jg. ia mencabut k0ntol dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tapi aku salah. ia telentang dan memintaku naik diatasnya. aku disetubuhi dengan gaya woman on top. aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan Fandi leluasa meremas susuku.

Sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba2 Lilik mendorongku dan akupun jatuh menindih Fandi. Lilik menyingkap rokku yang selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. ia mulai mengorek2 lubang anusku. aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku.

Tak lama aku yang sudah membelakanginya segera ditindah. k0ntolnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk2 duburku. tubuhku betul2 tersa penuh. aku menikmati keadaan ini. sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh k0ntolnya ke dalam anusku. aku merasakan perih dan nikmat yang tidak karuan. jadilah aku berteriak2 sekeras2nya. aku yang kesakitan tadik membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku.

Sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih Fandi. saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yang sedang dikerjai 2 orang biadab ini.

Goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. aku yang sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena vaginaku tidak cukup menampungnya.

Mereka mencabut kedua k0ntol mereka. aku yang lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar Fandi berkata “nih giliran pak maman ngerasain iRenn” aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan k0ntolnya yang lebih besar dari Fandi dan Lilik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki.

Dia menuntun k0ntolnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena ukurannya yang sangat besar. melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. ia mengorek2 kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. aku sungguh takut ia menyodomiku.

Akhirnya aku bisa sedikit lega saat k0ntolnya menyentuh bibir kemaluanku. dua jarinya membuka vaginaku sedangkan k0ntolnya terus mencoba memasukinya. entah apa yang aku pikirkan, aku menuntun k0ntolnya masuk ke vaginaku. ia pun mulai menggoyangnya perlahan. aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu2ku melalui kepalaku.

Saat ini aku telah telanjang bulat. tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku. disaat2 kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat Galih duduk di pojok. dewi teman sebangkuku megoralnya yang lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu menagarah ke diriku. aku kesal tapi terlalu horny untuk berontak. akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yang aku sukai.

Pak maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. aku berteriak panjang dan disusul pak maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut k0ntolnya dan menyuruhku meghisapnya. ia berteriak tak karuan. menjambakku, meremas2 dadaku sampai akhirnya ia menembakan maninya di mulutku.

Terdengar entah Lilik, Fandi, atau Galih yang berteriak telan semuanya. aku pun menelannya. mereka meninggalkanku yang telanjang di kelas sendirian. setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari2 seragamku yang mereka lempar dan berserakan di ruang kelas.

Aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan celana dalamku di depan kelas telah dirobek2. sehingga aku pulang tanpa celana dalam dan BH yang robek bagian putingnya. di dekat tasku ada sepucuk memo yang bertuliskan.



Share:

Services

Visitor

Flag Counter

Popular Posts

Search This Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Recent Posts