CERITA DEWASA - Keluarga tempat kos saya mempunyai anak tunggal wanita yang telah menikah serta tinggal dirumah orang tuanya. Mbak Sus, sekian kami anak-anak kos menyebut, berusia sekitaran 35 th.. Tidak demikian cantik namun mempunyai badan bagus serta bersih.
Menurut ibu kos, anaknya itu sempat melahirkan namun lalu bayinya wafat dunia. Jadi tidak mengherankan bila bentuk tubuhnya masih tetap mengundang selera. Kami berlima anak-anak kos yang tinggal dirumah sisi samping seringkali iseng-iseng membicarakan Mbak Sus. Wanita yang bila dirumah tidak sempat menggunakan bra itu jadi tujuan bercakap miring.
“Kamu tahu tidak, mengapa Mbak Sus hingga saat ini tidak hamil-hamil? ” bertanya Robin yang kuliah di tehnik sipil satu waktu.
“Aku tahu. Suaminya letoi. Tidak dapat ngacung” jawab Krus, anak tehnik mesin dengan tangkas.
“Apanya yang tidak dapat ngacung? ” bertanya saya pura-pura tidak paham.
“Bego! Ya penisnya dong”, kata Krus.
“Kok tahu bila dia sulit ngacung? ” saya menguber sekali lagi.
“Lihat saja. Stylenya klemar-klemer kaya wanita. Tahu tidak? Mbak Sus seringkali membentak-bentak suaminya? ” papar Krus.
“Kalian saja yang tidak tanggap. Dia sesungguhnya kan mengundang satu diantara, dua, atau tiga diantara kita, mungkin saja jadi semuanya, untuk membantu”, kata Robin.
“Membantu? Apa maksudmu? ” tanyaku tidak memahami ucapannya.
Robin tertawa sebelumnya berkata, “Ya menolong dia supaya selekasnya hamil. Dia mengundang otomatis. Saksikan saja, dia seringkali menunjukkan payudaranya pada kita dengan kenakan kaus ketat. Lalu tiap-tiap selesai mandi dengan cuma melilitkan handuk di tubuhnya lalu-lalang dimuka kita”Agen Domino 99 Terpercaya
“Ah anda saja yang GR. Mungkin saja Mbak Sus tidak punya maksud begitu”, sergah Heri yang mulai sejak barusan diam.
“Nggak yakin ya? Mari siapa yang berani masuk kamarnya waktu suaminya dinas malam, saya jamin dia tidak juga akan menampik. Pasti”
Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu fikiranku. Apakah benar apa yang dia katakan mengenai Mbak Sus? Apakah benar wanita itu berniat mengundang birahi kami supaya ada yang masuk perangkapnya?
Sepanjang satu tahun kos diam-diam saya memanglah sukai nikmati panorama yang tanpa ada tersadari seringkali buat penisku tegak berdiri. Terlebih payudaranya yang seperti berniat dipamerkan dengan semakin banyak berkaus hingga putingnya yang kehitam-hitaman terlihat menonjol.
Terkecuali payudaranya yang kuperkirakan memiliki ukuran 36, pinggulnya yang besar seringkali membuatku terangsang. Ah begitu mengasyikkan serta menggairahkan bila saja saya dapat memasukkan penisku ke selangkangannya sembari meremas-remas payudaranya.
Sesudah pembicaraan iseng itu saya jadi lebih memerhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan juga saya saat ini berniat seringkali mengobrol dengan dia. Kulihat wanita itu tenang-tenang saja walau ketahui saya seringkali mengambil pandang ke arah dadanya sembari menelan air liur.
Satu saat saat jalan berpapasan tanganku tanpa ada berniat menyentuh pinggulnya.
“Wah.. maaf, Mbak. Tidak berniat.. ” kataku sembari tersipu malu.
“Sengaja juga tidak apa-apa kok dik”, jawabnya sembari mengerlingkan matanya.
Dari situ saya mulai menyimpulkan apa yang disebutkan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memanglah berupaya memancing, mungkin saja tidak senang dengan kehidupan seksualnya dengan suaminya.
Semakin lama saya jadi bertambah berani. Sekian kali saya berniat menyenggol pinggulnya. Eh dia hanya tersenyum-senyum. Tindakan nakal juga kutingkatkan. Bukanlah menyenggol sekali lagi namun meremas. Sialan, reaksinya sama juga. Tidak salah bila saya mulai berangan-angan satu waktu menginginkan menyetubuhi dia.
