CERITA DEWASA - Siang itu aku mengantar Buyung untuk mengambil nasi bungkus yang sudah dipesan untuk acara kelasnya Buyung. Waktu kelas satu dia teman sekelas, di kelas dua kami beda kelas. Rumah makannya ramai pengunjung. Dasar mata anak muda, diantara pengunjung aku melihat seorang gadis cantik putih duduk teman laki-lakinya.
Buyung menepuk pundakku,
“itu tourist guide”.
Kulihat cewek tadi berdiri menuju toilet. Segera akupun menuju toilet dan menunggu dia keluar. Saat keluar aku bilang,
“Uni, turis panuah yo?”. Dia melihatku, menyelidik dari atas ke bawah.
Tidak membalas sapaku dan langsung duduk kembali ke mejanya. Menurutku memang dia cantik, mungkin usianya 20 tahunan. Aku terus mencuri pandang sampai mereka pergi dari rumah makan. Buyung menepuk-menepuk pundakku sambil menggelengkan kepala.
Sabtu berikutnya, saat membeli bahan majalah dinding, aku melihat wanita tourist guide itu di toko kosmetik bersama seorang teman cewek. Sepintas, lalu mereka hilang dibalik keramaian.
“turis talampau panuah nih”, tiba-tiba dia berada disampingku. Aku kaget,
“eh uni..”
“Kamu bukan orang asli Padang kan, logatnya masih campur”, katanya lalu memperkenalkan diri bernama Madonna.
Kelihatannya itu bukan nama asli, maka akupun memperkenalkan diri bernama Richard. Lalu dia memperkenalkan kepada teman2nya yang ternyata memang sedang belanja, tentu semuanya nama samaran. Ada Marissa, Eva Arnaz, Nia Daniaty, Cindy Lauper, Suzanna.Agen Domino 99 Terpercaya
“Bagaimana?”, Madonna bertanya pada teman-temannya.
“Boleh. Oke” kata mereka. Aku tak tahu maksudnya, terlalu banyak kata sandi.
“Kamu mau jadi turis?”, tanya Madonna.
Aku belum mengerti, tapi menebak maksudnya. Aku mengangguk.
“Bagus. Datang ke alamat ini nanti malam”, katanya sambil memberi bingkisan.
Lalu dia pergi bersama teman-temannya. Kubuka bingkisannya, ternyata kunci kamar hotel no 207.
Aku izin kepada Om mau nginap di rumah teman. Karena aku memang sering nginap di rumah teman, Om mengiyakan tanpa menanyakan mau nginap dirumah siapa. Maka jam 7 malam bergegas aku menuju hotel dan membuka kamar 207. Disana ternyata ada Eva dan Nia.
“Eh.. kamu Richard, kirain siapa”, kata Nia.
Lalu dia menawarkan makanan dan minuman ringan kepadaku. Telpon kamarnya berbunyi.
“Mintanya jam 10 sampai jam 2. Kita istirahat dulu saja”, kata Eva setelah menerima telpon.
Tak lama kemudian datanglah teman-teman mereka yang lain, Marissa, Cindy, Suzzana dan Madonna. Dan langsung diberitahu bahwa acara ditunda dari jam 8 jadi jam 10.
“Terus sambil nunggu 2 jam ini kita ngapain dong?”, tanya cindy.
Mereka saling memberi usulan, mulai dari pulang dulu, jalan-jalan dulu, nunggu di kamar dan lain-lain.
“Eh, kan ada Richard..”, kata Madonna.
“O iya, yuukkk..”, kata yang lainnya.
Lalu Madonna menghampiriku,
“Mau jadi turis kan?, buat pemanasan kita-kita”.
“Maksudnya.. pemanasan beginian..”, tanyaku sambil tanganku mengisyaratkan orang berhubungan sex.
“Iya,” kata Madonna.
Aku memang menduga 2 hal, pertama aku diajarin jadi tourist guide, yang kedua aku jadi tourist yang bermain dengan tourist guide, yaitu mereka. Tebakan kedua yang tepat, dan lebih menjadi kejutan bagiku karena bermainnya adalah bermain seks. Aku senang dan tidak percaya. Ada enam cewek cantik-cantik mengajakku. Aku berusaha siap sesiap mungkin.
