CERITA DEWASA - Ketika itu saya masih tetap duduk di SMP kelas II saya pernah Sange di toilet sampai Ngentot , sempat berlangsung peristiwa yang begitu mengasyikan serta sangat baik ini tidak ditiru. Pada saat di SMP, saya termasuk juga anak yang cukuplah nakal serta sekolahku itu juga adalah sekolah yang banyak habiskan beberapa anakanak nakal, tidak ada yang dapat disebut lumayan semakin banyak daripada sebetulnya.
SERU NYA NGENTOT DI DALAM KAMAR MANDI
CERITA DEWASA - Ketika itu saya masih tetap duduk di SMP kelas II saya pernah Sange di toilet sampai Ngentot , sempat berlangsung peristiwa yang begitu mengasyikan serta sangat baik ini tidak ditiru. Pada saat di SMP, saya termasuk juga anak yang cukuplah nakal serta sekolahku itu juga adalah sekolah yang banyak habiskan beberapa anakanak nakal, tidak ada yang dapat disebut lumayan semakin banyak daripada sebetulnya.
NGENTOT DI DALAM KELAS WAKTU OLAHRAGA
CERITA DEWASA - Saya seseorang gadis bersekolah di SMA xxx. Nama sayaMelda ayunda, saya anggota cheerleader PCT. Dalam satu hari, ada kompetisi basket pada anak SMA sekolah lainnya melawan anak SMA 8 di sekolahku. Saya menjadi anggota team cheerleader PCT, kenakan pakaian minim, memberikan dukungan pada team sekolahku. Di tengahnya kompetisi, salah satunya pemain cadangan team SMA 8 tersenyum pada saya, dia bukannya lihat teman-temannya bermain, tetapi memandangiku selalu. Saat set pertama selesai, dia hadir menghampiriku, serta kami berteman ucap saja namanya Indra.Agen Domino 99 Terpercaya
MERASAKAN KEINDAHAN TUBUH IBU MERTUAKU
CERITA DEWASA - Namaku Heri, umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan.Agent domino 99 terpercaya
Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing. Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu.
Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu. Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan.
Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku.
“Kamu mandi aja deh sana, Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi
“Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu
“Udah.. Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran.
“Yah.. udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.
Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku.
Aku perhatikan dia mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya.
Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku. Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.
“Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her” hardik Ibu mertuaku.
“Bu.. tolongin saya dong, Bu” rayuku
“Ih.. apaan sih..?!” Katanya lagi
“Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu” bujukku lagi
“Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku
“Bu.. tolong, Bu.. please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi.
Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku.
Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah.
“Dikamar aja yuk, Bu” bisikku
Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu.
“Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?” Kataku.
Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya.
“Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh” Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.
Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini.
“Enak kan, Bu..?” Kataku
“Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?” Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.
“Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?”
“Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt” jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah.
“Itu baru awalnya, Bu” Kataku.
Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya.
Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang.
“Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt” suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.
Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya.
“Auw.. diapain, Bu..?” Tanyaku. Agen Bandarq
“Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.
“Guedhe.. juga.. punya kamu, Her” Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku.
“Iya dong, Bu” Kataku.
Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian..
“Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya.
Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang.
“Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya.
“Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq” Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya.
“Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. diatas rata-rata”Katanya
“Kan tadi udah diurut, Bu” Kataku.
Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm. Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku.
“Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut.
“Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!” Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya.
“Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual. Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku..
“Eh.. Ibu yang di atas deh” Kataku.
“Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?” Tanyanya.
“Gak” jawabku singkat.
“Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?” Godanya sambil mencubit pantatku.
“Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar.
“Awas.. yah.. kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku.
“Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya
“Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny.
Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku.
Aku juga duduk dan meraih puting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.
“Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf” desah Ibu mertuaku.
“Gila, Bu.. enak banget..!”
“Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya.
Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.
“Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
“Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe” Kata Ibu mertuaku.
“Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh” Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
“Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme.
Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga.
“Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya.
Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya.
Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku.
“Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?” Tanyaku
“Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu mertuaku
“Iya.. sekarang kan udah, Bu” Kataku sambil mengecup keningnya
“Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.
“Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya
“Ih.. bisa aja.. kamu” sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku.
Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi.Domino 99
Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang.
MENGAJARI ANAK ANGKAT BERHUBUNGAN BADAN
CERITA DEWASA - Itu dibuktikan Safiq saat mereka berbincang berdua sambil menunggu mas Iqbal yang bekerja lembur. Berdua mereka duduk di sofa ruang tengah, di depan televisi. Mereka mengobrol banyak, mulai dari sekolah Safiq hingga saat-saat intim mereka berdua yang menjadi semakin sering.Agent domino 99 terpercaya
”Kamu nggak bosen nenen sama Umi?” tanya Anis sambil membelai rambut Safiq yang lagi-lagi tenggelam ke belahan buah dadanya.
Dengan mulut penuh payudara, Safiq berusaha untuk menjawab, ”Ehm… enggak, Mi. Susu umi enak banget!”
”Saat aku kocok gini, enak juga nggak?” tanya Anis yang tangannya mulai menerobos ke dalam lipatan sarung Safiq.
Safiq melenguh pelan saat merasakan jari-jari Anis melingkupi batang kemaluannya dan mulai mengocok pelan benda coklat panjang itu. ”Hmm, enak, Mi.” sahutnya jujur.
Anis tersenyum, dan melanjutkan aksinya. Terus ia permainkan batang penis sang putra angkat hingga Safiq melenguh kencang tak lama kemudian. Badan kurusnya kejang saat spermanya berhamburan mengotori sarung dan tangan Anis. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Anis memperhatikan tangannya yang belepotan sperma, dan selanjutnya mengelapkan ke sarung Safiq. Lalu dipeluknya bocah itu penuh rasa sayang.
”Terima kasih, Mi.” gumam Safiq di sela-sela pelukan mereka.
Anis mengecup pipinya lalu membimbing anak itu untuk pindah ke kamar, sekarang sudah waktunya untuk tidur. Tapi Safiq tidak langsung beranjak, ia tetap duduk di sofa, sementara Anis sudah berdiri di hadapannya. Safiq menengadah memandangnya dengan tatapan sayu. Dengan nada bergetar, bocah itu berucap, ”Safiq sayang Umi,” sambil mulutnya mendekat untuk mencium kemaluan Anis.
Anis jadi bingung, mau menolak, tapi takut membuat Safiq kaget dan malu. Dibiarkan, ia tahu apa yang diinginkan bocah kecil itu. Belum sempat menjawab, tangan Safiq sudah menyusup ke balik dasternya untuk mengusap paha Anis dari luar. Dan terus makin ke atas hingga menemukan CD yang membungkus pantat bulatnya.
Anis sedikit terhentak saat Safiq memegang dan menarik turun kain mungil itu. ”Ah, Safiq! Apa yang kamu lakukan?” teriaknya, tapi tetap membiarkan sang putra angkat menelanjangi dirinya. Ia berpikir, mungkin Safiq hanya akan menciumnya sesaat saja.
Tapi tebakannya itu ternyata salah. Memang Safiq cuma mencium pelan, hanya bagian luar yang dijamah oleh bocah kecil itu. Tapi itu cuma awal-awal saja, karena selanjutnya, saat melihat tidak ada penolakan dari diri Anis, iapun melakukan yang sebenarnya,
Safiq mengangkat salah satu kaki Anis ke sandaran sofa hingga kini selangkangan sang ibu angkat terbuka jelas di depan matanya. Diperhatikannya kemaluan Anis yang basah merona kemerahan untuk sesaat, sambil tangannya meremas dan mengelus-elus bongkahan pantat Anis dengan gemas.
”Ehm,” Anis melenguh, tubuh sintalnya mulai bergetar. Ia yang awalnya ingin menolak, kini malah terdiam mematung. Anis pasrah saja saat bibir kemaluannya mulai disentuh oleh Safiq, dari mulai jilatan yang sopan hingga semakin lama menjadi semakin gencar. Akhirnya Anis malah merapatkan kemaluannya ke bibir Safiq dan tanpa sadar mulai menggoyangkan pinggulnya. Aksinya itu membuat Safiq semakin leluasa menciumi lubang kemaluannya.
”Ough…” Anis merasakan lidah Safiq semakin kuat menari dan menjelajahi seluruh lekuk kemaluannya.
Ia merasakan cairan kewanitaannya semakin deras mengalir seiring dengan rangsangan Safiq yang semakin kuat. Entah darimana bocah itu belajar, tapi yang jelas, jilatan dan hisapannya sungguh terasa nikmat. Tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh mas Iqbal membuat Anis merintih kegelian, namun terlihat sangat menyukai dan menikmatinya. Ia elus-elus kepala Safiq yang terjepit diantara pangkal pahanya, hingga akhirnya tubuhnya mengejang dan menekuk kuat tak lama kemudian.
Safiq yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana.
“Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan pinggulnya. Dari dalam lubang surga yang tengah ia nikmati, mengalir deras cairan bening yang terasa agak sedikit kecut.
Baunya pesing, seperti bau air kencing. Cepat Safiq menarik kepalanya, tapi tak urung, tetap saja beberapa tetes air mani itu membasahi mukanya. Diperhatikannya Anis yang saat itu masih merapatkan kaki dengan tubuh mengejang-ngejang pelan. Selanjutnya, tanpa suara, istri Iqbal itu jatuh lunglai ke atas sofa, menindih badan kurus Safiq ke dalam pelukannya.
Mereka terdiam untuk beberapa saat. Anis berusaha untuk mengatur nafasnya, sementara Safiq dengan polos melingkarkan tangan untuk mengusap-usap bokong bulat Anis yang masih terbuka lebar.
”D-darimana kamu b-belajar seperti i-itu, Fiq?” tanya Anis saat gemuruh di dadanya sedikit mulai tenang.
Safiq memandangnya,
”Dari Umi,” jawabnya polos.
“Jangan ngawur kamu, Umi nggak pernah ngajarin yang seperti itu.” sergah Anis sedikit berang.
“Memang nggak pernah, tapi Umi pernah memintanya.” sahut Safiq.
“Meminta? Maksud kamu…”
Safiq pun berterus terang. Kemarin ia memergoki kedua orang tua angkatnya bercinta di ruang tengah, di sofa dimana mereka tengah berpelukan sekarang. Saat itu Anis meminta agar mas Iqbal mengoral kemaluannya, tapi laki-laki itu menolak dengan alasan jijik dan dilarang oleh ajaran agama.
Anis memang kelihatan kecewa, tapi bisa mengerti. Safiq yang terus mengintip jadi menarik kesimpulan; perempuan suka jika kemaluannya dijilat. Dalam hati Safiq berjanji, ia akan melakukannya untuk membalas budi baik Anis yang selama ini sudah merawat dan menyayanginya.
”Kamu sudah salah paham, Fiq,” di luar dugaan, bukannya senang, Anis malah terlihat ketakutan.
”Kenapa, Mi?” tanya Safiq kebingungan.
“Setelah menjilat, kamu pasti akan melakukan hal lain, seperti yang kamu tonton kemarin malam. Benar kan?” tuduh Anis.
Safiq terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Memang sempat terbersit di hati kecilnya untuk melakukan apa yang sudah diperbuat kedua orang tua angkatnya. Sepertinya nikmat sekali. Sebagai seorang remaja yang baru tumbuh, ia jadi penasaran, dan ingin merasakannya juga. Safiq sama sekali tidak mengetahui kalau itu sangat-sangat dilarang dan tidak boleh.
“Ah, ini salah Umi juga.” keluh Anis, pelan ia menarik tubuhnya dan duduk di sisi Safiq.
Tangan Safiq yang terulur untuk memegangi bongkahan payudaranya, ditepisnya dengan halus. Safiq jadi terdiam dan menarik diri. Anis merapikan bajunya kembali.
