ONEBETQQ CERITA DEWASA - Cerita ini aku karang karena aku menginginkan diperkosa oleh laki-laki, yang tentu saja bertitit besar. Tapi kalau nama dan daerah yang aku ambil sebagai aktor cerita ini memang orangnya mendukung banget dengan keseharian mereka.
Pembaca, sering aku berjalan di Tunjungan Plaza Surabaya sambil mencoba menggoda libido laki-laki yang aku anggap sesuai dengan seleraku tetapi tetap dengan penampilan yang santun dan enggak norak lho! tapi mereka cuma balik menggodaku itu saja huuh!Agen Domino 99 Terpercay
Diperkosa..?? pengeeen bangetttt…!!
Tapi kalau yang diperkosa orang lain yang masih perawan apalagi masih anak kecil, aku paling tidak setuju!!
Kembali ke ceritaku……..
TTomy sore kira-kira pukul 16.45 Wib saat aku sedang berada di dalam tempat kerjaku (aku bekerja di salah satu BPR di Surabaya) aku memiliki ruangan tersendiri karena tugasku yang tidak memungkinkan jika bergabung dengan rekan kerja lainnya.
Fenny sekretaris ku memanggilku lewat Intercome mengatakan bahwa seseorang yang ada janji dengan ku mau menghadap, sejenak aku teringat pada seorang laki-laki yang telp dan mengaku membutuhkan dana untuk mengikuti tender sebuah proyek di daerah Malang, dia mengatakan akan menjaminkan apa saja agar mendapat persetujuanku.
“Orangnya cakep Bu” kata Fenny (sekertarisku) sambil tertawa.
“Hus ! Nanti aja! Ya sudah suruh masuk” kataku sambil membayangkan seperti apa laki-laki yang akan segera menemuiku. terdengar ketokan pintu dan akhirnya pintu dibuka oleh Fenny sambil mempersilahkan laki-laki itu masuk.
“Mbak Dewi?” katanya sambil menyapa.
“Saya Tomy yang kemarin menelpon mbak” katanya bersambung.
“O.. ya silahkan duduk” kataku sambil mempersilahkan duduk di sofa yang memang diperuntukkan bagi calon pemohon dana dalam jumlah besar dan harus ada pembicaraan yang sangat mendalam termasuk seluk beluk data pribTomynya, cukup ngotot dan tetap menatangku apa saja agunannya asal aku minta pasti akan dia penuhi, culup lama aku bertanya soal pekerjaan dan data perusahaan.
Lumayan cakep dan tubuhnya “waow” cukup atletis tinggi besar dan yang penting perangkat di bawah perutnya itu cukup menonjol.
“Tunggu sebentar Mas, aku mau kebelakang” kataku menahan sesuatu, entah kenapa aku tiba-tiba kebelet pipis setelah melirik dan membayangkan isi didalam celananya.
“Silahkan mbak, dari pada pipis disini saya yang bingung nanti” katanya sambil tersenyum nakal.
“Maunya mas tuh!” kataku sambil melesat kedalam kamar kecil yang memang di ruang kerjaku tersedia di dalamnya. Aku langsung jongkok dan che… ezz !! (mungkin pembaca bertanya kenapa kok langsung ceeess kan pakai rok sedikit diatas lutut dan karena memang aku jarang sekali memakai CD, itupun karena aku merasa kurang nyaman dan merasa pengap pada “barang”ku).
Saat membersihkan “barang”, itilku tersentuh tangan kurasakan ada rangsangan yang menggelitik sesaat aku permainkan dengan telunjuk (pembaca, aku sering melakukan “ini” saat tidak ada kerjaan yang mendesak untuk kukerjakan sampai terengah-engah sampai mendapatkan orgasme).
Oh ya namaku Dewi S, umurku sendiri baru 32th dan kehidupan sex ku biasa (bisa dibilang jarang) saja kadang malah membosankan, mungkin karena suamiku umurnya 15th di atasku. Kadang-kadang aku membayangkan tubuh seorang laki-laki atau anak buahku (office boy) umurnya baru 20th yang berbadan tegap sering pula dia kusuruh mengepel lantai dan ketika dia mengepel dibawahku kurenggangkan pahaku agar dia melihat, setelah dia melihat aku memperhatikan gerak-geriknya namun meskipun aku terangsang aku masih berusaha seolah apa yang kulakukan tak ku sengaja, setelah dia keluar akupun langsung mengunci pintu dan masturbasi sepuas mungkin.