“Kamu saja dulu”, kata Nia kepada Madonna.
“Masa aku sendiri?”, kata Madonna.
“Oke, aku temani”, kata Cindy.
Lalu Madonna dan Cindy menghampiri aku. Kami berciuman. Lalu saling meraba2 dada, pinggal dan pantat. Cindy membuka kaosku, lalu dia menciumi puting susuku, Madonna tetap mencium bibirku. Tanganku menyusup kebalik baju Madonna dan mencari susunya. Madonna mundur, lalu melepas baju dan bhnya, lalu menyodorkan susunya kepadaku. Susunya kenyal, dengan puting cukup besar berwarna coklat kemerah-merahan. Aku meremas-remas sejenak lalu menciumi dan menghisap-hisap susu Madonna. Sementara Cindy mulai membuka celanaku, lalu dia meremas-remas penis dibalik celana pendekku. Keempat teman lainnya hanya melihat sambil minum dan nonton TV.
Cindy membuka baju dan bhnya lalu menyodorkan kepadaku, sedangkan Madonna gantian meremas-remas penis dibalik celana pendekku. Susu Cindy putih dan putingnya berwarna lebih pink, ukurannya sedikit lebih besar dari Madonna. Aku mencium satu susu Cindy dan meremas susu satunya. Madonna memelorotkan celana pendekku sehingga penis ngacengku tampil. Dia segera memegang dan menciumi penisku. Seperti pasangan yang kompak, Madonna mencopot rok dan celana dalamnya sehingga bugil, dan kembali mengambil kepalaku dari susu Cindy dan diletakkan di susunya. Lalu Cindy ikut membugilkan diri dan turun kebawah mempermainkan penisku.
Lalu Madonna mengajakku ke tempat tidur.
“Minggir, kami mau main di ranjang”, katanya kepada temannya yang berada di atas ranjang.
Eva dan Marissa pindah duduk di sofa, Nia duduk dikarpet dan Suzanna berdiri bersender di tembok. Mereka tetap menonton kami beradegan seks.
Dikasur itu aku direbahkan terlentang dan mereka bersama2 menciumi penisku. Cindy sedikit berputar sehingga vaginanya berada tepat dimukaku. Tidak ada bulu jembut divaginanya karena sudah dicukur, bibirnya cukup tebal berwarna coklat muda, itilnya sebesar kacang. Bibir dalam vaginanya berwarna coklat, sedangkan vaginanya agak kemerahan. Aku langsung menciumi vagina Cindy dan mempermainkannya dengan tangan, mulut dan lidahku.
Lalu gantian Madonna yang menyodorkan vaginanya ke mukaku. Bulunya juga sudah dicukur, warna vaginanya terang walau lebih gelap sedikit dibanding Cindy, itilnya lebih kecil. Sambil penisku dimainkan mereka, aku menikmati vagina Madonna. Kami bertiga sama-sama terangsang dan mengeluarkan suara2 tak beraturan.
Keempat temannya masih tetap asyikk menonton kami. Mereka semua cantik-cantik dan aku ingin menikmati mereka semua, oleh karena itu aku tidak mau terlalu aktif dan merangsang diri. Maka kubiarkan Cindy menaiki tubuhku dan mengarahkan penis kevaginanya lalu pelan2 dia menekan. Bless.. penisku perlahan tapi pasti masuk ke vaginanya. Rupanya dia melakukan pelan-pelan untuk kehati2an takut kalau sakit. Lalu dia melepas penisku dan beranjak.
“Lupa..” katanya sambil nyengir.
Dia mengambil sesuatu dari tasnya.
“Pakai kondom ya Richard, biar kita sama-sama aman”, katanya.
Aku berhenti menciumi vagina Madonna dan melihat Cindy memasangkan kondom pengaman ke penisku. Itulah pertama kali aku melihat kondom dan pertama kali memakai kondom.
