CERITA DEWASA - “Tanda tangan di sini ya…”, kata Florensia kepada seorang gadis remaja yang duduk di depannya. “Jadi, mulai besok kamu sudah bisa bekerja di sini…”, kata Florensia setelah remaja itu selesai menandatangani surat kontrak kerja yang hanya sekilas ia baca itu. “Selamat bergabung”, ucap Florensia. “Terima kasih ya…”, balas gadis remaja itu lalu meninggalkan kantor yang terlihat baru, dengan desain seperti studio photo. Agen Domino 99 Terpercaya
Nama gadis remaja itu adalah Karen, ia baru saja lulus sekolah dari tingkat atas, sebulan tidak mendapatkan kerja membuat ia terpaksa mengambil tawaran kerja dari Florensia. Karen risih setiap hari diomeli oleh orang tuanya hanya karena ia bermalas-malasan di rumah, tidak ada pekerjaan, dan tidak ada kegiatan yang berguna.
Apalagi setelah lulus sekolah, Karen juga tidak mendapatkan uang jajan lagi. Namun sudah banyak surat lamaran yang ia sebar, dan tidak ada satupun yang membuahkan kabar baik. Nilai sekolahnya memang tidak begitu bagus, mungkin itu salah satu penyebab Karen susah mencari kerja.
Karen termasuk anak alay, sejak tidak mendapatkan uang jajan, ia mulai khawatir mengenai ke-eksis-an nya di dunia maya. Ia takut tidak bisa isi pulsa lagi, tidak bisa beli kuota internet, takut tidak bisa narsis lagi di Facebook dan Instagram, dan ia sangat takut tidak bisa BBM-an lagi dengan teman-temannya.
Sebuah harapan baginya ketika ia melihat tempelan secarik kertas di tiang listrik ketika ia coba berjalan kaki menyisiri kota untuk membagikan surat lamarannya. Secarik kertas itu pun tertulis ‘LOWONGAN KERJA KHUSUS WANITA’ dan tercantum nomer handphone yang bisa dihubungi bernama Floren. Karen pun langsung menelponnya, siapa tahu itu merupakan kesempatan baginya.
***
“Ya, kita masih butuh karyawan…”, sebut penerima telpon. “Eengg, saya belum punya pengalaman kerja di mana pun…”, kata Karen. “Kamu ke sini saja ya, nanti saya jelaskan, kita tidak butuh kok tenaga berpengalaman…”, katanya.
Sore itu pun Karen langsung ke alamat yang disebutkan gadis penerima telepon itu. Dari sana lah Karen mengambil sebuah keputusan untuk bekerja di kantor yang di tawarkan eh Florensia. Kantor pemotretan, mereka bergerak dibilang pemotretan khusus majalah dewasa. Tanpa pikir panjang, Karen langsung menyanggupinya.
Dengan iming-iming gaji yang besar, di mana Karen akan dibayar dengan bayaran yang lumayan perphotonya. “Nih, seperti ini…”, kata Florensia sambil menunjukkan majalah dewasa yang ada di lacinya. Covernya terpampang gadis belia dengan hanya mengenakan bra dan celana dalam saja. “Dan ini…”, ia menunjukkan lagi sebuah majalah yang sampul depannya adalah foto ia sendiri yang juga menjadi model, hanya mengenakan bra dan celana dalam.
Menurut Karen itu bukanlah hal yang sulit. “Mumpung lu masih muda loh…”, bujuk Florensia. “Dalam beberapa hari saja kami sudah bisa beli handphone mahal…”, tambahnya lagi. Karen semakin tertarik, apalagi Florensia memberitahunya bahwa ada fee jika mengajak gadis lain ikut bekerja di sana. Seperti sistem Multi Level Marketing, Karen akan diberi persenan jika mengajak gadis lain masuk, dan ada tambahan lagi jika gadis yang ia bawa ternyata membawa gadis lain lagi. Karen berpikir bahwa pelan-pelan ia bisa mengajak teman-temannya untuk ikut bergabung.
“Sampai jumpa besok ya”, kata Florensia menandakan Karen sudah bisa mulai bekerja besoknya.
***
“Ini kru yang bekerja di sini, “Fahmi, Guntur, dan Yesi”, Florensia memperkenalkan kru yang nantinya akan berhubungan langsung dengan pekerjaan Karen. “Hai semua…”, sapa Karen. Fahmi dan Guntur bertugas mengambil gambar dan mengatur pencahayaan beserta pose, sedangkan Yesi adalah penata make up dan desain pakaian, walaupun sesekali Yesi juga turun ke pemotretan sebagai model, karena ia memiliki wajah yang cukup cantik dan berkulit putih.