“M-maaf, Mi.” lirih Safiq dengan muka menunduk, sadar kalau sudah melakukan kesalahan besar.
“Tidak apa-apa. Tapi mulai sekarang, jangan nenen sama Umi lagi, kamu sudah besar.” putus Anis
sambil bangkit dan beranjak menuju kamar, meninggalkan Safiq sendirian di ruang tengah menyesali kebodohannya.
Esoknya, Anis menyiapkan sarapan dalam diam. Dia yang biasanya ramah dan ceria, hari ini terlihat seperti menanggung beban berat. Mas Iqbal bukannya tidak mengetahui hal itu, tapi dia mengira Anis cuma lagi PMS saja. Tapi setelah ditunggu berhari-hari, dan sang istri tercinta tetap cemberut saja, bahkan cenderung keras hati, iapun mulai curiga.
”Ada apa, Nis? Kuperhatikan, kamu berubah akhir-akhir ini. Ceritakanlah, siapa tahu aku bisa membantu.”Anis menggeleng,
”Ah, nggak, Mas. Tidak ada apa-apa, aku cuma lagi capek aja.”
”Jangan bekerja terlalu keras. Ingat, kita kan lagi program hamil.” Mas Iqbal mengingatkan.
Anis berusaha untuk tersenyum, ”Iya, Mas.” Dan saat sang suami merangkul lalu mengecup bibirnya untuk diajak menunaikan sunnah rasul, iapun berusaha melayani dengan sepenuh hati. Siapa tahu, dengan begitu ganjalan di relung hatinya bisa cepat sirna.
Tapi harapan tetap tinggal harapan. Bukannya hilang, hatinya malah semakin resah. Apalagi saat melihat Safiq yang mulai menjauhinya. Bukan salah bocah itu juga, Anis juga jarang mengajaknya bicara berdua seperti dulu. Sejak peristiwa di ruang tengah itu, mereka jadi seperti dua orang asing, hanya saat benar-benar perlulah mereka baru bertegur sapa.
Di sisi lain, Anis juga seperti kehilangan sesuatu. Penis Safiq yang besar dan panjang terus menghantui pikirannya, juga jilatan dan hisapan bocah itu di atas gundukan payudaranya, dan yang terutama, kuluman Safiq di lubang vaginanya yang sanggup mengantar Anis meraih orgasmenya.
Semua itu ia rindukan, meski dalam hati terus berusaha ia bantah. Tapi tak bisa dipungkiri, pesona Safiq sudah menjerat nafsu birahinya. Kalau dia yang beriman saja merasa seperti ini, bagaimana dengan Safiq yang ingusan? Bocah itu pasti lebih menderita.
Anis mulai meneteskan air mata. Pikirannya kacau, campur aduk antara ingin menolak dan minta ditiduri oleh Safiq. Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut akan dosa. Tapi adzan subuh yang berkumandang lekas menyadarkannya, cepat ia menghapus air mata dan mengambil air wudhu. Ia harus tegar. Ini perbuatan maksiat. Sangat salah dan berdosa. Tidak boleh diteruskan. Kalau tidak, akan percuma lantunan tobatnya selama ini.
Tapi benarkah seperti itu?
Semuanya berubah saat Anis menerima surat panggilan dari sekolah keesokan harinya. Safiq memberikannya dengan takut-takut, ”M-maaf, Mi.” gagap bocah kecil itu.
Tidak menjawab, Anis menerimanya dan membacanya di kamar. Siangnya, bersama Safiq, ia pergi ke sekolah.
”Nilai-nilainya turun, Bu. Sangat jelek sekali.” kata ibu kepala sekolah yang gemuk berjilbab.
Anis berusaha untuk tersenyum dan meminta maaf.
”Mungkin ada masalah di rumah?” tanya ibu kepala sekolah. ”Dulu Safiq itu sangat pintar, salah satu yang terpandai di kelas. Tapi sepertinya sekarang lagi mengalami penurunan motivasi.”
”Emm, sepertinya tidak ada.” jawab Anis berbohong, padahal dia sangat tahu sekali apa yang dipikirkan anak angkatnya itu.
”Baiklah, saya harap ibu membantu kami untuk mengembalikan semangat belajarnya. Kalau begini terus, ia bisa tidak naik kelas.” pesan ibu kepala sekolah sebelum mengakhiri pertemuan itu.
Anis pun mengucapkan terima kasih dan memohon diri. Dilihatnya Safiq yang meringkuk ketakutan di sampingnya. Dipeluknya bocah kecil itu dan berbisik, ”Umi tunggu di rumah, belajar yang rajin ya…”
Safiq mengangguk. Mereka pun berpisah, Anis kembali ke rumah, sementara Safiq meneruskan pelajarannya.
Sorenya, saat pulang dari sekolah, Safiq mendapati ibunya menyambut di ruang tamu. Wanita itu memeluknya dengan erat.
”Maafkan Umi, Fiq. Gara-gara Umi, kamu jadi begini.” kata Anis lirih sambil berlinang air mata.
Belum sempat Safiq berkata, Anis sudah menunduk dan melumat bibirnya dengan lembut. Dicium untuk pertama kali, tentu saja membuat Safiq jadi gelagapan, tapi ia cepat belajar. Saat bibir Anis terus mendecap dan menempel di bibirnya, iapun mengimbangi dengan ganti melahap dan menghisapnya rakus. Dinikmatinya lidah sang bunda yang kini mulai menjelajah di mulutnya.
”Ehmm… Mi,” Safiq melenguh, sama sekali tak menyangka kalau akan diberi kejutan menyenangkan seperti ini.
”Sst…” Anis kembali membungkam bibirnya. ”Diam, Sayang. Umi ingin menebus kesalahan kepadamu.” Pelan Anis menarik tangan Safiq dan ditempelkan ke arah gundukan payudaranya.
”Kamu kangen ini kan?” tanyanya sambil tersenyum manis.
Dengan polos Safiq mengangguk dan mulai meremas-remas pelan. Jari-jarinya memijit untuk merasakan tekstur bulatan yang sangat menggairahkan itu. Seperti biasa, ia tidak bisa mencakup seluruhnya, payudara itu terlalu besar. Safiq bisa merasakan kalau Anis tidak memakai BH, tubuh sintalnya cuma dibalut daster hijau muda yang sangat tipis sehingga ia bisa menemukan putingnya dengan cepat.
“Mi,” sambil memanggil nama sang bunda, Safiq meneruskan jelajahannya. Ia tarik tali daster Anis ke bawah hingga baju itu turun ke pinggang, menampakkan buah dada sang bunda yang sungguh besar dan menggiurkan. Safiq memandanginya sebentar sebelum lehernya maju untuk mulai mencucup dan menjilatinya, sambil tangannya terus meremas-remas pelan.
Anis merebahkan diri di sofa, dibiarkannya Safiq menindih tubuhnya dari atas. Bibir bocah itu terus menelusur di sepanjang bukit payudaranya, mulai dari pangkal hingga ujungnya, semuanya dihisap tanpa ada yang terlewat. Beberapa kali Safiq membuat cupangan-cupangan yang membikin Anis merintih kegelian.
Terutama di sekujur putingnya yang mulai kaku dan menegang, baik yang kiri maupun yang kanan. Safiq menghisap benda mungil kemerahan itu dengan begitu rakus, ia mencucupnya kuat sekali seolah seluruh payudara Anis ingin dilahap dan ditelannya bulat-bulat. Tapi tentu saja itu tidak mungkin.
“Ehmmm…” merintih keenakan, Anis membimbing salah satu tangan Safiq untuk turun menjamah kemaluannya yang sudah sangat basah. Ia sudah menanti hal ini dari tadi. Sepulang sekolah, Anis berpikir dan merenung, Safiq jadi malas belajar karena perseteruan mereka tempo hari. Maka, untuk meningkatkan kembali semangat bocah kecil itu, inilah yang bisa ia lakukan. Anis akan memberikan tubuhnya!
Jangan dikira mudah melakukannya. Anis sudah menimbang dengan matang, memikirkan segala resikonya, dan tampaknya memang inilah jalan yang terbaik. Selain bagi Safiq, juga bagi dirinya sendiri. Karena tak bisa dipungkiri, Anis menginginkannya juga, hari-harinya juga berat akhir-akhir ini.
Pesona kemaluan Safiq yang besar dan panjang terus mengganggu tidur malamnya. Mas Iqbal yang selalu setia menemani di atas ranjang, mulai tidak bisa memuaskannya. Memang penisnya juga besar dan panjang, tapi entahlah, dengan Safiq ia seperti mendapatkan sensasi tersendiri. Sensasi yang membuat gairah dan birahinya berkobar kencang. Sama seperti sekarang.
Bergetar semua rasa tubuh Anis begitu Safiq mulai memainkan jari di lubang vaginanya. bocah itu menggesek-gesek kelentitnya pelan sebelum akhirnya menusukkan jari ke dalam lubangnya yang sempit dan gelap. ”Ough,” Anis merintih nikmat. Di atas, bibir Safiq terus bergantian menjilati puting kiri dan kanannya sambil sesekali menghisap dan menggigitnya rakus.
Anis mendorong kepala bocah kecil itu, meminta Safiq untuk beranjak ke bawah. Safiq yang mengerti apa keinginan sang bunda, segera menurunkan ciumannya. Ia jilati sebentar perut Anis yang masih langsing dan kencang sebelum mulutnya parkir di kewanitaan perempuan yang sudah membiayai hidupnya itu.
”Jilat, Fiq!” Anis meminta sambil membuka kakinya lebar-lebar, memamerkan kemaluannya yang sudah becek memerah pada Safiq.
Si bocah menelan ludah, memandangi sebentar lubang indah yang terakhir kali dilihatnya sebulan yang lalu itu. Perlahan mulutnya turun saat Anis menarik kepalanya. Safiq menjulurkan lidah dan mulai menciuminya. Ia lumat bibir tipis yang tumbuh berlipat-lipat di tengah permukaannya.
Bulu kemaluan Anis yang tercukur rapi juga diciuminya dengan senang hati. Anis merasakan Safiq membuka bibir kemaluannya dengan dua jari. Dan saat terkuak lebar, kembali lorongnya dibuat mainan oleh bocah kecil itu.
Lidah Safiq bergerak liar, juga cepat dan sangat dalam. Namun yang membuat Anis tak tahan adalah saat lidah bocah itu masuk diantara kedua bibir kemaluannya sambil menghisap kuat-kuat kelentitnya. Lama tidak bertemu, rupanya Safiq jadi tambah lihai sekarang.
Diam-diam Anis bersyukur dalam hati, rupanya ia tidak salah membuat keputusan. Memang, ia tahu ini dosa -salah satu dosa besar malah- tapi kalau rasanya senikmat ini, ia sama sekali tidak menyesal telah melakukannya.
Safiq terus memainkan kemaluan Anis. Mulutnya menghisap begitu rakus dan kencang, hingga dalam beberapa menit, membuat sang bunda jadi benar-benar tak tahan. ”Auw… arghh!” Mengejang keenakan, Anis pun berteriak sekuat tenaga sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kelentitnya yang sedang dijepit oleh Safiq, berkedut kencang saat cairannya menyembur deras membasahi lantai ruang tamu.
”Hah, hah,” terengah-engah, Anis meremas pelan rambut Safiq yang duduk berjongkok di lantai.
”Enak, Mi?” tanya bocah kecil itu dengan polos, matanya menatap sang bunda sebelum beralih memandangi selangkangan Anis yang masih mengucurkan sisa-sisa cairan orgasmenya.
Anis mengangguk, ”Nikmat banget, Sayang.” bisiknya sambil berusaha untuk bangkit.