Cindy kembali memasukkan penisku ke vaginanya. Begitu masuk, sekali dua kali dia genjot perlahan, setelah itu dia mengenjot dan menggoyang2kan pinggulnya dengan cepat.
“Ayo Cin, ayo..”, kata teman-teman lain sambil menonton mereka memberi semangat.
Cindy semakin bersemangat.
“gantian dong”, kata Madona.
Cindy menyingkir dari atasku, menciumku lalu memberi susunya padaku. Sedangkan Madonna mulai memasukkan penisku ke vaginanya. Dan kembali teman-teman yang menonton memberi semangat. Kadang-kadang mereka menghampiri dan ikut memegang-megang buah zakarku. Setelah beberapa lama, Madonna berhenti dan beranjak dari atas tubuhku.
“Aku sudah dulu pemanasannya. Simpan tenaga buat nanti”, kata Madonna. Cindypun mengikuti Madonna, sambil berkata pada teman lainnya, “Ayo siapa lagi yang mau pemanasan. Sayang tuh ada kontol ngaceng nganggur”.
Mereka bertatapan, lalu Suzzana segera mencopot seluruh pakaian hingga bugil. Suzanna berperawakan tinggi langsing, berwarna kulit sama dengan Madonna, susunya juga besar, sedangkan bibir vaginanya tipis tanpa bulu jembut. Dia langsung tidur disampingku dan menciumku. Aku meremas susunya, lalu menciumi susunya.
Saat asyik menciumi susu Suzanna, kurasa ada yang menciumi penisku. Ternyata Nia sudah bugil dan ikut bergabung. Suzanna duduk diatas dadaku dan menyodorkan vaginanya padaku, tentu saja tidak kusiasiakan. Sedangkan Nia duduk diperutku membelakangi Suzanna, dan tanpa menunggu lama langsung memasukkan penisku ke vaginanya. Uuh.. aku merasakan vagina Nia lebih sempit disbanding Cindy dan Madonna, dan lebih dangkal karena ujung penisku selalu membentur dinding dalam vagina Nia. Sekitar 10 menit Nia menggenjot, lalu dia berhenti dan menyuruh Marissa menggantikannya.
Marissa hanya mencopot celananya dan karena dia sudah terangsang, langsung memasukkan penisku ke vaginanya. Aku merasakan liang vaginanya agak longgar. Cukup lama Marissa menggenjot dan bergoyang, lalu dia berhenti karena merasa pemanasannya sudah cukup.
Eva siap menggantikan, tetapi diserobot oleh Suzanna,
“aku dulu dong..”. Lalu Suzanna tidur menindihku, meluruskan penisku ke vaginanya dan .. clebss..clebss..clebs.. dia langsung menggenjot berulang2. Aku mengarahkan tanganku meraih vagina Eva dan memainkannya.
Suzanna tidak mau berhenti. Teman2nya menyemangati. Sampai akhirnya Suzanna mengerang panjang dan menekan keras pantatnya. Lalu lemas memelukku.
“Gila kamu, sampai keluar ya?”, tanya Eva dan yang lainnya. Suzanna hanya tersenyum nakal.
Lalu ia disingkirkan dari atas tubuhku oleh Eva. Lalu Eva menaikiku dan memasukkan penisku ke vaginanya. Ia mengocok sebentar lalu berhenti. Sebelum Eva sempat turun dari tempat tidur, aku beranjak dan meraih pinggangnya. Kudorong punggungnya kedepan sehingga posisinya menungging. Lalu dari arah belakang, kuarahkan penis kevaginanya dan langsung kusodok. Eva pasrah, sedangkan teman2nya tertawa dan menyemangatiku “Richard..Richard..”.
Lama aku menyodok, Eva pasrah, “gantian dong..”, Eva minta temannya menggantikan posisinya. Marissa dan Nia naik ke ranjang dan menungging berjejer. Aku mencabut penisku dari vagina Eva dan menyodok vagina Marissa dari belakang dua kali, lalu aku pindah ke Nia dan menyodok vaginanya dua kali, lalu aku pindah lagi ke Marissa, lalu pindah lagi ke Nia. Begitulah aku gantian menyodok vagina Marissa dan Nia. Asyiik sekali bisa merasakan dan langsung membandingkan sempit dan dalamnya dua vagina.