Hari itu berlangsung biasa saja, Yesi menemani Karen di ruang ganti untuk memakai bra dan celana dalam pilihan Yesi. ” Bodi lu bagus…”, puji Yesi. “Ah, bisa saja…”, balas Karen. “Susu lu juga montok…”, kacau Yesi sambil meraba payudara Karen yang lebih besar dari payudaranya. Karen memang berpenampilan oke, dengan tinggi yang cukup di atas rata-rata dan wajahnya yang cukup cantik, ia memang cocok menjadi model, hanya saja kulitnya tidak putih, warna sawo matang itu menjadi nilai kurangnya.
***
Tidak ada yang aneh baginya, hanya berpose sesuai yang diarahkan lalu difoto, Karen merasa cukup senang dengan pekerjaan pertamanya itu yang tidak sulit baginya. Take shoot sekitar sepuluh kali, namun kata Guntur ia harus pilih lagi foto yang terbaik, jika hanya dua foto yang bagus hasilnya maka Karen hanya mendapat bayaran 2 foto itu. Karen tidak masalah, yang penting ada pemasukan. Bayaran akan langsung ditransfer ke rekeningnya pada malam itu juga setelah hasil foto berhasil diseleksi.
“Gimana? Ga susahkan?”, tanya Florensia. “Hmm, agak capek sih, mungkin gara-gara capek kali ya?”, jawab Karen. “Ya sudah, yuk kita makan bareng”, ajak Florensia. Dan mereka pun mulai akrab dari sana.
Florensia juga awalnya tidak mengenal pekerjaan ini, ia hanya terlarut dalam kegalauan. Sebuah keputusasaan mendorongnya jatuh ke dalam pekerjaan ini. Berawal mula dari putus sekolah yang harus ia hadapi, ditinggal pacarnya hingga dikucilkan keluarganya.
***
Florensia pernah hamil di luar nikah, itu sebuah aib besar bagi keluarganya. Pacarnya tidak mengakui bahwa itu adalah anaknya. Florensia sangat kecewa, ia telah berhubungan intim dengan sang pacar namn sang pacar terus menyangkal. Mau tidak mau sang pacar dilaporkan ke polisi, Florensia dikeluarkan dari sekolah, dan yang paling buruk, Florensia berhasil menggugurkan kandungannya. Semua masalah besar itu seolah menghantuinya hingga ia terbebani, tidak ada support dari siapapun, sehingga usia mudanya ia habiskan hanya ke diskotik untuk membuang beban-beban pikirannya.
***
“Gue kenal Yesi di diskotik”, cerita Florensia. “Sejak ditawarkan job ini, gue lebih tenang, duit gue masuk terus, gue ga perlu lagi hirauin masalah lain…”, cerita Florensia sambil menyantap makanan. “Sama lah, gue juga dah bete ma keluarga gue, tau ga? Gue sudah sebulan ga dikasih uang jajan”, kata Karen. “Tenang aja say, tar malam liat ada transferan masuk ga…”, balas Florensia. Mereka pun menjadi akrab, dan melanjutkan perbincangan mereka sambil menyantap makanan mereka di sebuah restoran yang cukup ternama.
***
Malam itu Karen sudah tidak sabar melihat hasil jerih payahnya, mondar mandir dia di ATM untuk mengecek saldo rekening banknya. “Wah, saldonya bertambah…”, kata Karen dalam hati kegirangan setelah beberapa kali bolak-balik ke ATM akhirnya membuahkan hasil. “Lumayan nih, bisa buat isi pulsa selama beberapa bulan”, Karen sangat gembira, langsung saja uang tersebut ia tarik dan ia pakai untuk foya-foya.
***
“Kamu dapat uang dari mana?”, tanya mama nya ketika Karen pulang sambil membawa martabak telur yang ia beli untuk keluarganya. “Karen kerja ma…”, jawabnya. “Wah, akhirnya ya…”, singgung mamanya, memang sejak Karen lulus sekolah, mamanya juga risih karena Karen cuma bisa malas-malasan di rumah, bukannya bantu orang tua bersih-bersih, namun Karen hanya tidur-tiduran dan nonton televisi saja.
Karen sangat senang, ia tertidur pulas di kamarnya dengan belanjaan yang belum ia periksa ketika sampai di rumah. Gadis alay itu menghabiskan uangnya untuk membeli pakaian-pakaian baru, serta membeli paket internet lagi agar ia bisa tetap eksis di dunia maya.