”Mau kemana, Mi?” tanya Safiq cepat, takut tidak mendapatkan jatahnya.
”Kita pindah ke kamar, disini terlalu berbahaya, nanti dipergoki sama tetangga.” sahut Anis.
Ditariknya tangan sang putra untuk masuk ke dalam rumah. Beriringan mereka menuju kamar.
”Kamarmu,” kata Anis saat melihat Safiq ingin berbelok ke kiri. Safiq segera memutar langkahnya, kamar mereka memang berseberangan.
Di dalam, tanpa menunggu lama, Safiq segera menelanjangi diri. Begitu juga dengan Anis. Dengan tubuh sama-sama telanjang, mereka naik ke atas tempat tidur.
”Kamu pengen nenen?” tanya Anis sambil mendekap kepala Safiq dan lekas ditaruhnya ke atas gundukan payudaranya.
Tanpa menjawab, Safiq segera mencucup dan menciumi dua benda bulat padat itu. Dihisapnya puting Anis dengan begitu rakus sambil tangannya bergerak meremas-remas pelan. Di bawah, penisnya yang sudah ngaceng berat terasa menyundul-nyundul lubang kelamin Anis.
”Fiq, ayo masukkan!” pinta perempuan cantik itu. Ia membuka pahanya lebar-lebar sehingga terasa ujung penis Safiq mulai memasuki lubangnya.
”Gimana, Mi, didorong gini?” tanya Safiq polos sambil berusaha menusukkan penisnya.
”Yah, begitu… oughhh!” Anis melenguh, penis Safiq terasa membentur keras, tapi tidak mau masuk. Dengan pengalamannya, Anis bisa mengetahui penyebabnya.
Maka dengan cepat ia bangkit berdiri dan meraih penis Safiq, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya.
“Ahh, Mi!” Safiq menjerit, sama sekali tak menyangka kalau sang bunda akan berbuat seperti itu.
Dan asyiknya lagi, rasanya ternyata begitu nikmat, lebih nikmat daripada dikocok pake tangan. Safiq mulai mengerang-erang dibuatnya, tubuhnya kelojotan, dan saat Anis menghisap semakin kuat, iapun tak tahan lagi. Penisnya meledak menumpahkan segala isinya yang tertahan selama ini. Begitu banyak dan kental sekali.
”Ahh,” Anis yang sama sekali tidak menyangka kalau Safiq akan keluar secepat itu, jadi sangat kaget. Beberapa sperma si bocah sempat tertelan di mulutnya, sisanya yang sempat ia tampung, lekas ia ludahkan ke lantai.
“M-maaf, Mi.” kata Safiq dengan muka memerah menahan nikmat, lelehan sperma tampak masih menetes dari ujung penisnya yang mengental.
Anis tersenyum penuh pengertian, “Tidak apa-apa. Bukan salahmu, sebulan tidak dikeluarkan pasti bikin kamu nggak tahan.”
Penuh kelegaan, Safiq menyambut sang bunda yang kini berbaring di sebelahnya.Mereka saling berpelukan dan berciuman. Tapi dasar nafsu remaja, begitu payudara Anis yang besar menghimpit perutnya, sementara paha mereka yang terbuka saling bergesekan, dengan cepat penis Safiq mengencang kembali.
“Eh, udah tegang lagi tuh.” kata Anis gembira sambil menunjuk penis Safiq yang perlahan menggeliat bangun.
“Iya, Mi.” Safiq ikut tersenyum.
Anis mengocoknya sebentar agar benda itu makin cepat kaku dan menegang. Saat sudah kembali ke ukuran maksimal, ia lekas mempersiapkan diri. Rasanya sudah tidak sabar lubang vaginanya yang gatal dimasuki oleh kemaluan muda itu. Anis memejamkan mata saat Safiq mulai mendekap sambil terus menciumi bibirnya, ia merasakan bibir kemaluannya mulai tersentuh ujung penis si bocah kecil.
”Tunggu dulu,” Anis menjulurkan tangan, sebentar ia usap-usapkan ujung penis Safiq ke bibir kemaluannya agar sama-sama basah, barulah setelah itu ia berbisik,
”Sudah, Fiq, masukkan sekarang!” Anis memberi jalan.
Safiq mulai mendorong. Pelan Anis mulai merasakan bibir kemaluannya terdesak menyamping. Sungguh luar biasa benda itu. Ohh, Anis benar-benar merasakan kemaluannya nikmat dan penuh sesak. Safiq terus mendorong, sementara Anis menahan nafas, menunggu pertautan alat kelamin mereka tuntas dan selesai sepenuhnya.
”Ahh,” Anis mendesah tertahan saat penis Safiq terus meluncur masuk, membelah bibir kemaluannya hingga menjadi dua, memenuhi lorongnya yang sempit hingga ke relungnya yang terdalam, sampai akhirnya mentok di mulut rahimnya yang memanas.
Mereka terdiam untuk sejenak, saling menikmati rangsangan kemaluan mereka yang kini sudah bertaut sempurna, begitu erat dan intim. Rasanya sungguh luar biasa. Safiq bergidik sebentar saat merasakan Anis yang mengedutkan-ngedutkan dinding rahimnya, memijit batang penisnya dengan remasan pelan. Safiq membalas dengan kembali mencium bibir dan payudara sang bunda, sambil tangannya tak henti-henti meremas-remas bulatannya yang padat menggoda.
Beberapa detik berlalu. Saat Anis sudah merasa cukup, iapun meminta Safiq untuk mulai menggerakkan pinggulnya.
”Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Kita nikmati saat-saat ini. Abi-mu masih lama pulangnya, dia lembur malam ini.” kata Anis.
Mengangguk mengerti, Safiq pun mulai memompa pinggulnya. Gerakannya begitu halus dan pelan, meski terlihat agak sedikit kaku. Maklum, masih pengalaman pertama. Tapi itu saja sudah sanggup membuat Safiq merintih keenakan, ia benar-benar cepat terbawa ke puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Nafasnya sudah memburu, terengah-engah. Sementara tubuhnya mulai bergetar pelan.
Anis yang melihatnya jadi panik. ”Tahan dulu, Fiq. Tahan sebentar!” bisiknya, ia tidak mau permainan ini berhenti begitu cepat. Ia baru mulai merasa nikmat.
Tapi apa mau dikata, jepitan kemaluan Anis terlalu nikmat bagi seorang perjaka seperti Safiq. Diusahakan seperti apapun, bocah itu sudah tak mampu lagi. Maka hanya dalam waktu singkat, Safiq pun menjerit dan kembali menumpahkan spermanya. Kali ini di dalam kemaluan Anis. Cairannya yang kental berhamburan saat Safiq ambruk menindih tubuh bugil sang bunda dengan nafas ngos-ngosan.
”Ah, Safiq!” meski terlihat kecewa, namun Anis berusaha untuk memakluminya.
Ia belai punggung Safiq dengan lembut. Penis bocah itu yang masih menancap di lorong vaginanya, masih terasa berkedut-kedut, menguras segala isinya. Anis merasakan liangnya jadi begitu basah dan penuh.
Mereka terus berpelukan untuk beberapa saat hingga tiba-tiba Anis menjerit kaget, ”Ah, Fiq!” tubuh montoknya sedikit terlonjak saat merasakan penis Safiq yang tiba-tiba saja kaku dan menegang kembali.
”Cepet banget!” pujinya gembira. Diciumnya bibir bocah itu sebagai hadiah.
Safiq cuma tersenyum dan kembali memperbaiki posisi. Ia sudah siap untuk beraksi. Sambil melumat bibir dan leher Anis, ia mulai menggerakkan pinggulnya.Remasan tangannya di payudara sang bunda juga kembali gencar, secepat tusukannya yang kini sudah mulai lancar dan tahan lama.
”Ahhh… terus, Fiq. Yah, begitu!” Anis yang menerimanya, merintih dan menggeliat-geliat tak terkendali.
Tubuh montoknya menggelepar hebat seiring goyangan Safiq yang semakin kuat. Dengan tusukannya yang tajam, bocah itu membuat vagina Anis menegang dan berdenyut pelan, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami selama enam tahun pernikahannya dengan mas Iqbal.
Ohh, sungguh luar biasa. Anis jadi tak ingat apa-apa lagi selain kepuasan dan kenikmatan. Dosa dan neraka sudah lama hilang dari pikirannya. Hati dan kesadarannya sudah tertutup oleh nafsu birahi.
“Fiq, ooh… oohh… terus… arghhh…” Anis sendiri terkejut oleh teriakannya yang sangat kuat. Pelan tubuhnya bergetar saat cairan kenikmatannya menyembur keluar.
Safiq yang juga kesetanan terus memompakan kemaluannya berulang kali, dan tak lama kemudian ikut menggelepar. Wajahnya yang tampan menengadah, sementara kedua tangannya mencengkeram dan menekan payudara Anis kuat-kuat. Di bawah, spermanya yang kental kembali meledak di dalam vagina sang bunda, memancar berulang kali, hingga membuat rahim Anis jadi begitu basah dan hangat.
”Oh,” Anis melenguh merasakan banyak sekali cairan kental yang memenuhi liang vaginanya.
Setelah selesai, Safiq memiringkan tubuh sehingga tautan alat kelamin mereka tertarik dan terlepas dengan sendirinya. Tangannya kembali meremas lembut payudara Anis sambil bibirnya menciumi wajah wanita yang sangat dikasihinya ini. Anis senang dengan perlakuan Safiq terhadap dirinya.
“Fiq, kamu sungguh luar biasa.” puji Anis kepada putra angkatnya.
”Cepet banget tegangnya, padahal barusan keluar.”
Safiq tersenyum, ”Trims, Umi. Safiq senang bisa membuat Umi bahagia.”
”Tapi kamu juga nikmat kan?” goda Anis.
”Tentu saja, Mi.” Safiq mengangguk.
“Mau lagi?” tawar Anis.
”Umi nggak capek?” Safiq bertanya balik.
”Seharusnya umi yang tanya begitu,” sahut Anis, dan mereka tertawa berbarengan.
Sejak saat itu, hubungan mereka pun berubah. Bukan lagi seorang ibu dan anak, tetapi berganti menjadi sepasang kekasih yang selalu berusaha untuk memuaskan nafsu masing-masing. Kapanpun dan dimanapun.
Prestasi Safiq kembali meningkat, bahkan lebih dari sebelumnya. Sementara Anis, mendapat hikmah yang paling besar. Ia kini hamil, sudah jalan 2 minggu. Sudah jelas itu anak siapa, tapi sepertinya mas Iqbal tidak curiga.Domino 99
Malah laki-laki itu kelihatan sangat senang dan gembira, sama sekali tidak curiga saat Anis kelepasan ngomong, ”Selamat, Fiq, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah,” TAMAT
Kudapatkan Keperawannya Adik Sepupuku
CERITA DEWASA - Sebagai remaja yang sering berkumpul dengan teman-teman yang sering bermain sex layaknya dalam cerita seks, akupun akhirnya menginginkan menikmati permainan sex seperti cerita mereka, namun aku masih malu jika harus melakukan hal itu dengan pacarku yang masih satu kelas juga denganku di sekolah yang sama. Dia juga masih seumuran denganku yakni 18 tahun.Agen Domino 99 Terpercaya
Keganasan Gadis LC
CERITA DEWASA - Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun cuma rumah BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan sudah punya. Mau apalagi Pada awalnya aku cuma iseng-iseng saja. Lama-lama jadi keterusan juga. Dan itu semua karena makan buah terlarang.