Menyodok vagina Nia membuatku lebih terangsang karena ujung penisku selalu menyentuh dinding dalam vaginanya. Akhirnya kuputuskan untuk menyodok vagina Nia terus. Badan Nia bergoyang2 karena sodokan kerasku dan sekali2 dia mengaduh “Uuh aww..”. Semakin lama semakin cepat aku menyodok hingga akhirnya meledaklah timbunan maniku keluar. Crot crot crot.. Aku mengerang dan menekan pantat hingga penisku masuk sedalam2nya ke vagina Nia. Lalu lemas.
Teman-teman lain bertepuk tangan.
“Eh, sudah jam setengah sepuluh. Yuk siap2”, kata Suzanna. Mereka berdandan rapi lalu keluar.
“Memang main dimana?”, tanyaku. “Di hotel ini juga di kamar 209, 211 dan 308”, kata Madonna.
“Kamu tunggu dan tidur disini saja. Kami dibooking 4 jam”.
6 orang cewek menuju tiga kamar, berarti dua cewek per kamar. Mereka mau pesta seks. Peduli amat, aku sudah lemas. Aku berendam dengan air hangat di bathub. Memakan makanan yang ada, lalu tidurr.
Tengah malam aku terbangun mendengar suara masuk kamar. Satu persatu Eva, Marissa, Nia, Madonna, Cindy dan Suzanna masuk.
“Gayanya saja mau main dengan dua orang. Baru sama satu orang saja cuma tahan setengah jam”, kata Nia.
“Kita juga tidak sampai satu jam. Habis itu dia teler tidur. Ya kita ikut tidur dan pasang alarm jam 2”, kata Eva
“Sama lah. Kontolnya kecil lagi. Dasar bapak-bapak pejabat”, kata Cindy.
Oooo rupanya 3 pejabat Jakarta membooking masing-masing 2 cewek.
“Sudah sudah.. yang penting kita dapat duit. Dan tadi kami dikasih tambahan tip”, kata Madonna.
Lalu mereka duduk ditepi ranjang.
“Hai. Sudah selesai ya?”, kataku sambil membuka mata.
Mereka memandangku. “Beda sama Richard ya. Tadi dia tahan lama”, kata Nia, dia langsung membuka selimutku, dan melihatku tidur tanpa busana. Segera Nia mencopot seluruh pakaiannya dan tidur disebelahku. Lalu semua ikutan bugil, karena mereka memang terbiasa tidur bugil.Domino99
“Kamu kuat nggak melayani kami berenam?”, tanya Eva. Aku mengangkat bahu. Lalu Cindy mengambil sesuatu dari tasnya, “Minum ini dulu saja. Obat kuat”, katanya sambil membawakan aqua. Aku meminum pil yang diberikan oleh Cindy.
Obat tadi cukup manjur, tidak sampai 10 menit penisku sudah ngaceng dan keras. Setelah itu mulailah keenam cewek itu mengeroyokku. Mereka bergantian berdua berdua bergelut bugil denganku. Pertama Madonna dan Marisa. Selesai orgasme mereka beristirahat, lalu gantian Nia dan Eva. Setelah Nia dan Eva memuncak, mereka lunglai, lalu gantian Cindy dan Suzzana. Setelah keduanya mengerang dipuncak nikmat, mereka beristirahat, dan untuk kedua kalinya Madonna dan Marissa menggarapku.
Meski dikeroyok, karena kurasakan penisku terus mengeras dan belum terangsang untuk orgasme, dalam pergumulan ini aku tidak pasif, tetapi aku aktif menindih dan menyodok mereka. Aku ingin menikmati cewek2 cantik yang putih2 ini. Menikmati susu2 segar dan kencang. Juga menikmati vagina2 yang bersih dan wangi serta mulus terawat. Dan itil2 yang bisa mengeras dan nongol.