“Ada tiga foto yang terpilih… Bagus… Hari ini lanjut?”, tanya Florensia. “Lanjut dong sis…”, jawab Karen dengan gembira. “Oke, hari ini tema minuman ya…”, kata Guntur sambil memberikan sebuah botol minuman orange yang mirip dengan Floridina.
Seperti biasa Karen langsung ke kamar ganti bersama Yesi, tanpa malu lagi Karen telanjang bulat di depan Yesi. Tubuh seksinya memang indah, dengan susu yang sedikit montok walaupun baru tumbuh dewasa, terlihat segar walaupun kulitnya tidak begitu putih, puting susunya merah muda, bagian selangkangannya ditumbuhi jembut-jembut halus, tiada cacat di sekujur tubuhnya. Yesi memilihkan bra dan celana dalam yang akan dipakai nantinya.
“Ah, sis nakal”, teriak Karen karena kaget Yesi meremas susunya ketika akan dipakaikan bra. Yesi hanya senyam senyum, lalu memakaikan bra tersebut.
***
“Oke… Sambil diminum ya…”, pinta Guntur ketika pengambilan photo. Karen diminta berpose sambil menenggak jus orange tersebut. Fahmi mengarahkan pencahayaan, sambil sesekali ia pun memandangi belahan dada Karen.
“Sekali lagi ya…”, kata Guntur setelah beberapa kali mengambil shoot namun belum puas juga dengan hasilnya.
***
“Sudah belasan kali nih… Kembung perut gue minum jus ini… Sampai pusing-pusing…”, kata Karen. “Kalau gitu sambil baring saja, coba shot gaya gitu…”, kata Guntur sambil menyuruh Fahmi mengambil matras yang ada di belakang ruangan.
***
“Hahaha, mulai…”, kata Guntur dengan gembira. Karen terlihat lemas berbaring di matras, ia baru sadar bahwa minuman yang ia minum mengandung sesuatu semacam obat bius atau sejenisnya. Badannya tidak bisa digerakkan, namun ia masih sangat sadar, ia tidak berkutik di sana, difoto terus dari berbagai sisi.
***
Puas mengambil gambar, Guntur dan Fahmi pun sekarang menyunting video. Peralatan semua dikeluarkan oleh Yesi, dibantu oleh Florensia. Mereka sepertinya sudah menyusun rencana ini sedari awal.
Yesi dan Florensia kini mengambil alih tugas Fahmi dan Guntur, mereka terlihat kompeten menyuting video, sepertinya mereka memang punya keahliannya. Sedangkan Guntur dan Fahmi kini mendekati Karen. Kamera terus disorot hingga Fahmi dan Guntur mulai melepaskan bra dan celana dalam yang masih dipakai Karen.
Karen ingin menolak, namun badannya tidak bisa digerakkan, bagaikan obat bius, dia hanya bisa melihat dan menangis, tanpa bisa berteriak.
Terpampang sudah tubuh indah Karen, bukan hanya di depan Fahmi, Guntur, Yesi dan Florensia, melainkan di depan kamera yang entah ke depannya akan ditonton orang banyak atau hanya sekedar privasi saja.
Mata Karen mulai meneteskan air mata. Susu nya yang baru tumbuh diraba oleh Fahmi dan Guntur. Kamera menyorot dengan jelas, dari wajah hingga tubuh Karen, termasuk bagian pentingnya, susu dan vaginanya.
Puitng susunya masih berwarna merah muda, nampak segar sekali, sedikit montok karena baru tumbuh sehingga tak sedikitpun terlihat lentur atau kendor. Payudara itu siremas berdua oleh Fahmi dan Guntur, perbuatan mereka terus direkam oleh Yesi dan Florensia, sesekali kilatan cahaya flash kamera terlihat karena mereka juga mengambil foto
Karen tidak bisa berkutik, badannya tidak bisa digerakkan, hanya matanya saja yang bisa ia fungsikan. Namun percuma, ia hanya bisa menutup mata sambil membiarkan mereka mengerjainya.
Kedus lelaki itu juga menciumi pipi dan kening Karen sambil membelai rambut panjangnya. Mereka juga mmenciumi bibir Karen, tanpa perlawanan, mereka bergantian memainkan lidah di dalam mulut Karen yang manis itu.
Hancur sudah pikir Karen, ia sudah terlanjur terjun ke dalam dunia ini. Karirnya sebagai model majalah dewasa semakin menghancurkan masa depannya. Gadis yang baru lulus sekolah tingkatan atas itu telah harus mengalami kejadian seperti ini.