NAFSU BIRAHI DI PUASKAN OLEH TIGA BOCAH PERJAKA
CERITA DEWASA - Waktunya tidak tentu, kadang malam, kadang siang, tapi tak pernah lagi dia nginap, soalnya aku gak pernah sakit. Aku beruntung dudi dapat menjaga rahasia. Orang tuanya juga tidak ada yang curiga, soalnya sebelum kejadian itu dia sering berada di rumahku. Membantu segala sesuatu . Sekarang dia juga memuaskan birahiku. Sama-sama enak.Agent domino 99 terpercaya
Bayang-bayang asyiknya ngentot bocah yang baru pertama kali alias perjaka selalu terkenang Aku ingin mengulang kembali Aku ingin lagi ngentot sama bocah ingusan yang masih perjaka dimana aku dapatkan? Aku bingung Aku tak percaya dengan temen-temen lelaki bujangan di kantor masih perjaka aku ingin menikmati keluguan-keluguan pria yang baru melihat toket, memek, atau sekujur tubuhku Aku PD, tubuhku indah, aku yakin, lelaki manapun takan menolak jika ku ajak bercinta.
Strategi mencari bocah ingusan ku rancang Caranya,malam minggu ini aku pura-pura akan menginap di tempat kost adikku Aku sampaikan niat itu kepada orang tua dudi, aku minta tolong kepada dudi untuk menginap di rumahku, aku yakinkan kepadanya, silahkan bawa temen, satu aja, laki-laki,lebih baik bukan anak kompleks sini, bawa aja temen sekolah Tak lupa juga aku berikan dia duit cepean untuk beli kue, kali aja buat beli cemilan untuk begadang nonton bola
Sampai pada waktunya, sabtu sepulang kerja, aku main ke tempat kost adikku Tidak ada yang penting sih, Cuma buat mengulur waktu saja biar sampe di rumah tengah malam. Jam setengah sebelas malam aku sampe di depan rumah, ku lihat di dalam kilatan tv masih menyala Di depan pintu ada tiga pasang sandal berserakan Yang satu ku kenal, itu milik dudi, berarti dudi bawa dua temen, pikirku
Ketika ku ketuk dan ku buka pintu, mereka tampak kaget melihat aku datang Pasti kaget, karena aku mengatakan tidak pulang malam ini aku segera katakan aku batal nginep dengan alasan bla bla bla bla Aku juga katakan bahwa mereka tetap boleh menginap disini Nggak usah pulang, kan udah malem, padahal ini memang strategiku
Suasana berangsur pulih Namun ada yang kurang Tv tidak menyala, Di atas vcd player kulihat tempat cd film semi bokep koleksiku tergeletak, aku yakin dia langsung mematikan ketika aku datang Berarti aku berhasil dengan pancingku Aku juga yakin mereka sekarang lagi pada horny
Aku langsung menyiram tubuh di kamar mandi, tidak biasanya aku mandi tengah malam kayak gini, kata orang bisa rematik Malam ini kupaksakan, karena aku ingin ngentot dengan paca bocah abg , masa tubuhku lengket, kan nggak PD. Ketika aku ganti pakaian, niat ngerjain abg ini sedikit melemah, pasalnya, aku mengizinkan dudi membawa satu teman saja , eh malah bawa dua Berarti aku ngentot lawan tiga?
Malam ini ku kenakan tegtop warna putih, tanpa BH, sengaja, biar toketku tampak jelas membusung, jika dari atas akan tampak belahan payudara besar Itu artinya, ketika aku membungkuk, toketku bisa terlihat jelas Aku pakai celana dalam ketat yang tidak mampu menutup jembut lebatku
Bawahanku, ku kenakan rok tipis warna putih, juga Sengaja ku kenakan ini agar bokongku terlihat segitiganya. Dengan pasti, aku melangkah keluar kamar, di tanganku tergenggam se bungkus martabak telor dan sebungkus martabak keju, sengaja ku beli buat mereka
“ini, mba bawain martabak buat kamu” kataku menghampiri tiga bocah yang kini sedang nonton siaran tv
“wah, jadi ngerepotin nih mba” jawab salah satu dari mereka
“gapapa” kataku “o iya siapa namanya, mba belum tahu”
“ini ryan mba, yang ini doni, semuanya temen sekolah”
“o…” aku mengganguk “ayo di makan, silahkan, jangan malu-malu”
Kami berempat ngobrol akrab, aku banyak bertanya tentang sekolah dan hobi mereka tidak lupa juga ku keluarkan es krim dari kulkas, lengkap sudah pikirku Makanan bergizi ku keluarkan, martabak istimewa plus 2 telor bebek ektra, martabak manis plus keju, dan es krim yang bergizi tinggi, sehingga aku yakin hormonnya naik,pasti lezat
Sampai saat ini, rencanaku berhasil, para bocah ini sering mencuri pada paha dan toketku Tapi darimana aku akan memulai? Aku bingung Aku kan ga mau langsung terkam aja, harus ada jalan kesana Waktu terus berputar, bisa rugi kalau sampai pagi Cuma ngobrol doang Aku harus cepat bergerak
Hampir jam dua belas aku pergi ke kamar, dari dalam aku panggil dudi “ada apa mba?”
“dudi,mba pengen banget, entot mba sayang” aku memeluk dan minciuminya
“ada temen mba, ntar ketahuan” dudi ketakutan Perkataannya itu membuat aku yakin bahwa dudi tidak pernah menceritakan hubunganya intimnya dengaku
“ayolah sayang, memek mba gatel banget” kuciumi dudi penuh nafsu Meski dia keberatan, ku giring dan telentangkan dia ke tempat tidur Kulepas semua pakaianku hingga aku bugil di atas tubuhnya Kukecup bibir keras hingga bersuara, aku paksa tangannya meremas toketku hingga aku meringis keras, sengaja biar terdengar keluar supaya mereka mengetahui, dan bergabung
Dudi melirik ke pintu kamar yang terbuka “kenapa dud”
“temen-temen pada ngelihat ”
“ryan, doni, jangan ngintip, kalau mau kesini aja” sahutku
Beberapa menit tidak ada jawaban Ternyata mereka bukan anak bejat yang langsung tubruk di ajan ngentot.
Aku turun dari ranjang, keluar menghampiri mereka yang melongo melihatku telanjang bulat Ku hampiri ryan, kubiskan padanya “mau maen sama mba ga, sayang?” wajahnya pucat Ketika ku bisikan hal itu kepada doni, ia sedikit berani “ma,,,ma…mau mba”
Aku membuka celana tiga perempat dan celana dalam milik doni, kushisap kontolnya langsung “ogggghhhhhh…mba… oghhhhhhh…… ”
Aku senang sekali melihat lolongan doni, aku lirik ryan, dia masih duduk mematung Kulakukan hal yang sama dengan ryan Diapun siap bertempur denganku
Ku oral dia di sofa secara bergantian Aku yang posisi dalam posisi menungging tak tahu kalau di belakang sudah ada dudi sedang berusaha memasukan kontolnya kedalam memekku “Jangan dulu dudi, jangan entot mba dulu” kupikir jangan ke buru-buru memekku di sembur sperma
Dudi mengikuti perintahku, dia pun menciumi bokong, dan menjilat memek dari belakang. Dua kontol ku isep secara bergantian Bahkan doni dan ryan mulai berani, diapun meremas remas toketku
“Oggggg………ogggg… ogggg…… ”ryan menyemprokan sperma ke dalam multuku begitu juga doni, tidak lama dia juga muncrat Dua sperma perjaka masuk ke dalam perutku Keduanya kentel banget
“ayo lanjutin di kamar” aku mengajak mereka bertiga Ketika aku telentang, dudi tak sabar meminta giliran Aku spong dia sambil memringkan kepalaku “doni, ryan jilatin memek sama tete mba”
Doni bergerak cepat menjilati memekku, sementara ryan meremas dan menjilati toket, aku sendiri terus menyepong kontol dudi Permainan berlangsung panas, gerakan-gerakanku semakin liar dan gak beraturan, nikmat sekali, toket dan memek di kerjain bocah ingusan Sementara mulutku bekerja untuk kontol dudi
Lama juga dudi tidak muncrat, mungkin karena sudah sering ku spong jadi tidak seperti yang lainya
Kulihat kontol ryan kembali ngaceng Aku pun begerak, meneletangkan ryan, ku entot dia, “eghhhh… eghhhhh……”ryan merintih
“doni, dudi, kamu tidur disini sayang” aku menunjuk di samping kiri dan kanan ryan
Begitu mereka berbaring, aku beralih mengilir mereka, ku entot ryan, kemudian dudi Secara bergantian sebentar-sebentar Inilah namanya aku ngentot pria, bukan aku yang di entot –
Inikah yang di namakan pesta seks? Aku tak tahu, yang ku tahu hanya ingin kontol-kontol brondong ini aku senang dapat ngentot mereka, aku senang mereka bernafsu sekali terhadapku
Sekarang posisiku sedang ngentot dudi, ku ciumi leher dan bibirya, hingga, ia teriak aghhhh…… eghh……ogh,,,,,,aku keluar mba……crot…crot crot… Dinding memeku terasa yang yang menghantam, banjir sekettika,
Aku telah membuat dudi orgasme, sekarang giliran doni yang akan ku service, sementara ryan terus merangsang bagian-bagian tubuhku Oghhh… memeku terasa sekali mau nyemprot, aku tak tahan, oghh…… aku liar sekali bergerak di atas tubuh doni oghhhh……oghh… mba keluar……oghh……
Ketika aku masih menjerit dan blingsatan, doni juga orgasme,oghhhh……oghh…achh… crot crot…crot… berkali-kali spemanya menyembur
Badanku mulai lemes, sejenak aku terkulai di atas tubuh doni, sementara ryan terus menjelajahi tubuhku
“mba, sekarang aku mba”ryan berkata
Oh iya, aku masih harus menyelesaikan satu brondong lagi Karena mulai capek aku minta ryan yang menggenjot di atas, sebelumnya ku minta ryan membersihkan memek yang penuh sperma dengan kain
Ryan belum mahir dengan posisi menggenjot diriku, aku pun kembali aktif menggoyang pinggul dari bawah Sementara dudi dan doni melihat adegan aku dan ryan
Aku nafsu sekali ketika muka ryan bertanda akan orgasme, seketika itu juga aku percepat gerakanku, ternyata bener, ryan orgasme, aku juga Ogh…ogh…agh…mmhh…ogh…
Badanku lemes ngentot dengan tiga bocah, badanku sudah penuh dengan keringat Tapi aku puas Tenaga yang terkuras tak seberapa dengan kenikmatan ngentot dengan para abg
“gimana anak-anak, enak nggak servive mba”
“bukan enak lagi mba, nikmat” kata doni yang di amini dudi dan ryan
“mba, boleh minta lagi nggak?” tanya ryan
“boleh, tapi mba istirahan dulu yah” jawabku aku bersihkan badanku ke kamar mandi, terutama memek yang lengket ini setelah itu aku buatkan mereka susu putih hangat
Tiga bocah itu nonton tv di depan, aku sendiri tiduran di kamar Capek Aku ingin mengembalikan tenaga dengan memejamkan mata,
Jam tiga dini hari aku di bangunkan oleh doni “Eghh,,, jam berapa don?”