Walaupun mereka sudah mencapai puncak, aku terus mencumbu dan terus menyodok. Kulihat mereka berkali-kali orgasme. Cindy dua kali orgasme. Walaupun sudah kucumbu dan kusodok lagi, dia sudah tidak bisa bangkit lagi, mungkin kecapekan.. Saat kusodok dia diam pasrah saja. Lama2 kurasakan vaginanya seperti mengering, tidak basah lagi. Dan sodokanku menimbulkan gesekan sehingga terasa agak seret dan pedih. Jadi kuhentikan menyodok Cindy. Dia diledekin oleh teman2nya karena cepat kalah.
Nia, Suzanna dan Eva tiga kali orgasme, lalu menyerah. Sedangkan Marissa orgasme empat dan tidak mau melanjutkan. Matahari sudah mulai terbit. Yang masih bertahan adalah Madonna, dia mau melayaniku walaupun sudah orgasme empat kali. Keringat kami sudah basah kemana2. Aku sudah kehabisan gaya seks tapi selama penisku masih tegang, aku terus menghunjamkan penisku ke vaginanya.
Hampir lima jam aku melayani enam cewek ini dan penisku tidak mengendur, tetap tegak perkasa. Obat yang diberikan Cindy benar2 ampuh bagiku.
Madonna terlihat mulai memuncak. Dia melihat ke Nia dan menyuruh Nia menelpon. Akhirnya Madonna mencapai klimaks lagi, dia mengejang lalu lemas. Aku bingung karena penisku masih tetap tegak. Madonna tahu kebingunganku, dia ingin tetap melayaniku. “Terusin saja Richard..”, katanya lemas. Aku terus menyodok dengan sekuat tenaga, berharap cepat mencapai puncak. Tapi kurasakan vagina Madonna mulai mengering dan seret.
Tiba2 ada tamu dan Nia mempersilahkan tamu itu. Rupanya dua cewek itu yang tadi ditelpon Nia. Nia menunjukk kearahku yang sedang menggenjot Madonna. Lalu dua tamu itu mencopot seluruh pakaian dan mencumbuku. Perlahan mereka menyingkirkan aku dari Madonna yang sudah pasrah. Aku kaget, tapi melihat tubuh bugil mereka dan penisku yang masih ngaceng, aku balas mencumbu mereka.
“Dia nggak pake kondom..”, kata salah seorang.
Seorang lagi bertanya kepada Nia, ternyata memang kehabisan kondom, karena cuma bawa kondom lima. Ternyata tamu2 itu juga tidak bawa kondom. Akhirnya mereka memutuskan tidak pake kondom.
Kedua cewek ini lebih tinggi, yang satu masih muda dan satunya cukup berumur. Terlihat dari susunya yang masih segar menantang dan yang satunya agak menggelayut. Vaginanya merekah dan tebal2, ada bulu jembut sedikit, rupanya karena tidak main, mereka tidak mencukur jembut.
Keenam cewek sudah tertidur lelap, sedangkan dua tamu cewek ini baru mulai beraksi. Mereka berbagi tugas mencumbu penis dan melayani mulutku. Setelah mulai panas maka mulailah mereka memasukkan penisku ke vagina mereka. Mulanya cewek junior yang melayani hingga dia orgasme. Lalu berganti cewek senior, cukup lama orgasmenya. Lalu gantian lagi yang junior.
Aku masih mengambil posisi aktif, tapi saat itu aku mulai kecapekan, dan kurasakan maniku mau keluar. Maka kusodok kencang dan cepat hingga hingga berdenyut kencang hendak memuntahkan mani.
“uuhh.. A aku ma u ke lu arr..”, aku mengerang.
Si cewek junior segera melepaskan penisku dari vaginanya, dia tidak mau aku mengeluarkan maniku di dalam. Cewek senior segera memegang penis dan mengocok dengan tangannya. Lalu crot..crot..crot, maniku keluar kesusu cewek senior itu. Kulihat maniku agak encer, tidak sekental tadi.
“Turis yang ciek iko, bana-bana panuah..(turis yang satu ini benar2 penuh)”, kata cewek senior.
Aku tak begitu mendengar perkataannya. Terlalu capek dan akhirnya tertidur.