“Wah, masih sempit… Perawan sepertinya…”, ujar Guntur ketika menjebloskan jari telunjuknya ke dalam vagina Karen, setelah ia puas membelai dan meraba-raba selangkangan Karen yang ditumbuhi jembut pendek dan jarang-jarang itu. “Mantap nih…”, balas Fahmi.
“Mantap palak lu”, potong Florensia. “Mahal tuh bayarannya!”, sambungnya. “Terus lanjutin jangan main-main saja”, kata Yesi.
Guntur dan Fahmi beraksi, mereka menciumi sekujur tubuh Karen yang indah itu. Karen hanya bisa menutup matanya. Tak habis pikir baginya pekerjaan yang baru ia geluti dua hari itu akan menyiksanya. Dari wajah, leher, payudara, selangkangan, paha, bahkan ujung jari kaki pun tak luput menjadi sasaran ciuman mereka.
Fahmi meremas buah dada Karen sebelah kiri dan mengenyot buah dada sebelah kanannya. Sedangkan Guntur membuka lebar paha Karen dan menjilati vaginanya. Karen mulai resah, geli terasa baginya, ia belum pernah mengalami hal seperti ini. Tubuhnya sama sekali tidak pernah disentuh oleh lelaki, apalagi daerah kewanitaannya. Baru kali ini ia merasakan puting susunya dikenyot-kenyot dan vaginanya dijilat-jilati.
“Tenang saja say… Justru bagian ini yang gaji nya gede…”, bisik Fahmi di telinga Karen. Karen menyesal, ia mengorbankan dirinya sendiri hanya demi bayaran. Ia telah menjual tubuhnya, tidak habis pikir baginya bisa sampai sejauh ini.
Beberapa menit setelah puas menciumi sekujur tubuh Karen, kedua lelaki tersebut pun kemudian bangkit dan melepaskan pakaian mereka masing-masing hingga telanjang bulat. Penis mereka terlihat berdiri tegak, sudah sangat keras. Karen sangat kaget, sepertinya ia tahu keperawanannya sebentar lagi akan direnggut.
Dua pria bugil bersama seorang gadis manis yang bugil juga, mereka disyutting oleh dua gadis cantik. Guntur dan Fahmi bergiliran memeluk Karen yang tidak berkutik. Mereka kembali menciumi sekujur tubuh Karen. Seperti dua ekor serigala yang memperebutkan mangsanya.
Bosan dengan pelukan dan ciuman, kini mereka mengambil aksi lanjutan. Guntur membuka mulut Karen lalu disodorkannya penisnya masuk ke mulut Karen. Mulut Karen tak bisa digerakkan, ia hanya bisa membiarkan penis besar itu masuk ke dalam mulutnya. Karen tidak pernah melakukan hal seperti ini. Guntur menggerakkan penisnya masuk dan keluar dari mulut Karen. Sedangkan kamera tetap merekam, maju mundur agar mendapatkan sudut yang bagus.
Fahmi juga tidak tinggal diam, ia memegang tangan Karen lalu diletakkannya di penisnya. Tangan Karen lunglai, sehingga Fahmi perlu membantunya untuk menggenggam penis Fahmi guna menggocoknya.
“Bagus guys…”, kata Yesi yang sepertinya mendapatkan sudut pengambilan video yang pas. “Mantap nih…”, balas Florensia.
Beberapa menit kemudian setelah mereka puas menggunakan mulut dan tangan Karen untuk mengoral penis mereka bergantian, mereka pun mengambil scene baru. Guntur mulai menindih Karen, sambil perlahan kamera kembali mendekat untuk mengambil video di mana Guntur akan memasukkam penisnya ke liang vagina Karen.
“Wah… Susah…”, kata Guntur yang kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Karen yang masih sempit. Lalu Fahmi memberikan cairan pelumas kepada Guntur untuk dioleskan ke penisnya sehingga lebih mudah masuk ke lubang vagina Karen.
Karen terlihat kesakitan, namun ia tidak bisa berteriak, dari mimik wajahnya terlihat ia sedang merintih kesakitan karena vagina sempitnya disobek perlahan oleh penis besar Guntur. Air matanya terlihat bercucuran, Guntur tidak memperdulikannya, ia malah menarik lagi penisnya lalu menusukkannya lagi.
Perlahan hingga akhirnya vagina Karen mulai menyesuaikan penis Guntur, akhirnya Guntur pun mempercepat iramanya. Karen merasakan sakit tiada tara, vaginanya terasa perih sekali, kini harus digesek terus oleh penis besar guntur.