“Jam dua mba, bisa sekarang ngga mba”
Dasar bocah baru dapat maenan baru, nggak sabar banget pikirku “aduh, mba masih capeh nih” jawabku pura-pura“tolong pijitin mba dulu yah”
Tiga bocah smp tidak keberatan, mereka berbagi peran Dudii memijat betis, ryan memijat tangan dan kepala, sementara doni mengurut punggunku Garaihku sebenarnya sudah naik, tapi aku masih ingin di perlakukan begini oleh para bocah seperti permaisuri dalam film jaman dulu
“sekarang mba mau satu-satu, gantian,” ku katakan hal itu pada mereka,,aku ingin ingin di tonton saat ngentot Setelah mereka berdebat, yang dapet giliran pertama doni,
“don, sekarang mba mau doni yang entot mba dari atas, mba pengen di kerjain kamu, sayang”
Doni setuju, dia pun memasukan kontolnya, aku pasrahkan setiap bagian tubihku di nikmati olehnya, enak banget rasanya aku di gagahi pria ingusan , aku tidak terlalu aktif melayani, aku hanya menikmati setiap sentuhan tanganya, juga genjotam kotolnya, sesekali aku melirih ke arah ryan dan dudi yang nonton di pinggir, inilah sensai seks bagiku sensai seks seperti dalam film xxx
terus don ,……… genjot terus,…… lebih keras………oghhhhhh… aku menggelinjang kekiri dan kanan, eghhh……ogh……enak kontol……
“mba aku mau keluar ogh… ogh… ”
“gapapa…ayo keluarin… semprotin yang banyak sayang,,,,,,,,,,,,,”
“mba…mba… ngg……ggggg…” crot crot crottt…………doni terkapar di tubuhku Sebelum beranjak, ku minta dia bertanggung jawab dengan membersihkan memeku dari spermanya Inu juga sensasi, memekku di bersihkan oleh pria…
Ryan langsung beraksi, kontolnya masuk menembus memek kebanggaanku Bless…bles… Slrup… Enak Nikmat Aku tahu ryan juga mengalami hal yang sama
“mba… mba… ogh… ogh……”
“Kenapa yan?”aku menggodaanya
“oghh… ogh… aku keluar mba… ogh… ”
Dua kontol mengeluarkan lahar di memekku Aku sendiri belum orgasme, maklum aku lebih menikmati memandang wajah-wajah bocah yang ngentot memekku dari pada aku konsen di memek
“dari belakang boleh nggak mba” pinta dudi,Domino 99
“nggak ah dud, sekarang mbak pengen gini aja. Lain kali aja yah”
Dudi tidak kecewa, ia pun tidak mau melewatkan hidangan yang ku berikan padanya. Cukup lama dudi memompa, hingga aku pun bisa orgasme yang di susul olehnya.
Ngentot Dengan Polwan Muda
CERITA DEWASA - Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Handayani, Frans mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahanlahan hingga cepat. Darah segar pun mulai mengalir dari selasela kemaluan Handayani yang sedang disusupi kemaluan Frans itu.Dengan irama cepat Frans mulai menggenjot tubuh Handayani, rintihan Handayani pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Frans.Agent domino 99 terpercaya
Ooh.. oh.. oohh..! badannya terguncangguncang keras dan terbantingbanting akibat kerasnya genjotan Frans yang semakin bernafsu.
Setelah beberapa menit kemudian badan Frans menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala Handayani, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Frans berejakulasi di rahim Bripda Handayani. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Bripda Handayani hanya dapat pasrah menatap wajah Frans dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Frans bergidik untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuh Handayani.
Tangis Handayani pun kembali merebak, ia nampak sangat shock. Badan Frans yang terkulai di atas tubuh Handayani pun terguncangguncang jadinya karena isakan tangisan dari Handayani.
Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..? ujar Frans sambil membelaibelai rambut Handayani.
Beberapa saat lamanya Frans menikmati kecantikan wajah Handayani sambil membelaibelai rambut dan wajah Handayani yang masih merintihrintih dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina Handayani.
Makanya jangan mainmain sama gue lagi ya Sayang..! sambung Frans sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari vagina Handayani.
Ayo siapa yang mau maju, sekarang gil.. ujar Frans kapada temantemannya.
Belum lagi Frans selesai bicara, Fredi sedari tadi di sampingnya sudah langsung mengambil posisi di depan Handayani yang masih lemas terkulai di kursi sofa. Beberapa orang yang tadinya maju kini mereka mundur lagi, karena memang Fredi adalah orang kedua dalam geng ini.
Fredi yang berumur 38 tahun dan berperawakan sedang ini segera melepaskan celana jeans kumalnya, dan kemudian naik ke atas sofa serta berlutut tepat di atas dada Handayani. Kemaluannya yang telah membesar dan tidak kalah gaharnya dengan kemaluan Frans kini tepat mengarah di depan wajah Handayani. Handayani pun kembali membuang wajah sambil memejamkan matanya. Fredi mulai memaksa Handayani untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepala Handayani dan menghadapkan wajahnya ke depan kemaluannya.
Setelah itu kemudian Fredi memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulut Handayani hingga masuk sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibir Handayani, yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal oleh kemaluan Fredi yang besar itu. Fredi mulai mengocokkan batang penisnya di dalam mulut Handayani yang megapmegap karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga buah zakarnya memukulmukul dagu Handayani.
Bunyi berkecipak karena gesekan bibir Handayani dan batang penis yang sedang dikulumnya tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Fredi yang sedang mengerjainya makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Handayani. Batang penisnya juga semakin cepat keluar masuk di mulut Handayani, dan sesekali membuat Handayani tersedak dan ingin muntah.
Lima menit lamanya batang penis Fredi sudah dikulumnya dan membuat Handayani makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Fredi pun mengejan keras dan Fredi menumpahkan spermanya di rongga mulut Handayani. Hal ini membuat Handayani tersetak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Fredi di kepalanya sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa Handayani menelan sebagian besar sperma itu.
Aaah.., Fredi pun mendesah lega sambil merebahkan badannya ke samping tubuh Handayani.
Segera Handayani meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Belum lagi menumpahkan semuanya, tibatiba badannya sudah ditindih oleh Yonas yang dari tadi juga berada di samping.
Ouuh.., Handayani mendesah akibat ditimpa oleh tubuh Yonas yang ternyata telah telanjang bulat itu.
Kini dengan kasarnya Yonas melucuti baju seragam Polwan yang masih dikenakan Handayani itu. Tetapi karena kedua tangan Handayani masih diikat ke belakang, maka yang terbuka hanya bagian dadanya saja.
Setelah itu dengan kasarnya Yonas menarik BH yang dikenakan Handayani dan menyembullah kedua buah payudara indah milik Handayani itu. Pemandangan itu segera saja mengundang decak kagum dari para lelaki itu.
Aah.. udah Mass.. ampuunn..! dengan suara yang lemah dan lirih Handayani mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Rupanya hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Yonas dengan rakusnya langsung melahap kedua bukit kembar payudara Handayani yang montok itu. Diremasremas, dikulum dan dihisaphisapnya kedua payudara indah itu hingga warnanya berubah menjadi kemerahmerahan dan mulai membengkak.
Setelah puas mengerjai bagian payudara itu, kini Yonas mulai akan menyetubuhi Handayani.
Aaakkhh.. kembali terdengar rintihan Handayani dimana pada saat itu Yonas telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vagina Handayani.
Mata Handayani kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang kejantanan lelaki pemerkosanya.
Â
Tanpa membuang waktu lagi, Yonas langsung menggenjot memompakan kemaluannya di dalam kemaluan Handayani. Kembali Handayani hanya dapat merintihrintih seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu.
Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!
Selang beberapa menit kemudian Yonas pun akhirnya berejakulasi di rahim Handayani. Yonas pun juga tumbang menyusul Frans dan Fredi setelah merasakan kenikmatan berejakulasi di rahim Handayani. Kini giliran seseorang yang juga tidak kalah berwajah garang, seseorang yang bernama Martinus, badannya tegap dan besar serta berotot, kepalanya plontos, kulitnya gelap, penampilannya khas dari daerah timur Indonesia. Usianya sekitar 35 tahun.
Nampak Martinus yang agak santai mulai mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang belum disunat itu pun sudah mengacung besar sekali. Handayani yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu, seolah airmatanya telah habis terkuras. Kini hanya tinggal senggukansenggukan kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengahengah garagara digenjot oleh Yonas tadi.
Setelah itu dia mendekati Handayani dan menarik tubuhnya dari sofa sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman tangannya kuat sekali. Kini dia membalikkan tubuh Handayani hingga telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Handayani dan menariknya hingga posisi Handayani kini menungging. Jantung Handayani pun berdebardebar menanti akan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Dan, Aakkhh.. ja.. jangan di situu.., ough..! tibatiba Handayani menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya kembali menegang keras.
Ternyata Martinus berusaha menanamkan batang kejantanannya di lubang anus Handayani. Martinus dengan santainya mencoba melesakkan kejantanannya perlahanlahan ke dalam lubang anus Handayani.
Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..! Handayani meraungraung kesakitan, badannya semakin mengejang.
Dan akhirnya Martinus bernapas lega disaat seluruh kemaluannya berhasil tertanam di lubang anus Handayani. Kini mulailah dia menyodomi Handayani dengan kedua tangan memeganggi pinggul Handayani. Dia mulai memajumundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang sehingga membuat tubuh Handayani tersodoksodok dengan kencangnya.
Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah.. oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..! begitulah rintihan Handayani sampai akhirnya Martinus berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Handayani yang juga telah mengalami pendarahan itu.
Akan tetapi belum lagi habis sperma yang dikeluarkan oleh Martinus di lubang dubur Handayani, dengan gerakan cepat Martinus membalikkan tubuh Handayani yang masih mengejan kesakitan hingga telentang. Martinus rupanya belum merasakan kepuasan, dan dia tanamkan lagi kejantannya ke dalam lubang vagina Handayani.
Oouuff.., aahh..! Handayani kembali merintih saat kemaluan Martinus menusuk dengan keras lubang vaginanya.
Langsung Martinus kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan kasar sampaisampai membantingbanting tubuh Handayani membenturbentur lantai.
Ouh.. oohh.. ohh..! Handayani merintihrintih dengan mata terpejam.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian Martinus berejakulasi kembali, yang kali ini di rongga vagina Handayani. Begitu tubuh Martinus ambruk, kini giliran seseorang lagi yang telah antri di belakang untuk menikmati tubuh Polwan yang malang ini.
Giliran gua. Gue dendam sama yang namanya polisi..! ujar Jack.
Jack, begitulah orang ini sering dipangil, dia adalah residivis keluaran baru yang baru berusia 18 tahun, namun tidaklah kalah sangar dengan Frans atau yang lainnya yang telah berusia 30 sampai 40an tahun itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram, terakhir dia sendirian merampok seorang mahasisiwi yang baru pulang kuliah malam dan kemudian memperkosanya.
Jack memungut topi pet Polwan milik Handayani dan mengenakan ke kepala Handayani yang kini seluruh tubuh lemasnya mulai gemetaran akibat menahan rasa sakit dan pedih di selangkangannya itu. Setelah itu tanpa raguragu Jack memasukkan penisnya langsung menembus vagina Handayani, namun Handayani hanya merintih kecil karena terlalu banyak rasa sakit yang dideritanya. Dan kini seolah semua rasa sakit itu hilang.
Beberapa menit lamanya Jack memompa tubuh Handayani yang lemah itu. Badan Handayani hanya tersentaksentak lemah seperti seonggokan daging tanpa tulang. Akhirnya kembali rahim Handayani yang nampak kepayahan itu dibanjiri lagi oleh sperma. Setelah Jack sebagai orang kelima yang memperkosa Handayani tadi, kini empat orang yang lainnya mulai mendekat.
Mereka adalah anggota muda dari geng ini, usia mereka juga masih muda. Ada yang baru berusia 15 tahun dan ada pula yang berusia 17 tahun. Namun penampilan mereka tidak kalah seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang lalu adalah memperkosa seorang gadis cantik berusia 15 tahun, siswi SMU yang baru pulang sekolah. Gadis cantik yang juga berprofesi sebagai foto model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka gilir ramairamai di sebuah rumah kosong sampai pingsan. Tidak lupa setelah mereka puas, mereka pun menjarah dompet, HP, jam tangan serta kalung milik sang gadis malang tadi.
