Dio tidak sedikitpun berniat untuk belajar atau membaca buku waktu dia ke perpustakaan kampus, kuliah aja dia jarang masuk. Dia bermaksud untuk tidur, karena biasanya perpustakaan kampus, pada jam-jam mendekati tutup sudah sepi, paling satu dua orang yang datang.
Dio kemudian mengambil beberapa buku yang besar dan tebal dan mengambil tempat di meja paling ujung. Tapi baru saja ia hendak memejamkan mata, pandangannya terganggu oleh sebuah pemandangan. Di meja pustakawati, duduk seorang Mbak cantik berumur sekitar 20an akhir dengan kaki indah yang terbalut jeans ketat, pantatnya terlihat padat, rambutnya yang panjang terurai ke belakang, kulit putih, bibir seksi, dan kemeja putih yang dia pakai membuat dia tampak elegan, apalagi buah dadanya terlihat sangat menonjol di balik kemeja putih tersebut. Saking ketatnya kemeja putih yang dipakai, terlihat juga cetakan bra yang dikenakan Mbak itu.
Sontak tongkol Dio langsung menegang melihat Mbak di depannya. Walaupun Dio sering ke perpustakaan, dia hampir tidak pernah memperhatikan sekelilingnya, karena terlalu berkonsentrasi untuk tidur. Padahal pustakawati ini terhitung sudah cukup lama menjadi staf di kampus. Mbak ini sedang sibuk dengan catatan pembukuan dan daftar, sehingga tak sadar sedari tadi Dio menatapnya penuh nafsu. Dio sendiri membuka resleting jeansnya, kemudian memperosotkan jeans dan boxernya hingga sebatas lutut, mengeluarkan tongkolnya yang sudah sangat tegang sehingga berdiri tegak luar biasa, kemudian mengocok tongkolnya di bawah meja, sambil terus memperhatikan si Mbak itu.
Karena berada di meja paling ujung, tidak ada orang yang memperhatikan Dio beraksi. Hingga sepuluh menit lamanya, Dio memanjakan tongkolnya. Saat mau muncrat, Dio berdiri dari kursinya, menghadap ke meja pustakawati seakan-akan membidik Mbak itu dengan peluru spermanya. Dio pun muncrat cukup jauh hingga melewati meja Dio sendiri. Sebenarnya, dengan posisi demikian, Mbak tersebut dapat melihat Dio dengan jelas karena kebetulan meja Dio dan meja pustakawati berada dalam satu garis lurus, tetapi konsentrasi Mbak ini sangat kuat sehingga tidak memperhatikan Dio. Dio segera terduduk kembali untuk beristirahat dari onaninya.
Kurang lebih setengah jam kemudian Mbak itu beranjak menuju salah satu rak buku. Dio pun segera bereaksi dengan memasukkan kembali tongkolnya dan memakai jeansnya kembali. Setelah itu Dio memperhatikan sekitarnya. Setelah dirasa aman tanpa terlihat orang lain, Dio kemudian mengikuti Mbak itu ke rak buku yang dituju. Perlahan Dio mengendap, kemudian melihat Mbak itu sedang mengatur letak buku-buku yang berantakan di bagian atas rak.
Karena kebetulan rak buku tersebut terletak sangat ujung, tidak jauh dari meja Dio, dan juga sangat jarang sekali dikunjungi orang (biasanya orang-orang lebih sering ke rak depan hingga tengah), Dio tau kesempatan telah datang. Tanpa buang waktu lagi, Dio langsung menerkam Mbak itu, menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan menarik Mbak itu ke rak paling ujung dan paling belakang, yang jelas paling sulit terlihat orang. Ia mendorong si Mbak ke dinding, dan dengan tenaga dan badannya yang besar si Mbak tak bisa bergerak tertahan.
Si Mbak mencoba bicara, namun mulutnya tertutup tangan Dio.
"Jangan teriak. Kalau berani Mbak bakal menyesal" bisik Dio di telinga si Mbak.
Perlahan Dio melepas bekapannya, si Mbak kelihatan takut dan terpaku, tangan Dio perlahan meremas pantat si Mbak yang padat. Si Mbak hendak menjerit namun karena takut ancaman Dio ia kembali terdiam. Si Mbak mulai menangis, tapi tangisan itu membuat kecantikan Mbak itu makin terlihat, ia tidak melawan saat pantatnya di remas-remas Dio. Namun saat Dio hendak menarik lepas kemeja putihnya, ia berontak. Sayangnya tenaga Mbak itu terlalu lemah, hingga akhirnya Dio pun berhasil melepas kemeja putih itu dengan kasar. Semua kancing kemeja putih itu jatuh berhamburan dan memperlihatkan paksa isi di dalamnya. Ternyata si Mbak dibalik kemeja putih itu memakai bra berenda berwarna putih. Dio yang memang menyukai wanita-wanita dengan bra berenda, melihat pemandangan di depannya membuat Dio tersenyum, what a sexy body. Si Mbak menyilangkan tangannya di dada, sadar jika buah dadanya terlihat jelas.