Aku dibangunkan jam 12 siang, mereka sudah berbenah. Tinggal Madonna yang ada di kamar, yang lainnya sudah pulang. Madonna membangunkanku karena harus check out dari hotel, dan dia segera menyuruhku untuk mandi. Saat dia ke kamar mandi, diatas meja aku sempat melihat bukti pembayaran kamar hotel, atas nama Firna, ada alamat dan nomor teleponnya. Dengan memanfaatkan kertas dan pulpen yang disediakan pihak hotel di meja, aku segera mencatat nama, alamat dan no telpon ini di kertas
Sepulang ke rumah, aku masih merasa lemas. Malamnya aku meriang, dan besoknya aku tidak masuk hingga dua hari. Obat itu telah membuat jantungku berdegup kencang, dan berhubungan seks aktif selama lima jam dengan delapan wanita, telah menghabiskan energiku. Seks dengan gratis ini telah membuatku sakit.
Minggu berikutnya aku coba mencari tahu tentang Firna. Alamat dan no telponnya menunjukkan bahwa Firna tinggal di Sawah Lunto. Waktu ku telpon, ternyata Firna sedang kuliah di Padang. Karena aku mengaku sebagai teman lamanya, keluarganya memberikan alamat kos dan nomor teleponnya di Padang. Sepulang sekolah, aku mendatangi tempat kosnya, ternyata Firna sedang kuliah dan biasanya pulang jam 4 sore. Di ruang tamu kos2an itu ada foto penghuni kos. Dan saat kulihat foto bernama Firna, ternyata dia adalah cewek yang mengaku bernama Eva Arnaz.
Teman kosnya bertanya, dan kujawab bahwa namaku Richard, dan akan menelpon Firna jam 5. Ketika kutelpon Firna agak ragu bertanya,
“ini Richard yang mana ya?”. Kujawab,
“Yang ketemu Eva Arnaz di kamar 207”. Lama Firna terdiam dan tidak menyahut.
“Kamu mau apa Richard?”, suaranya lemah tapi berat.
“Nggak apa2. Hanya ingin kenalan”, kataku.
“bagaimana kalau kita makan di KFC jam 6?”, aku mengajaknya.
“hhh.. oke..”, jawabnya masih dengan suara berat.
Aku menunggu di KFC. Tampak Firna datang. Tidak sendiri ada Madonna dan Nia Daniaty bersamanya. Mereka segera duduk dimejaku. Mereka bercerita bahwa mereka berasal dari keluarga miskin di kampung dan kuliah di Padang. Mereka sering kekurangan biaya. Lalu bertemu dengan Uni Elizabeth, yang juga nama samaran, yang merupakan kakak kelas yang sudah lulus dan membantu mencarikan uang melalui jalan seks rahasia.
“Uni Elizabeth sudah menikah, sehingga dia sangat menjaga kerahasiaan jaringan ini. Jadi kami hanya beroperasi paling cepat dua bulan sekali dan bergantian. Itupun dengan mencari orang-orang dari luar kota Padang, biasanya orang Jakarta. Kami bergerak sebagai tourist guide yang freelance, jadi tidak rutin.
Anggota kami cuma bertujuh, enam orang yang malam itu bersama kamu di 207. Satu orang lagi yang menyusul melayani kamu, dan Uni Elizabeth adalah orang yang lebih tua yang menyusul ke kamar 207. Uni takut kamu overdosis sehingga kamu harus sampai puncak orgasme. Itulah sebabnya waktu itu dia datang membantu”, Madonna menjelaskan
“Aku yang salah karena mengundang kamu. Waktu itu kami berenam merasa malas melayani bapak2 gendut. Sehingga mencari hiburan dengan mengajak kamu yang orang baru di Padang ini”, lanjut Madonna.
Aku mencoba memahami mereka dan berjanji tidak akan membongkar rahasia ini. Dan cukuplah kami saling mengenal dengan nama samaran. Aku menyarankan agar Firna pindah kos, sehingga aku tak tahu lagi. Dan cukuplah bagiku mengenal Eva Arnaz di kamar 207.