Ratarata dari mereka yang dari tadi hanya menjadi penonton sudah tidak dapat menahan nafsu, dan mulailah mereka menyetubuhi Handayani satu persatu. Dibuatnya tubuh Polwan itu menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi Handayani berejakulasi di rahim Handayani. Namun pada saat orang ke tujuh yang memilih untuk menyodomi Handayani, tibatiba Handayani yang telah kepayahan tadi pingsan.
Setelah orang ketujuh tadi berejakulasi di lubang dubur Handayani, kini orang ke delapan dan ke sembilan berpesta di tubuh Handayani yang telah pingsan itu, mereka masingmasing menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Handayani serta ada juga yang berejakulasi di mulut Handayani.
Setelah keempat orang tadi puas, rupanya penderitan Handayani belumlah usai. Frans dan Martinus kembali bangkit dan mereka satu persatu kembali meyetubuhi tubuh Handayani dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Kini semuanya telah menikmati tubuh Bripda Handayani sang Polwan yang cantik itu.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, para anggota muda itu diperintah Frans untuk melepas tali yang dari tadi mengikat tangan Handayani. Kemudian mereka disuruh mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Handayani, hingga akhirnya Handayani komplit kembali mengenakan seragam Polwannya walau dalam keadaan pingsan.
Setelah itu Frans, Martinus dan Yonas menggotong tubuh Handayani ke mobil Kijang. Mereka bertiga membawa tubuh Handayani kembali ke tempatnya diambil tadi malam. Namun selama dalam perjalanan, tibatiba nafsu Yonas kembali bangkit, dia pun mengambil kesempatan terakhir ini untuk kembali memperkosa tubuh Handayani sebanyak dua kali. Dia akhirnya berejakulasi di mulut dan di rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Frans dan Martinus yang duduk di depan hanya dapat memaklumi, karena nafsu sex Yonas memang besar sekali.
Setelah baju seragam Polwan Handayani dirapikan kembali, tubuh lunglai Bripda Handayani dicampakkan begitu saja di pinggir jalan yang sepi di tempat dimana Handayani tadi diciduk. Tanpa diketahui oleh Frans dan Martinus, Yonas diamdiam rupanya menyimpan celana dalam berwarna putih milik Handayani, dan menjadikannya sebagai kenangkenangan.Domino 99
Setelah itu mereka pun meluncur ke rumah kosong tadi untuk menjemput kawanan geng mereka yang masih berada di sana. Kemudian mereka bersembilan langsung meluncur menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang untuk melakukan perjalanan jauh. Mereka pun berharap pada saat sepasukan polisi mulai melacak keberadaan mereka, mereka sudah tenang dalam pelayaran menuju ke suatu pulau di wilayah timur Indonesia.
Guruku Menjadi Pelacurku
CERITA DEWASA - Aneh seorang guru yang mengajarkan norma dan aturan sosial kepada murid-muridnya, bagaimana bisa menjadi seorang pelacur yang jelas-jelas menentang semua norma yang ia ajarkan, apakah karena alasan ekonomi atau masalah kebutuhan akan seks yang menyebabkan ini terjadi mari kita ikuti kisah berikut ini.
Perselingkuhanku Dengan IStri Ataasanku
CERITA DEWASA - Seperti yang kujanjikan, beberapa teman kantorku akhirnya menjadi langganan pijatan Bu Mumun setelah aku mempromosikannya. Rupanya pijatannya benar-benar disukai para pria. Termasuk Pak Marmo, atasanku.
BOCAH ABG INI HARUS MEREMAS DADA SEORANG JANDA MUDA
CERITA DEWASA - Marwah baru berusia 29 tahun, tapi sudah menjanda Suaminya mati dalam sebuah kecelakaan bus, meninggalkannya sendirian dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil Hidupnya jadi susah, karena itulah ia pulang ke desa untuk hidup bersama kedua orang tuanyaAgent domino 99 terpercaya
Menjadi seorang janda bukan berarti sudah tidak menginginkan sex lagi Itu salah Buktinya, Marwah masih saja menginginkannya, apalagi sudah lama ia tidak mendapatkannya Memeknya jadi gatal, tapi ia harus sekuat tenaga menahannya Sebagai seorang wanita yang baik, ia tidak boleh terlalu vulgar mengumbar nafsu birahi nya
Di desa, Marwah memelihara ayam Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering Sehari-hari ia sibuk mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya
Sehari-hari, ia akrab dengan seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya Namanya Adi, usianya baru 17 tahun Selain usil, Adi juga suka bicara seenaknya Mulanya Marwah risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu
Tapi setelah memperhatikan, ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua kata-katanya tidak sampai terdengar keluar Hanya mereka berdua yang tahu Itu membuat Marwah yakin kalau Adi adalah anak yang pintar menjaga rahasia
Sampai akhirnya, terjadilah peristiwa itu…
Hari sudah beranjak sore ketika Marwah berniat untuk mandi Itu adalah rutinitasnya seperti biasa, tapi entah mengapa, sore itu ia merasa tidak enak hati, seperti ada yang membuatnya deg-degan Perasaannya jadi tidak menentu, naluri kewanitaannya mengatakan bakal ada sesuatu yang terjadi Entah itu baik ataupun buruk
Dan benar saja, saat mau menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek Seperti umumnya kamar mandi di desa, kamar mandi Marwah juga cuma ditutup gedeg atau anyaman bambu sebagai sekatnya Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah melihat dari celah dinding bambu Dan sore ini, Adi melakukannya Ya, Marwah sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah
”Adi, ngapain kamu?!” tanya Marwah dari dalam
“Ya, ini aku, Budhe…” jawab Adi enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun Ia malah tersenyum lebar karena sudah berhasil mengintip tubuh montok Marwah yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan jilbab lebar Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini
Dalam hati, Marwah membatin, ”Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!” Dan pelajaran yang cocok untuk anak semacam Adi adalah… Marwah akan membiarkan bocah kecil itu terus mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh tubuhnya Marwah tidak peduli Salah sendiri jadi anak kok nakal banget
Pura-pura tidak terjadi apa-apa, Marwah meneruskan acara mandinya Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan tetek besar nya yang bulat montok pada Adi Tersenyum dalam hati, Marwah memperhatikan betapa Adi terdiam dan terkagum-kagum memandanginya Bocah itu melotot dengan air liur hampir menetes keluar
Jangankan Adi yang baru beranjak gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Marwah Mereka suka mencolek dan menggodanya kala Marwah menjual telur bebek ke salah satu kios langganannya Dengan kemolekan tubuhnya, Marwah dengan cepat menjadi idola para pedagang telur di pasar inpres
Tapi untunglah, dengan dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat macam-macam kepada dirinya Dan Marwah berharap, semoga selamanya juga tidak ada Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang Marwah tidak ingin mencari masalah
Setelah tubuhnya bersih, Marwah mengambil handuk yang ada di cantolan baju Pelan dia mengusap sisa-sisa air yang masih menempel di tubuh montoknya Diperhatikannya Adi yang masih tetap setia mengintip dari celah dinding Marwah tersenyum, ia berniat untuk unjuk diri sekali lagi
Entah kenapa, menghadapi Adi yang usil, sisi liar Marwah jadi bergejolak seperti ini Padahal biasanya ia cukup teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab kalau keluar rumah Marwah tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya secara gratis
Menghadap persis ke arah Adi, Marwah mulai beraksi Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah Marwah juga memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus
Tak berhenti sampai di situ, tangan Marwah turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya Dia mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut Di luar, Adi menegang dan terpana saat melihat Marwah yang mulai bermasturbasi di depan matanya
Adegan itu terus berlangsung selama beberapa menit sampai akhirnya Marwah menjerit keenakan tak lama kemudian Dari memeknya memancar air bening yang amat deras Adi tak berkedip memandanginya, bahkan ia terlihat semakin menempelkan matanya di dinding kamar mandi agar bisa melihat lebih jelas lagi
Terengah-engah penuh kepuasan, Marwah mengguyur tubuhnya Ia mandi sekali lagi Dilihatnya Adi masih setia mengintip apapun yang ia lakukan Marwah segera menegurnya ”Sudah, Di. Sudah tidak ada yang bisa dilihat ” katanya begitu acara mandi sore itu selesai
Tidak mendengar jawaban, Marwah menebak kalau Adi sudah pergi Hari sudah mulai gelap hingga ia tidak bisa melihat ke antara celah dinding kamar mandi Marwah segera mengenakan baju panjangnya kembali dan berjalan keluar menuju rumah
Hari masih pagi ketika Marwah pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya Saat itu dia membawa beberapa buah singkong goreng sebagai bekal Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang dan selesai memberi makan mereka, Marwah pergi ke gubuk di tengah sawah untuk beristirahat
Saat sedang asyik memakan bekalnya, dilihatnya Adi datang mendekat ”Hmm, mau apa bocah nakal itu sekarang?” batin Marwah dalam hati Dilihat dari cengirannya yang usil, sepertinya Adi tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin
”Pagi, Budhe… habis ngasih makan bebek ya?” tanyanya
”Iya,” Marwah mengangguk ”Mana kambingmu?” ia bertanya Tidak biasanya Adi pergi sendirian ke sawah tanpa dibuntuti kambing-kambingnya
”Sudah dibawa bapak ke bukit sana,” Adi menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka
”Kemarin kamu mengintip Budhe ya, kenapa?” tanya Marwah saat Adi sudah duduk di sebelahnya
”Adi suka nglihat tetek besar Budhe yang gede,” jawab Adi enteng
Marwah memperhatikan tetek besar nya Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu terlihat sangat bulat dan menggiurkan Anak sekecil Adi aja tahu kalau tetek besar Marwah begitu montok dan besar Bocah itu tidak salah ”Selain tetek besar Budhe, kamu mau lihat apa lagi?” pancing Marwah, entah kenapa dia jadi bertanya seperti ini
“Ya… apalagi kalau bukan tempeknya Budhe,” kata Adi seenaknya Yang dimaksud dengan tempek adalah kemaluan wanita, alias vagina
“Kamu masih kecil, tapi sudah gatal,” Marwah nyeletuk Meski tahu kalau Adi sedikit nakal, dia tetap sayang kepada bocah itu karena Adi suka membantunya kalau Marwah lagi sibuk di sawah sendirian Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab Tapi tak seorang yang tahu kalau Adi suka ngomong jorok dan seenaknya
”Tempek Budhe kemarin gatal ya, kok sampe digaruk segala?” tanya Adi mengenai masturbasi Marwah
Marwah tersenyum lebar, ”Bukan gatal, Budhe cuma pengen kencing aja ” dia mengarang alasan
”Perasaan, kalau ibuku kencing nggak sampai seperti itu deh,” sahut Adi
”Kamu pernah melihat ibumu kencing?” tanya Marwah tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini
”Nggak ngeliat langsung, cuman nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang ” jelas Adi
”Dasar kamu ya,” Marwah mengacak-acak rambut bocah itu ”Eh, kalau ngintip ibumu mandi, pernah nggak?” tanya Marwah, tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup jilbab
Adi mengangguk ”Iya, pernah ”
“Gimana tetek ibumu, gede kan?” tanya Marwah penasaran Dia memang pernah sekali melihat ibu Adi sedang mandi di sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya tidak cantik-cantik amat
Adi terdiam membayangkan, ”Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Budhe,” jawabnya sesaat kemudian
Marwah tertawa mendengarnya ”Itu karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor Coba kalau seusia Budhe, pasti ukurannya bakal sama ”
Adi menggeleng, ”Nggak, masih lebih bagus punya tetek besar Budhe ”
Marwah tertawa lagi “Trus, emang kenapa kalau lebih bagus punya Budhe? Kamu mau ngapain?” tantangnya
Adi tersipu malu, ”Ya nggak apa-apa sih Adi cuma pingin pegang tetek besar, pingin hisap, pingin remas-remas!” kata bocah itu sekenanya
“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!” Marwah kembali mengacak-acak rambut gondrong Adi
“Kecil apanya? Nih Budhe lihat!” tanpa disangka oleh Marwah, Adi tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya
”Adi!” pekik Marwah saat melihat kontol Adi yang sudah ngaceng keras Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi benda itu tampak begitu mempesona Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan seperti Marwah, melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak urung dengan cepat membuat darahnya berdesir ”Gila Anak umur tujuh belas tahun, tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa,” batin Marwah dalam hati
“Gimana, besar kan, Budhe?” tanya Adi bangga sambil semakin memamerkan penisnya
“Ya, lumayan juga ” Marwah tak sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu
”Kok cuma lumayan, ini kan sudah gede banget ” protes Adi tidak terima
”Memang gede sih, tapi kan belum pernah dipakai Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Marwah lebih nakal lagi
“Dipakai buat ngentot ya, Budhe?” tanya Adi polos
Marwah mengangguk mengiyakan ”Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum!” yakin Marwah
Adi tersipu malu, “Aku kepingin ngentot, Budhe, tapi bagaimana?” tanyanya bingung
”Bukan bagaimana, tapi sama siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Budhe bisa ngajarin ” tawar Marwah
Adi langsung menyeringai lebar mendengarnya, ”Ya betul! Kenapa nggak sama Budhe aja?” kata Adi ceplas-ceplos
“Gila kamu! Ngajarin kan bisa lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung ” kilah Marwah
“Ayolah, Budhe Masak cuma lewat tulisan, nggak seru dong!” kata Adi
Marwah diam tidak menjawab Dia tampak berpikir keras Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh melakukannya Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi Pembicaraan ini telah memancing nafsu birahi nya Ditambah dengan kontol Adi yang besar, yang terus tersaji indah di depannya, membuat Marwah jadi sangat kesulitan untuk menentukan sikap
Bebek-bebek terus bersuara di sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja dipanen Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji padi yang masih banyak berserakan disana Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial
“Boleh ya, Budhe?” Adi mendesak semakin berani
Marwah menghela nafas Ia memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya penasaran dengan kemampuan Adi
“Iya, Budhe Aku pengen sekali ngentot Apalagi dengan orang secantik Budhe, aku pingin sekali!!” seru Adi penuh semangat
“Tapi kamu tidak boleh bercerita kepada siapapun juga Sumpah?” kata Marwah serius
“Sumpah, Budhe Aku nggak bakal cerita sama siapapun ” Adi menganggukkan kepalanya
Marwah tersenyum dan kembali mengacak-acak rambut gondrong Adi ”Sebentar ya,” dia melihat sekeliling, memastikan kalau mereka aman Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu yang menutupi hingga sebatas pundak Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya kepala mereka yang terlihat Marwah menyadari hal ini dan tersenyum Mereka bisa melakukannya!