"Tolong..jangan...saya masih perawan..." si Mbak memohon
"Siapa nama Mbak...cantik?"
"Mel...tolong lepasin saya...saya kasih apa aja..asal lepasin saya...."
"Nama yang indah" kata Dio sambil meremas buah dada Mbak Mel, sempat berontak kemudian Dio mengancam Mbak Mel, "Diam...atau saya harus iket tangan mbak, atau saya bakal panggil temen-temen saya... jangan melawan, Mbak cuman layanin saya doang."
Perlawanan Mbak Mel perlahan melemah, membuat Dio bebas meremas dan meraba payudara Mbak Mel yang masih terbalut bra. Sambil tetap meremas buah dada Mbak Mel, satu tangan Dio membuka kancing jeans Mbak Mel, menurunkan resletingnya, dan menurunkan perlahan jeans tersebut. Ia lihat kebawah, ia lihat Mbak Mel memakai celana dalam putih berenda yang sangat seksi. Ia dengan segera melucuti bra Mbak Mel, dan menarik lepas celana dalam Mbak Mel.
Ia memandangi tubuh Mbak Mel yang indah tanpa selembar benangpun, apalagi rambut hitamnya yang terurai menambah keseksian Mbak Mel. Dio lantas menyuruh Mbak Mel membuka satu persatu pakaian Dio. Mbak Mel yang masih ketakutan pun menurut begitu saja. Setelah Dio telanjang bagian atas, Mbak Mel pun membuka jeans Dio dan menurunkannya. Sudah terlihat sekali di balik boxer Dio benda tumpul keras yang sangat tegang dan tegak. Mbak Mel sekilas ragu untuk menurunkan boxer Dio, tapi Dio memaksa Mbak Mel melakukannya.
Jangan berhenti Mbak, saya janji Mbak bakal senang melihat punya saya
Menjulang tinggi tongkol Dio yang sepanjang 20 cm. Mbak Mel terkejut dengan ukuran yang sebesar itu, kemudian mulai khawatir apakah tongkol sebesar itu dapat dilayaninya dengan baik. Dio segera menyuruh Mbak Mel berlutut dan mengulum tongkolnya yang besar. Mbak Mel awalnya menolak, meski tongkol Dio terus dipaksakan masuk. Tapi Mbak Mel tetap tak mau membuka mulut, sehingga Dio harus memijit hidung Mbak Mel dengan keras, sehingga mulutnya terbuka, dan dalam sekejap pula ia memasukkan semua tongkolnya ke dalam mulut Mbak Mel.
Saking panjangnya, ujung tongkol Dio mengenai tenggorokan Mbak Mel (deep throat). Kemudian dengan paksa Dio menggerak-gerakkan kepala Mbak Mel maju mundur. Awalnya Mbak Mel tidak melakukan apapun, namun akhirnya ia mulai memainkan lidahnya, tongkol Dio ia jilati, kadang ia sedot dengan kuat, kadang ia gigiti dengan lembut, membuat Dio mendesis keenakan. Sampai akhirnya ketika Dio menyemprotkan sperma, Mbak Mel terpaksa menelan sperma Dio yang ternyata banyak sekali. Mulut Mbak Mel penuh dengan sperma hingga hampir tidak sanggup menampung seluruhnya.
Ketika giliran Dio menyentuh vagina Mbak Mel ia merasakan vagina tersebut sudah sangat basah.
"Oohhmm..mbak suka juga kan ternyata..." Muka Mbak Mel terlihat memerah menahan malu. Kini giliran Dio yang berlutut di depan Mbak Mel dan menjilati vagina Mbak Mel. Permainan lidah Dio di vaginanya membuat Mbak Mel merintih, mendesah , dan mengerang, apalagi buah dadanya kembali di remas Dio. Segala suara yang dikeluarkan Mbak Mel lama-lama makin kencang, mungkin dapat terdengar hingga meja pustakawati yang terletak di dekat pintu perpustakaan. Tetapi, Dio sudah tidak peduli. Yang penting ia dapat merasakan tubuh Mbak Mel yang sangat seksi. Untungnya pula ternyata sudah tidak ada orang yang berada di perpustakaan selain Dio dan Mbak Mel berdua, sehingga mereka dapat leluasa bermain cinta sepuas-puasnya.