Kesempatan itu sesungguhnya cukup banyak. Satu minggu 3x suaminya dinas malam. Dia sendiri sudah memberi sinyal tanda welcome. Hanya saya masih tetap takut. Siapa tahu dia miliki kelainan, yaitu sukai menunjukkan piranti badannya yang indah tidak ada kemauan beda.
Tetapi birahiku rasa-rasanya tidak tertahankan sekali lagi. Tiap-tiap malam yang ada pada bayanganku adalah menyelinap diam-diam ke kamarnya, menciumi serta menjilati semua badannya, meremas payudara serta pinggulnya, lalu melesakkan penis ke vaginanya.
Satu hari saat tempat tinggal sepi. Empat rekanku masuk kuliah atau miliki aktivitas keluar, ayah serta ibu kosku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya diluar kota, sedang suami Mbak Sus ke kantor.
Saya mengobrol dengan dia di ruangan tamu sembari melihat tv. Awal mulanya pembicaraan cuma bebrapa masalah umum serta umum. Tak tahu memperoleh dorongan dari tempat mana lalu saya mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.
“Saya sesungguhnya begitu kagum pada Mbak Sus lo”, kataku.
“Kamu ini ada-ada saja. Memangnya saya ini bintang sinetron atau jenis. ”
“Sungguh kok. Tahu tidak apa yang kukagumi pada Mbak? ”
“Coba apa.. ”
“Itu.. ”
“Mana? ”
Tanpa ada bebrapa sangsi sekali lagi saya menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti umum cuma dibungkus kaus.
“Ah.. anda ini. ”
Reaksinya semakin membuatku berani. Saya mendekat. Mencium pipinya dari belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lantas ganti kucium lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, namun tidak berupaya menampik.
Wah, peluang nih. Saat ini sembari menciumi lehernya tanganku bergerilya dibagian dadanya. Dia berupaya menepis tanganku yang ngawur, namun saya tidak ingin kalah. Remasanku selalu kulanjutkan.
“Dik.. malu ah diliat orang”, tuturnya perlahan. Tepisannya melemah.
“Kalau demikian kita ke kamar? ”
“Kamu ini nakal”, katanya tanpa ada berupaya sekali lagi hentikan serbuan tangan serta bibirku.
“Mbak.. ”
“Hmm.. ”
“Bolehkah mm.., bolehkah bila saya.. ”
“Apa hh.. ”
“Bolehkah saya memegang susu Mbak yang gede itu? ”
“Hmm.. ” Dia mendesah saat kujilat telinganya.
Tanpa ada menanti jawabannya tanganku selekasnya menelusup ke balik kausnya. Rasakan begitu empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan ke-2 tanganku. Desahannya semakin kuat. Lantas kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, bermakna dia oke. Tanganku semakin semangat. Saat ini ke-2 putingnya ganti kupermainkan.
“Dik, tutup pintunya dahulu dong”, bisiknya dengan nada agak bergetar, mungkin saja menahan birahinya yang mulai naik.
Tanpa ada diminta 2 x secepat kilat saya selekasnya tutup pintu depan. Pasti supaya kondisi aman serta teratasi. Kemudian saya kembali pada Mbak Sus. Saat ini saya jongkok di depannya.
Mengungkap rok bawahnya serta merenggangkan ke-2 kakinya. Wuih, begitu mulus ke-2 pahanya. Pangkalnya terlihat menggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sembari menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina serta klitorisnya yang besar. Lidahku semakin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sembari mendesah halus. Pada akhirnya jilatanku hingga di pangkal pahanya.
“Mau apa kau sshh.. sshh”, tanyanya lirih sembari memegangi kapalaku erat-erat.
“Mbak belum juga sempat dioral ya? ”
“Apa itu? ”
“Vagina Mbak juga akan kujilati. ”
“Lo itu kan tempat kotor.. ”
“Siapa katakan? ”
“Ooo.. oh.. oh.. ”, desis Mbak Sus keenakan saat lidahku mulai bermain-main di gundukan vaginanya. Terlihat dia keenakan walau masih tetap dibatasi celana dalam.
Serangan juga kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Saat ini piranti rahasia kepunyaannya ada dimuka mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai sama sangkaanku. Di sekitarnya ditumbuhi rambut tidak demikian lebat.
Lidahku lalu bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk kedalam dengan beberapa gerakan melingkar yang buat Mbak Sus semakin keenakan, hingga mesti mengangkat-angkat pinggulnya.