Situasi juga sangat memungkinkan Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing Tidak akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adi dan Marwah sedang berada sekarang Ditambah suara ratusan bebek yang berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka saat ngentot nanti ”Sempurna!” Marwah membatin dalam hati Dia kemudian berpaling kembali pada Adi
“Kamu telentang di sini dan tetap pakai bajumu Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!” kata Marwah memberi instruksi
Adi segera mengikuti apa yang dianjurkan oleh perempuan cantik itu Dia tidur telentang dan celana melorot hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah mencari mangsa Marwah mengelus-elus burung Adi sebentar sampai benda itu menjadi benar-benar keras Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang Marwah sampai geleng-geleng kepala dibuatnya
”Baru umur segini sudah begini gede, gimana kalau sudah besar nanti?” Marwah membatin dalam hati, menyadari potensi pada diri Adi sebagai pria perkasa
Tak tahan, Marwah segera mengangkat baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang Dibiarkannya Adi mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar ”Kamu suka, Di?” tanyanya sambil melepaskan celana dalam Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang sempit pada bocah kecil itu
”S-suka… suka banget, Budhe!” sahut Adi dengan mata nanar menatap gundukan memek Marwah yang tersaji indah di depan hidungnya Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya
”Isap, Di,” kata Marwah sambil menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si bocah kecil
Adi dengan penasaran segera menjulurkan lidahnya Rasa memek Marwah yang segar dan harum membuatnya suka, iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus Adi bahkan sampai membenamkan muka ke dalam lubangnya Ia bernafas disana
Marwah yang menerimanya jadi kelojotan tak karuan Sudah lama ia tidak merasakan nafsu birahi yang seperti ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adi begitu pintar Gerakan lidahnya bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Marwah tahu, ini juga saat pertama Adi Domino 99
”Ahh Terus, Di Yah, disitu… isep yang mungil itu Itu namanya itil, Di Enak banget kalau diisep! Oughhh!” Marwah merintih tak karuan Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak sampai ambruk karena saking nikmatnya Tapi yang ia temukan malah kontol besar Adi Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali Marwah segera memeganginya dan mulai mengocoknya pelan
Adi yang mendapat suntikan rangsangan dari Marwah, melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya Adi menyusupkan tangannya ke balik baju terusan Marwah dan menyelipkannya di balik BH perempuan cantik itu Diremas-remas tetek besar Marwah yang menggantung indah, yang selama ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu
Ugh, benda itu terasa begitu empuk dan kenyal Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adi tidak bisa mencakup semuanya Dengan dua jari, Adi menjepit dan memilin-milin putingnya yang terasa mengganjal Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh Marwah
Saling mengulum kemaluan, mereka kini berposisi 69 Marwah di atas dan Adi di bawah Melihat kontol Adi yang menjadi kian keras dan panjang membuat Marwah jadi tak tahan Maka sambil menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk mengulum dan menjilati batang penis Adi
Adi yang mendapat tambahan rangsangan dari Marwah, memekik gembira Dengan penuh nafsu ia menjilat dan menghisap memek sempit si ibu muda, sementara kedua tangannya terus bergerilya meremas-remas gundukan tetek besar Marwah yang sekarang menggantung indah di balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH
Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu sebelum akhirnya Marwah bangkit dan mulai mengangkangi tubuh Adi Menghadap lurus ke arah si bocah, Marwah menaruh kedua lututnya di atas balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu
Ditangkapnya burung Adi yang sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan Memek Marwah terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang merembes keluar dan air liur Adi Marwah terus menekan tubuhnya ke bawah saat batang penis Adi sudah menyelinap masuk
”Oughhh…” Adi merintih dengan nafsu birahi begitu merasakan kehangatan lubang memek Marwah yang menyelimuti batang penisnya Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat menggigit sekali hingga membuat Adi yang doyan onani jadi merem melek keenakan
Sambil mengoyang perlahan-lahan, Marwah berpura-pura lagi menjaga bebeknya Ketika ada seseorang lewat di pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya Orang itu tersenyum dan menyapa Marwah, ”Giat amat, Mbak Marwah Pagi-pagi sudah ke sawah ”
Menahan desahannya, Marwah tersenyum dan menjawab, ”Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor ke sawah orang, ughh!”
Petani tua yang menyapanya memicingkan mata, ”Mbak Marwah nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu?” tanyanya curiga
Marwah kembali tersenyum, ”B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!”
Pak Tua tersenyum, ”Hati-hati, Mbak. Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik ”
”I-iya, Pak, arghhh!” Marwah memekik Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adi menggenjot penisnya semakin keras Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang menembus memek Marwah hingga ke pangkal Marwah jadi kelojotan dibuatnya Ia merasa sangat nikmat sekali
Tetap tersenyum, sambil geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Marwah Dia meneruskan langkah menuju ke sawahnya sendiri
”Eghh… Budhe!” Adi memeluk kedua paha Marwah dan menggoyang pinggulnya semakin cepat Dia juga merasa nikmatnya nafsu birahi, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Marwah, mungkin karena ini adalah persetubuhan pertamanya
Setiap hari, setiap kali angon kambing, Adi selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Marwah dengan teman-temannya Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montok nya ibu muda itu Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang berani menggoda Marwah duluan Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adi yang berani mendekatinya
Dan sekarang dia mendapatkan hasilnya, Adi bisa merasakan tubuh montok Marwah meski dalam situasi yang sangat menegangkan Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka
Memandang sekeliling, Marwah memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat Sambil terus menggoyang tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah, membuat kontol Adi jadi menusuk dan menancap lebih dalam
Mereka memekik bersamaan, cukup keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya Marwah membungkuk dan mengeluarkan tetek besar nya dari balik jubah, ia meminta Adi untuk menghisapnya ”Ini kan yang kau inginkan?” tanyanya dengan kerlingan nakal
Tak menjawab, Adi segera menyosor benda bulat itu Gerakan mulutnya secepat paruh para bebek yang lagi berebutan cacing Bedanya, kali ini puting Marwah lah yang menjadi sasarannya Adi mencucup dan menghisapnya dengan rakus Ia menjilatinya secara bergantian, dua-duanya ia garap secara adil, dari kiri ke kanan, lalu balik lagi lagi ke kiri Kalau sudah kelelahan, ia benamkan mukanya ke belahannya yang curam
”Auw!” Marwah memekik kegelian menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adi agar menggigit-gigit ringan putingnya Dengan senang hati, Adipun melakukannya Dan Marwah semakin kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adi orgasme tak lama kemudian Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya
”Budhe, aku keluar!” pekik bocah itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Marwah
Marwah terdiam, membiarkan Adi menikmati puncak permainannya ”Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar ” batinnya dalam hati Tapi Marwah tak bisa menyalahkannya juga Siapa juga yang bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adi yang masih bau kencur, dulu suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit
”Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang!” begitu kata suaminya beralasan kalau Marwah mendengus kecewa Dan sampai laki-laki itu meninggal, Marwah tidak pernah merasakan indahnya orgasme Jadi dia maklum saja kalau Adi yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan cupu di depannya
”Kamu salah memilih sasaran, Di ” gumam Marwah sambil membenahi pakaiannya Dia sudah mencabut penis Adi dari belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya di sungai Marwah menyusul tak lama kemudian Jongkok di tepi sungai, ia membasuh lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adi
”Budhe, punyaku bangun lagi ” seru Adi yang duduk di sebelahnya
Marwah menoleh, dan mendapati kontol Adi yang sudah tegang kembali ”Kenapa, kamu pengen lagi?” tanya Marwah menggoda Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan
Adi mengangguk malu-malu, ”Iya, Budhe ”
”Kan tadi sudah,” kilah Marwah
”Tapi masih pengen,” rengek Adi manja
”Besok lagi ya? Sekarang Budhe harus pulang, sudah siang ” Marwah melepas kontol Adi, membuat si bocah melenguh kecewa
”Besok? Disini? Seperti tadi? tanya Adi penasaran
Marwah tersenyum dan mengangguk Hatinya gembira, dia kini sudah punya ’teman’ yang bisa membantunya melepas birahi, meski itu adalah Adi, anak tetangganya yang baru berusia tujuh belas tahun Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Marwah tentunya, sebentar lagi benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya
“Gimana, Budhe?” tanya Adi lagi, menagih janji Marwah
Marwah mengangguk “Iya, disini Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu, bisa-bisa kamu akan dibunuh orang Kamu nggak mau kan itu terjadi?” ancam Marwah
Adi mengangguk setuju
Esoknya, setelah mengikat kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adi mendekati Marwah yang sudah menunggu di dalam gubuk ”Pagi, Budhe?” sapanya ramah
Marwah melirik celana bocah itu, tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adi rupanya sudah tak sabar ”Kok bawa kambing, kemana ayahmu?” tanya Marwah basa-basi
Tidak menjawab, Adi malah meloncat duduk di samping Marwah dan langsung menjulurkan tangannya untuk meremas-remas tetek besar Marwah yang tersembunyi di balik baju kurung ”Adi kangen ini, Budhe ” kata bocah itu
Marwah tersenyum dan tetap membiarkan Adi melakukannya ”Budhe juga kangen ini?” balas Marwah sambil mengelus-elus kontol Adi dari luar celana Cukup lama mereka saling merangsang hingga ada beberapa orang ibu-ibu yang lewat di belakang gubuk
Marwah segera berpura-pura menawari Adi minum kopi ”Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!”