Setelah dirasa cukup basah, Dio membaringkan Mbak Mel di lantai perpustakaan yang dingin, dan tanpa basa basi langsung menusukkan tongkolnya ke vagina Mbak Mel, yang ternyata masih sempit dan memang Mbak Mel masih virgin. Butuh usaha keras bagi tongkol Dio untuk menembusnya, hingga akhirnya seiring jeritan Mbak Mel dan masuknya seluruh tongkol Dio ke vaginanya, darah perawan pun mengalir. Jeritan Mbak Mel sangat keras, namun tidak ada yang mendengar jeritan tersebut, hanya rak-rak buku menjadi saksi bisu terenggutnya keperawanan Mbak Mel.
Ooohhh..aku udah gak perawan lagi.. sesal Mbak Mel.
Tapi Dio tidak mendengar Mbak Mel. Dio terus mendorong tongkolnya, cepat dan makin cepat. Teriakan, tangisan, erangan, dan rintihan Mbak Mel menjadi stimulus untuknya. Hingga akhirnya Mbak Mel menjerit tanda orgasme, membuat Dio makin semangat, buah dada Mbak Mel bergoyang seirama dengan gerakan maju mundur Dio. Begitu orgasme, Dio sambil puas meremas keras buah dada ranum Mbak Mel, sehingga Mbak Mel menjerit kesakitan. Mbak Mel dan Dio saling orgasme bersamaan, seluruh cairan kewanitaan dan sperma pun bercampur dalam rahim Mbak Mel.
Setelah orgasme itu, Mbak Mel terbaring lemah di lantai, masih dalam keadaan telanjang bulat, hanya bisa menangis menyesali keadaannya. Dio yang kembali ke kesadarannya kemudian melihat jam dinding. Ternyata sudah lewat jam tutup dan hari sudah gelap. Sebenarnya Dio sudah ingin pulang karena sudah lapar dan lelah. Tetapi apa daya, Dio menyadari ada mangsa sangat empuk di depannya. Dio lantas berubah pikiran dan memutuskan tetap berada di perpustakaan dan tidak pulang.
Dio segera memakai pakaian lengkapnya walaupun tidak rapi, mengambil kunci pintu perpustakaan di kantong jeans Mbak Mel yang tergeletak dan segera berlari ke arah pintu. Ternyata Dio mengunci pintu perpustakaan dari dalam dan menghadapkan tanda bertuliskan TUTUP keluar jendela perpustakaan, mengurung dirinya dan Mbak Mel di dalam tanpa bisa keluar. Dio kemudian menaruh kunci tersebut di salah satu rak buku secara acak, supaya Mbak Mel tidak dapat menemukannya.
Dio kembali mendekati Mbak Mel yang masih terbujur kesakitan dan basah penuh keringat dan sperma. Melihat keadaan Mbak Mel yang seperti itu, Dio menjadi sangat terangsang kembali. Dia segera meminum obat kuat yang biasa dia simpan di tasnya agar terus tegang sepanjang malam.
Mbak Mel sebenarnya menolak untuk melayani Dio lagi karena masih kelelahan, tetapi tanpa kasihan Dio menjejali Mbak Mel dengan obat perangsang sehingga Mbak Mel dapat melayani Dio kembali. Dio memperkosa Mbak Mel lagi hingga sepuluh kali semalam suntuk. Mbak Mel terus-terusan menjerit, mengerang, dan menangis dengan suara keras menahan gempuran Dio.
Agar tidak membosankan, Dio memperkosa Mbak Mel di berbagai spot di perpustakaan. Baik di atas maupun bawah meja baca atau meja pustakawati, maupun berdiri menghadap kaca jendela yang disinari lampu dari luar. Semuanya dilakukan tanpa batas, penuh ketelanjangan yang nyata. Dio bahkan sempat mengabadikan perkosaannya dalam kamera hpnya.
Ketika pagi sudah menjelang, sekitar jam enam pagi. Dio meninggalkan Mbak Mel di lantai meja pustakawati dalam keadaan berantakan. Seluruh tubuh Mbak Mel mandi keringat dan sperma, sangat banyak. Mbak Mel sendiri pingsan tak sadarkan diri setelah digempur sepanjang malam. Kemeja, jeans, bra, dan celana dalam milik Mbak Mel disobek-sobek Dio dengan kejam sehingga tidak dapat dipakai kembali oleh Mbak Mel, benar-benar harus telanjang bulat.
Dio yang sudah memakai pakaian lengkap membuka pintu perpustakaan, kemudian meninggalkan kunci perpustakaan Mbak Mel di kolong salah satu rak buku. Sebelum pergi, Dio dengan kamera hpnya sempat memotret lagi Mbak Mel yang terbaring, untuk menutup mulut Mbak Mel jika suatu saat ia berani macam-macam. Akhirnya, Dio benar-benar meninggalkan perpustakaan dalam keadaan pintunya terbuka lebar.
Dalam perjalanan Dio tersenyum puas, siapa bilang ke perpustakaan tak ada gunanya......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.