“Aahh.. Kau pandai sekali. Belajar dari tempat mana hh.. ”
“mm film biru serta bacaan porno kan banyak mm.. ” jawabku.
Mendadak, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Tindakan liarku juga berhenti mendadak.
“Sst ada tamu Mbak”, bisikku.
“Cepat kau sembunyi ke dalam”, kata Mbak Sus sembari mengatur bajunya yang agak berantakan.
Saya selekasnya masuk kedalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semuanya, hingga dari luar tidak lihat kedalam. Hingga di kamar berbau harum itu saya duduk di pinggir ranjang. Penisku tegak menekan celana pendekku yang kukenakan.
Sialan, baru asik ada yang mengganggu. Kudengar nada pintu di buka. Mbak Sus bicara sebagian patah kata dengan seseorang tamu bertemura lelaki. Tidaklah sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar sesudah tutup pintu depan.
“Siapa Mbak? ”
“Tukang koran menagih rekening. ”
“Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat.. ”
“Sudahlah”, tuturnya sembari mendekati saya.
Tanpa ada sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lantas tangannya menyentuh celanaku yang menonjol karena penisku yang ereksi maksimum, meremas-remasnya sebagian waktu. Begitu lembut ciumannya, walau masih tetap polos.
Saya selekasnya menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit hingga dia seperti akan tersedak. Awal mulanya Mbak Sus seperti juga akan memberontak serta melepas diri, tapi tidak kubiarkan. Mulutku seperti menempel di mulutnya.
Lama-lama dia pada akhirnya dia dapat nikmati serta mulai menirukan style permainan ciuman yang dengan tidak sadar barusan kuajarkan.
“Uh anda pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu? ” tanyanya diantara kecipak ciuman yang membara serta mulai liar.
Saya tidak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan ke-2 payudaranya yang terlihat menggairahkan itu. Agar tidak merepotkan, kausnya kulepas.
Saat ini dia telanjang dada. Tidak senang, selekasnya kupelorotkan rok bawahnya. Nah saat ini dia telanjang bulat. Begitu bagus badannya. Padat, kencang, serta putih mulus.
“Nggak adil. Anda harus juga telanjang. ” Mbak Sus juga menanggalkan kaus, celana pendek, serta paling akhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh selekasnya diremas-remasnya. Tanpa ada dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, sama-sama menindih.
“Mbak ingin saya oral sekali lagi? ” tanyaku.
Mbak Sus cuma tersenyum. Saya menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal kesenangan kepunyaannya. Tanpa ada ampun sekali lagi mulut serta lidahku menyerang daerah itu dengan liar.
Mbak Sus mulai keluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Terlihat dia temukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Nyaris lima menit kami nikmati permainan itu. Setelah itu saya merangkak naik. Menyorongkan penisku ke mulutnya.
“Gantian dong, Mbak”
“Apa muat segede itu.. ”
Tanpa ada menanti jawabannya selekasnya kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Awal mulanya agak kesusahan, namun lama-lama dia dapat beradaptasi hingga tidak lama penisku masuk rongga mulutnya. Lihat Mbak Sus agak tersiksa oleh style permainan baru itu, saya juga selekasnya mencabut penisku. Fikirku, kelak lama-lama tentu dapat.
“Sorry ya Mbak”
“Ah kau ini mainnya aneh-aneh. ”
“Justru di situ enaknya, Mbak. Sampai kini Mbak sama suami main seksnya bagaimana? ” tanyaku sembari menciumi payudaranya.
“Ah malu. Kami main konvensional saja kok. ”
“Langsung tusuk demikian tujuannya.. ”
“Nakal kau ini”, tuturnya sembari tangannya mengelus-elus penisku yang tetap masih tegak berdiri.
“Suami Mbak mainnya lama tidak? ”
“Ah.. ” dia tersipu-sipu. Mungkin saja malu untuk mengungkap.
“Pasti Mbak tidak sempat senang ya? ”
Mbak Sus tidak menjawab. Dia jadi menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku juga ganti-berganti memainkan ke-2 payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Saya tahu, wanita itu telah kepengin disetubuhi. Tetapi saya berniat membiarkan dia jadi penasaran sendiri.
Namun lama-lama saya tidak tahan juga. Penisku juga telah menginginkan selekasnya menggenjot vaginanya. Pelan-pelan saya mengarahkan barangku yang kaku serta keras itu ke arah selangkangannya. Saat mulai menembus vaginanya, kurasakan badan Mbak Sus agak gemetar.