Adi langsung menenggaknya, sama sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas Dia langsung mengaduh sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar Para ibu tertawa melihatnya, bahkan Marwah juga ikutan tertawa Adi jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Marwah
”Dapat kue apa, Di, dari Budhe Marwah?” tanya salah seorang ibu Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim yang hari ini dipanen
Adipun menjawab sekenanya, ”Ini, ada singkong goreng Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu ”
ibu-ibu tertawa mendengarnya, setelah pamit pada Marwah, mereka melanjutkan perjalanan Marwah yang mengerti apa yang dimaksud oleh Adi, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat
”Hati-hati kalau bicara, kan sudah Budhe peringatkan kemarin ” ancam Marwah
”I-iya, Budhe ” sambil mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adi menjawab takut-takut
Marwah jadi kasihan melihatnya Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada Adi ”Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku Kepalamu di sini,” Marwah menunjuk pangkal paha di bawah perutnya ”Kamu hisap tetek besar Budhe biar lidahmu jadi dingin lagi ” kata Marwah, merujuk pada kekonyolan Adi tadi
Mengangguk kesenengan, Adipun merebahkan kepalanya di paha Marwah, dinantikannya Marwah yang sedang sibuk melepas kancing baju panjangnya Tersenyum, Marwah mengeluarkan tetek besar nya dan memberikannya pada Adi, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan yang sangat indah di mata si bocah
Tak berkedip, Adi segera mencium dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan kanan Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Marwah Dengan jilbab lebarnya, Marwah menyembunyikan kepala Adi, membuat perbuatan mesum mereka jadi terasa aman
Di sisi lain, Marwah juga tak mau tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adi Tak puas dari luar celana, ia masukkan tangannya ke dalam celana si bocah Masih tak puas juga, akhirnya ia pelorotkan celana pendek Adi ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang dahsyat terlontar keluar
Marwah segera menangkap dan menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya Sementara Adi terus menghisap tetek besar nya secara bergantian, Marwah mulai mengocok benda itu kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adi
”Ehm… ehss… enak, Budhe!” desis Adi dengan mulut tetap menempel di puting Marwah, sekarang benda itu sudah terlihat basah dan memerah karena air liurnya
Marwah membalas dengan mengocok penis Adi semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan, cepat-cepat Marwah menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan Sedikit tak sabar, ia bimbing Adi agar segera menindih tubuhnya
Gemas ditangkapnya burung bocah itu lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adi tampak kesulitan melakukannya Begitu sudah masuk, reflek Adi segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek
Mereka melenguh berbarengan, juga merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adi melepaskan spermanya tak lama kemudian Sama seperti kemarin, Marwah juga belum apa-apa Ia baru merasa nikmat, tapi Adi sudah keburu terkapar duluan Tapi lumayan, sudah sedikit lebih lama dari kemarin
Adi segera mencabut penisnya dan duduk terengah-engah di samping Marwah, ia melihat sekeliling sembari memperbaiki celananya
“Bagaimana, ada orang” tanya Marwah yang masih tiduran Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga menutup ke mata kaki Untuk tetek besar nya, tetap ia biarkan terbuka karena Adi masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan Bocah itu tampak sangat menyukainya
Tidak menjawab, mata Adi tetap awas melihat sekeliling Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan tetek besar Marwah, meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan menjepit putingnya yang bulat mungil
Merasa diperdayai, Marwah segera bangkit dan duduk di samping Adi Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak ada orang Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, ”Dasar kamu, ya!” umpatnya karena sudah dibohongi
Adi tertawa cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah Malah dia mengajak Marwah untuk pergi ke sungai membersihkan diri
Sejak itu, hubungan mereka menjadi semakin ’akrab’ Adi setiap hari meminta jatah kepada Marwah, dia sudah tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh molek ibu muda itu Marwah yang melihatnya, jadi punya ide lain
Dengan senang hati ia memberikan tubuhnya pada Adi dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adi ini dan itu, mulai dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun Tapi Adi tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat merasakan tubuh mulus Marwah Domino QQ
Hubungan itu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga Adi sudah semakin ahli dan pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Marwah menuju orgasmenya. Marwah senang bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu Untuk jaga-jaga, Marwah ikut KB Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil Hubungan ini tidak boleh sampai berakhir
Dan bukan hanya mereka berdua yang senang, orang tua Adi juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan baik oleh Marwah Mereka ikhlas saja melepas Adi, bahkan menyuruh bocah itu agar tak segan membantu Marwah bila ada kesulitan Misalnya seperti hari ini, saat Marwah sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adi mengijinkan anak mereka agar menginap di rumah Marwah
”Biar bisa cepat selesai,” begitu kata ayahnya
Marwah tersenyum dan mengucapkan terima kasih Di belakang, Adi bersorak gembira karena tadi siang, Marwah menjanjikannya sesuatu yang ’spesial’, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya Adi jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?
Malam bergerak lamban bagi Adi Sampai pukul 21 00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal sedikit lagi selesai Di luar, suasana cukup sepi Di Desa itu memang jarang yang keluar malam Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu Tak terkecuali kediaman Marwah, bahkan anak dan orang tua Marwah sudah pada tidur sejak sore tadi Hanya tinggal Adi dan Marwah yang masih melek di malam yang dingin itu
Adi yang sudah tak sabar segera mencolek lengan Marwah, ”Gimana, Budhe?” tanyanya konak
Marwah membalas dengan mengusap pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh ”Sabar, tinggal sedikit lagi ” bisiknya
Adi memindahkan tangannya ke gundukan tetek besar Marwah, membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana Marwah hanya mendesah, tapi tidak menolak Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adi tetap berkreasi
Sekarang bocah itu malah sudah memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Marwah, menyentuh gundukan payudara nya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai terasa sedikit mengeras Marwah sadar, Adi sudah benar-benar pengen, nafsu bocah itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi
Meletakkan telornya yang tinggal sekeranjang lagi, Marwah segera mengajak Adi untuk mencuci tangan ke sumur belakang Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya Saat melewati dapur, Marwah mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam sebuah mangkok kecil
”Buat apa, Budhe?” tanya Adi penasaran
“Ini yang kubilang spesial kemarin,” sahut Marwah
”Budhe mau menggoreng ikan di kamar?” tanya Adi polos
Tawa Marwah meledak mendengarnya, ”Sudah, kamu diam saja ”
Mereka masuk ke kamar dan Marwah segera mengunci pintunya Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya Marwah tidur sendiri di kamar ini Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adi, yang sudah ditelanjanginya sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang Marwah sudah melapisi spreinya dengan plastik putih tipis transaparan
”Panas, Budhe ” Adi mengomentari alas tidurnya yang aneh
Marwah tersenyum saja, tapi tidak menjawab Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah sama-sama bugil Kontol Adi tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok Marwah yang tersaji indah di depannya Inilah untuk pertama kalinya ia melihat tubuh Budhenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus mengintip seperti yang dilakukannya dulu
Tetap tersenyum, Marwah segera berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng Ia duduk di samping Adi Dibiarkannya tangan Adi yang nakal mulai merambat untuk mengelus-elus seluruh tubuhnya ”Kamu suka tubuh Budhe?” tanya Marwah memancing sambil tangannya mulai melumuri burung Adi memakai minyak goreng Adi tentu saja langsung tersentak dibuatnya
”Ehm… suka banget, Budhe! Uughh… enak!” rintihnya saat Marwah mulai mengocok kontolnya pelan
Marwah kembali mengucurkan minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adi yang menjadi sasaran Dengan menggunakan gundukan tetek besar nya, Marwah kemudian menunduk untuk meratakannya Adi tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu Apalagi saat Marwah mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adi bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!
Tapi baru saja ia menggoyang, kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Marwah berhenti menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Adi yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung ”Budhe, kok berhenti?” tanya Adi kecewa
Marwah tersenyum penuh arti, ”Kamu suka, enak tidak?” tanya Marwah nakal
Adi mengangguk cepat, ”Enak banget, Budhe Ayo goyang lagi!” pintanya
Marwah menggeleng ”Ada lagi yang lebih enak, kamu pasti suka!” sambil berkata, dia turun dari tubuh Adi, membuat si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan
”Apaan, Budhe? Ayo cepetan!” seru Adi tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Marwah kalau wanita itu terus menggodanya seperti ini
Tidak menjawab, Marwah mengambil minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri Setelah dirasa cukup merata, dia kemudian membungkuk di depan Adi, mempertontonkan lubang pantatnya yang tampak licin dan mengkilat Adi yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Marwah, segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke lubang memek si ibu muda
”Bukan yang itu, Di ” Marwah cepat mendorong tubuh Adi ke belakang ”Tapi yang ini!” dia menunjuk lubang anusnya
Adi celingukan, ”Apa cukup, Budhe?” tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu
”Lakukan saja, nanti aku tuntun,” kata Marwah tak sabar Dia kembali menungging saat Adi mulai berlutut di belakangnya Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang tumpul ke lubang pantatnya “Ayo tusuk, Di Tekan yang kuat,” Marwah memberi perintah
Adi mengikuti, ia tekan kontolnya kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu Ia merasakan bagaimana cengkeraman lubang anus Marwah bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya Adi merasa kontolnya bagai diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Marwah
“Ayo goyang, Di,” bisik Marwah saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang
Adi melakukannya, ia mulai menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk dengan pelan di dalam lubang sempit Marwah ”Eghs… Terus, Di… ughh… enak!” desah Marwah keenakan Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa menit lamanya
Sambil menggoyang, Adi menggapai tetek besar Marwah yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya sebagai pegangan Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu
”Ough… enak, Di! Terus! Tusuk yang dalam! Ahh…” Marwah menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat sekali Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya Dengan Adi, Marwah jadi bisa menyalurkan fantasinya yang tertunda
”Arghhh… Adi… aku… oughhh…” tak sanggup meneruskan kata-katanya, Marwah meledak tak lama kemudian Ia orgasme, air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei
Adi sedikit kaget dibuatnya, ia sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi Saat tahu kalau Marwah baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia sekali, barulah Adi meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat karena ia juga merasa tidak tahan lagi Jepitan anus Marwah yang sangat ketat dan kuat mustahil untuk dilawan
”Arghhhh… Budhe!” menjerit tak kalah keras, Adi memeluk kuat tubuh montok Marwah dan menusukkan penisnya sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan semua spermanya berkali-kali
Marwah si tetek besar tersenyum, semua pelajarannya untuk mendewasakan Adi kini tuntas sudah Anak itu sudah resmi menjadi lelaki dewasa Dipeluknya tubuh kurus Adi yang ambruk kelelahan di atas ranjang, ditunggunya hingga Adi siap untuk ronde yang kedua.Domino 99
Malam ini adalah malam spesial, mereka tidak boleh tidur! Adi harus meremas tetek besar milik janda muda itu.