Fahmi hanya melanjutkan oralnya menggunakan tangan Karen, sambil sesekali ia membelai rambut panjang Karen.
Cukup lama Guntur menggenjot Karen, sesekali ia memelukkanya lalu menciumi bibirnya, susunya dan lehernya. Payudara mangkel Karen kini penuh cupangan kemerahan. Entah mau taruh muka ke mana pikir Karen jika video ini tersebar..
Sekitar dua puluh menit sudah, Guntur akhirmya menarik penisnya keluar dari vagina Karen, “Tahan dulu…”, katanya karena merasakan penisnya akan bergejolak dan menyemprotkan sperma. Guntur menahannya agar bisa lebih lama menikmati Karen, sehingga ia memberikan posisinya kini kepada Fahmi.
Fahmi langsung saja melanjutkan aksi Guntur barusan. Karen belum sempat menarik nafas, kini ia digilir oleh Fahmi. Dinding vaginanya sudah terluka, perih terasa baginya, bahkan cairan kemerahan seperti darah mulai bercucuran keluar sedikit demi sedikit.
Satu jam sudah Karen disetubuhi tanpa break, ia pun mulai lelah, terdengar nafasnya yang terengah-engah. Namun Guntur dan Fahmi tidak menghentikan aksi mereka, bahkan mereka mengganti gaya sepuas mereka. Timing yang harus mereka kejar adalah dua jam, minimal paling tidak bisa satu jam setengah agar film mereka bisa diterima.
“Bagus!”, kata Florensia yang sedang merekam. Beberapa saat setelah Guntur dan Fahmi bergiliran memperkosa Karen, akhirnya Florensia memberi kode bahwa durasinya sudah cukup. Artinya film siap closing, sehingga kedua pria itu bergerak lebih cepat, Guntur menggenjot vagina Karen semakin cepat, dan Fahmi mengoralkan penisnya di mulut Karen.
Beberapa menit kemudian mereka pun berejakulasi, Fahmi menyemprotkan spermanya di wajah Karen, dan Guntur menyemprotkan spermanya di perut dekat vagina Karen. Kamera maju mundur untuk mengambil video sperma yang tersemprot di tubuh Karen. “Mantap guys”, seru Florensia.
Lalu Karen yang masih lunglai pun dibawa ke kamar untuk beristirahat.
“Mantap kamu say…”, puji Florensia ketika Karen sadar. Karen masih sedikit lelah akibat adegan tersebut. “Tapi…”, kata Karen. “Pokoknya kamu entar tungguin aja bayarannya, pasti mantap dah…”, lanjut Florensia. Di sana Yesi pun mulai menjelaskan apa yang terjadi. Karen shock karena tidak menyangka semua itu, kontrak yang ia tandatangi berisi persetujuan untuk mengambil video porno. Seakan seperti hati pecah berlebur-lebur, Karen langsung menangis. Tanpa pamitan, Karen mengenakan pakaiannya lalu lari dari kantor tersebut.
Florensia coba menjelaskan, “Karen…”, teriaknya. Namun Karen sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Ia terus menangis di sepanjang jalan. Keperawanannya sudah hilang, apajadinya juga kalau video itu ditonton oleh orang yang mengenalnya.
Karen menghabiskan dua jam di kamar mandi, ia menyesal, ia menangis di bawah guyuran shower dan berusaha mencuci bersih tubuhnya.
Namun anak alay itu cuma larut dalam beberapa hari saja, setelah mengecek saldonya yang di luar dugaan, Karen langsung kegirangan, seperti tanpa beban, ia melupakan derita hari kemarin. Karen menghabiskan uang tersebut untuk shopping, seperti halnya anak muda borjuis, Karen langsung saja ganti handphone termahal.
Merasa uang tersebut besar sekali, ia jadi kecanduan untuk memperolehnya lagi.
“Tenang saja… Video kita jualnya di luar negeri, saya mau jelaskan eh kamu duluan kabur…”, kata Florensia ketika Karen menemuinua kembali. “Nih ada bonus tambahan”, kata Florensia sambil memberikan amplop. Itu adalah bonus di mana selama ini ternyata Karen direkam sedang ganti pakaian di kamar ganti.
Begitu mudah mendapatkan uang seperti itu bagi Karen, ia menjadi semakin terjerumus. Uangnya hanya dihabiskan untuk foya-foya, belanja pakaian mahal, parfum mahal, kosmetik mahal, ke salon, dan lain sebagainya layaknya artis atau anak-anak orang kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.