HOT JANDA BINAL


CERITA DEWASA - Aku berjanji untuk bertemu dengan Irwan di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16. 00, Aku sengaja datang di lebih awal sekitar pukul 15. 45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus di arah pintu masuk cafe.Agen Domino 99 Terpercaya

Sambil menunggu Irwan berlabuh, aku memperhatikan orang dalam sekelilingku. Saya merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk sendirian pada meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16. 00, bujang itu menghampiri diriku & memperkenalkan dirinya. Namanya Irwan.

Aku kaget sekali, sebab tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Irwan itu masih muda. Dia masih sangat yuana, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara Irwan kelihatan seperti seorang bapak-bapak serta amat dewasa sekali. Saya luar biasa grogi. Untuk menghilangkan rasa sungkan, kupersilakan Irwan hidup dan memesankan minuman.

“Maaf Bu Dina, saya berbohong kepada Ibu. Saya menyetujui berusia 35 tahun, sementara itu usia saya bukan setua tersebut. Tentunya pula, hamba mohon maaf tidak memakai pakaian yang aku janjikan. Hamba harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak ataupun Tante / sapa ya? ”

“Dina saja deh, biar lebih akrab, ” jawabku.
Selanjutnya Irwan bercerita, kenapa dia berhelat umur, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku & kehidupan sehari-hariku. Aku bukan menyangka dari cara dia berkomunikasi sangat gede serta banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga saya dibuat terpingkal-pingkal olehnya.

Tidak terasa, waktu bergulir secara cepat. Sekitar getok 5 sore, Irwan mengajak nonton bioskop di BIP. Saya tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan aja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Irwan pulang beserta Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Irwan mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, olehkarena itu di rumah pun saya hanya tinggal sendirian.

Di wilayah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak berasa beker sudah menunjukkan ketuk 11. 30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan sekadar. Saya mengajak Irwan kembali saja. Dia kendati mengiyakannya.

Sepanjang perjalanan berbalik di Bandung, Irwan mulai agak-agak nakal. Sambil mengarang, dia telah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia bukan sempat kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan & tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.

Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar kian cepat daripada biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, serta sudah biasa mulai dari berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kita cuma berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama masa ini, sebab sudah lambat tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Saya start merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku. Semakin lama, Aku bertambah menikmati elusan tangannya.

Sekarang Irwan sudah amat berani! Dia sudah keji memegang payudaraku. Aku mulai terangsang. Saya sudah bukan kuat lagi merasakan elusan tangannya. Walhasil mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Irwan, kenapa dia degil memperlakukanku sebagaimana tersebut, sedangkan dalam hati saya pula biar menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya uniform tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Kesudahannya kubalas belaian tangannya dengan satu buah ciuman di keningnya. Saya bukan menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.

Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan aja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Irwan, & tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku kendati telah dia elus.

Tangan kirinya mulai dari turun ke arah pangkal pahaku. Saya geli jadi menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan tangannya start menyapu kemaluanku. Aku tambah keras mengeluarkan suara. & akhirnya saya kaget, tatkala tersedia satu mobil secara kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan keonaran tertib unguku. Begitu juga Irwan. Akhirnya permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu mobil yang lewat tadi. Dalam sekitar selangkanganku terasa basah.

“Dina, maafin Irwan sungguh. Telah berlaku kurang ajar sama Dina. ”
“Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu keji berbuat seperti itu menurut saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih lembut dari hamba. ”
“Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe. ”
“Gombal ah.. ” kataku agak manja.

“Aku geli banget lho, waktu kamu pujuk tadi. Kiranya karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, akur Fer. Kalau boleh saya jujur, baru kali itu, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan suami satu sebelah tahun yang lalu. ”

“Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kalian melanjutkan perjalanan deh.. ” Aku melanjutkan perjalanan beserta berbagai gejolak perasaan serta kenikmatan yang baru saya raih bersama Irwan. Sambil aku merencanakan mobil, Irwan tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku. “Yen, bagaimana kalau member berhenti lepas di hotel. Biar kita bisa kian tenang melakukannya. ”

Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin mendapat lebih jauh lagi daripada elusan lembutnya itu. Akan tetapi aku ragu dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya. Sesampainya dalam kamar Hotel “S” pada sekitar Setiabudi, Irwan tidak memberikan kesempatan untukku beradu. Dia sinambung memelukku & melumat bibirku. Aku gelapan dan bukan kuasa menolaknya ketika Irwan mulai mebuka kaos sesak unguku serta membuka celana panjangku.

Saya disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Irwan telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Irwan mulai dari menciumi lubang kewanitaanku.

“Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru.. s Fer.. Ah.. Enaa.. k ah.. uh shh.. shh.. uh.. ”
Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat kepanasan. Lidah Irwan merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku yang sebesar kacang kedelai. Lalu kubuka kemeja dan seluar jeansnya Irwan. Kaget! Ternyata “barang”-nya Irwan sudah keluar melewati serawal dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, apakah mungkum kewanitaanku muat untuk “barang”-nya Irwan.

Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-masukkannya jari itu & diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu ujung tangan dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin sedang penasaran, Irwan memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri daksina. Nikmat sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka terowongan kewanitaanku untuk mempermudah memasukkan jari-jari kanannya.

“Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Fer.. aduh.. nggak kuat Fer.. Aku mau keluar nih.. ”
Akhirnya aku bersimbah. Aku tersenyum puas.
“Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen.. ” Irwan memohon kepadaku.
“Iya Fer, tapi punyamu panjang, terima nggak sungguh..? ” jawabku.
“Coba sekadar dulu, Yen. Nanti pula terbiasa. ”
“Auh.. aw.. jangan didorong dong Fer, malah menyerap ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang. ” Sekitar lima belas menit kemudian erangan Irwan semakin menjadi-jadi.

“Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.. ”
Kuhisap semakin memuaskan dan longgar, Irwan pula biar semakin rusuh erangannya. Irwan mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah kembali. Mulutku tetap penuh kemaluan Irwan dengan gerakan tampak masuk diantaranya penyanyi karaoke.

“Sudah dulu Yen, saya nggak tahan.., masukkin aja ke punyamu ya..? ” pinta Irwan.
Aku seharga menganggukkan kepala saja, lalu berharaf-harap cemas apakah punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat di pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun tersua gemuk seperti bakpau.

Kulihat dia menyapu kemaluannya, serta menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku secara tangan kirinya, dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, “Sreett.., ” dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung tempik Irwan merasuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi terkaan sakit sedikit. Mungkin olehkarena itu lubang kewanitaanku tidak tahu lagi dimasuki kemaluan laki2. Irwan tahu aku meringis menahan perih, dia berhenti dan bertanya.

“Sakit akur..? ” Saya tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat mereguk kemaluan besarnya itu.
Digoyangnya perlahan &, “Bleess.. ” digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga aku menjerit, “Aaauu.. ” Kutahan pantat Irwan untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak linu, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan puki Irwan berdenyut dan saya tidak target ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Irwan merasa kupijit-pijit.

Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah bisa menerima semua kemaluan Irwan dengan baik dan start berair, oleh karena itu ini memudahkan Irwan untuk bergerak. Saya mulai becek dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Irwan menggerakkan pantatnya ke belakang serta ke depan. Aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Irwan beserta ikut menggerakkan pantatku berputar. “Aduuhh.., Rendah.., ” erang Irwan menutup laju perputaran pantatku.

Rupanya dia juga kegelian bahwa aku menyelenggarakan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar bukan berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli & berusaha untuk melepaskannya secara cara turun berputar lagi, tapi dia semakin memuaskan memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang serta kurasakan telur kemaluan Irwan menatap pantatku licin dan geli. Sangkasangka Irwan termasuk kuat pula, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih wajar saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar bertambah tinggi & cepat, kulihat hasilnya Irwan mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia tambah tidak berpikir berputar lagi, tapi dia semakin longgar memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin bukan leluasa untuk bergerak, sehingga aku siap mengaturnya. Aku merasakan sudah biasa 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Irwan, tetapi Irwan belum menongol juga.

Kupegang batang tempik Irwan yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih terdapat sisa sekutil yang tidak dapat masuk di liang senggamaku. Aku pun terus mengerang keasyikan, “Auh.. auh.. langsung Fer.. auh.. Ena.. k Fer.. Ugh.. ah.. lebih cepat lagi Fer.. ugh.. ah.. sshh.. uh.. oh.. uh.. ash.. sshh.. ” “Kecepek.., kecepek.., kecepek.., ” bunyi kemaluanku saat puki Irwan mengucek habis dalam dalamnya. Saya kegelian hebat, “Dina.. aku mau keluar, Tahan ya.., ” pintanya menyerah.

Tanpa membuang saat, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam serta dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke pada mulutku, kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan lekas mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya segera keluar. Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga tampak. Kutarik kemaluan dari mulutku, Irwan tersenyum & sekarang telentang. Tanpa menyambut komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan saya mendudukinya. Aku bergerak naik diturunkan, serta dia memiliki susuku beserta erat. Bukan lelet lalu ditariknya tubuhku melekat pada dadanya, dan aku pula terasa gawat.

“Sreet.., sreett.., sreett.., ” kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula saya. Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak bisa sunyi. Dia tersenyum puas. “Dina.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita pertama yang merenggut bujanganku. Aku sepanjang tersebut paling banter hanya melakukan peting saja. Tepat luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, saya lega Yen.. ”

Kini tangan Irwan menempel di pahaku, serta tanganku menumpang dalam celananya. Sesekali Irwan menyandarkan wajahnya di dadaku dan jari sewenang-wenang Irwan mulai dari berlaku beserta manja. Kurasakan gumpalan daging tempik Irwan start mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Walhasil tidak terasa saya telah datang pada Cihampelas, & menurunkan Irwan. Lalu kemudian aku berbalik ke rumahku

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Services

Visitor

Flag Counter

Popular Posts

Search This Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Recent Posts