“Ohh.. ” desahnya saat sedikit untuk sedikit batang penisku masuk vaginanya.
Sesudah semua barangku masuk, saya selekasnya bergoyang naik turun diatas badannya. Saya semakin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, serta ke-2 payudaranya yang turut bergoyang-goyang.
Tiga menit sesudah kugenjot Mbak Sus menjepitkan ke-2 kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Nampaknya dia juga akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan.
“Ooo.. ahh.. hmm.. sshh.. ” desahnya dengan badan menggelinjang menahan kesenangan puncak yang diperolehnya.
Kubiarkan dia nikmati orgasmenya sebagian waktu. Kuciumi pipi, dahi, serta semua berwajah yang berkeringat.
“Enak Mbak? ” tanyaku.
“Emmhh.. ”
“Puas Mbak? ”
“Ahh.. ” desahnya.
“Sekarang Mbak berbalik. Menungging. ”
Saya mengatur tubuhnya serta Mbak Sus menurut. Dia saat ini bertumpu pada siku serta kakinya.
“Gaya apa sekali lagi ini? ” tanyanya.
“Ini style anjing. Senggama lewat belakang. Tentu Mbak belum juga sempat. ”
Sesudah siap saya juga mulai menggenjot serta menggoyang dari belakang. Mbak Sus kembali menjerit serta mendesah rasakan kesenangan tidak ada tara yang mungkin saja sampai kini belum juga sempat dia peroleh dari suaminya. Sesudah dia orgasme hingga 2 x, kami istirahat.
“Capek? ” tanyaku.
“Kamu ini aneh-aneh saja. Hingga ingin remuk tulang-tulangku. ”
“Tapi kan nikmat Mbak”, jawabku sembari kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Kita teruskan kelak malam saja ya. ”
“Ya deh bila lelah. Tapi tolong lagi, saya pengin masuk supaya spermaku keluar. Nih telah tidak tahan sekali lagi penisku. Saat ini Mbak yang di atas”, kataku sembari mengatur tempatnya.
Saya terletang serta dia menempati pinggangku. Tangannya kubimbing supaya memegang penisku masuk ke selangkangannya. Sesudah masuk badannya kunaikturunkan selaras genjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak ikuti irama goyanganku yang semakin lama semakin cepat.
Payudaranya yang turut bergoyang-goyang menaikkan gairah nafsuku. Terlebih ditingkah lenguhan serta jeritannya mendekati hingga puncak. Saat dia menjangkau orgasme saya belum juga apa-apa. Tempatnya selekasnya kuubah ke style konvensional.
Mbak Sus kurebahkan serta saya menembaknya dari atas. Mendekati klimaks saya tingkatkan frekwensi serta kecepatan genjotan penisku.Domino99
“Oh Mbak.. saya ingin keluar nih ahh.. ”
Selang beberapa saat spermaku muncrat didalam vaginanya. Mbak Sus lalu menyusul menjangkau klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya demikian hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam tempat relaksasi sesuai sama itu.
“Vaginamu masik nikmat Mbak”, bisikku sembari mencium bibir mungilnya.
“Penismu juga nikmat, Dik. ”
“Nanti kita main dengan beberapa macam style sekali lagi. ”
“Ah Mbak memanglah kalah pandai di banding anda. ”
Kami berpelukan, berciuman, serta sama-sama meremas sekali lagi. Seperti tidak bebrapa senang rasakan kesenangan beruntun yang barusan kami rasakan.
“Mbak bila pengin katakan saja ya. ”
“Kamu juga. Bila menginginkan ya segera masuk ke kamar Mbak. Namun sst.. bila cocok aman lo. ”
“Mbak ingin tidak main ramai-ramai? ”
“Maksudmu bagaimana? ”
“Ya umpamanya saya mengajak satu diantara rekan serta kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tidak cukup bila hanya dilayani satu cowok. ”
“Ah anda ini ada-ada saja. Malu ah.. ”
“Tapi ingin coba kan? ”
Mbak Sus tidak menjawab. Dia jadi lalu menciumi serta menggumuli saya habis-habisan. Ya saya terangsang sekali lagi jadinya. Ya penisku tegak sekali lagi. Ya pada akhirnya saya harus menggenjot serta menembaknya hingga dia orgasme sekian kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.