Tiba-tiba pintu kamar kecil di belakangku terbuka lebar dan kulihat Tomy sudah berdiri sambil tersenyum melihat apa yang kulakukan.
“Lagi sibuk mbak? mau dibantu?” entah sudah berapa lama dia berdiri disitu tapi yang pasti dia sudah menurunkan celana kainnya itu.
“Mas jangan kurang ajar ya!” kata ku setengah menghTomyk dan mencoba mengembalikan wibawaku yang sempat anjlok gara-gara apa yang kulakukan diketahuinya.
“Sudahlah mbak Dewi cuma aku yang tahu kok!” katanya sambil matanya melihat apa di balik rok yang masih belum kuangkat, saat aku akan membetulkan rok ku Tomy sudah mendekapku dari belakang.
“Lepaskan!” teriakku.
“Lepas mas, aku sudah punya suami…” aku kembali berteriak memohon agar dilepaskan, tapi tangannya terlalu kuat mendekapku dan kurasakan tonjolan di bawah perutnya digesek-gesekkan ke pantatku.
“Tenang mbak Dewi aku tahu apa yang kamu inginkan…! Nikmati saja yang akan kamu alami” bibirnya dekat sekali dengan telingaku dan kurasakan pula dengusan nafasnya pada leherku.
“Tolong…. jangan…!” dengan sisa kekuatanku aku kembali berteriak, namun apa guna ruangan kerjaku memang ber-AC dan berkeliling sekat kaca sementara suasana di luar sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan besar dan Tomy pun mengetahui secara pasti kondisi ini.
Kini yang kurasakan tangan nya sudah meraba susuku dengan gemas dan akupun menggelinjang geli sementara rok dan CD yang kukenakan masih berada di bawah lututku, tanpa kusadari aku membiarkan apa yang dilakukannya pada tubuhku dalam hati aku berteriak dan teringat pada suamiku, sementara tubuhku berkata lain. Dan Tomy sangat mengetahui perubahan perlawananku akhirnya dengan sedikit paksaan tubuhku dibimbingnya keluar dari kamar kecil itu dan bergerak ke arah sofa ruang tamu.
“Tuh kan… dari pada bermain sendiri lebih naik sama Tomy, mbak” katanya dengan tenang seolah memintaku agar memperbolehkanya bertindak lebih jauh.
“Eehh…” itulah kata yang akhirnya keluar dari mulutku saat jarinya mempermainkan tonjolan diatas “barang”ku, aku sudah membayangkan apa yang akan segera aku dapat. aku sudah tak memperdulikan bahwa aku akan diperkosa tapi aku sedang menunggu sebuah kenikmatan yang datang tanpa aku cari.
“Mbak butuh ini kan” katanya sambil menuntun tangan kiriku kearah selakangnya.
“Ya ampun” titit laki-laki ini sudah mulai menegang dan cukup besar, aku membayangkan titit milik suamiku sementara yang aku pegang ini terasa lebih besar dan panjang, tanpa pikir panjang aku urut titit dalam genggamanku ini dan terasa semakin membesar.
“Gimana mbak ?… uuhh..” tanya Tomy sambil melenguh menikmati urutan tangan ku pada tititnya.
Tak kujawab pertanyaannya karena aku sedang merasakan menikmati tangan kanan Tomy pada sela-sela “barang”ku yang sudah mulai membasah tanda aku telah terangsang. Sebetulnya kali ini aku sudah bebas dari cengkramannya namun aku tak mencoba untuk melepaskan diri darinya namun aku malah menunggu apa lagi yang akan diperbuat Tomy pada tubuhku.
Dengan lembut pemerkosa ini merebahkan tubuhku diatas sofa, Saat ini Tomy sudah mulai mengetahui bahwa aku sudah terangsang.
“Kulit mbak mulus dan menggairahkan bikin tititku tambah ngaceng” katanya sambil memasukkan telunjuknya pada pada lobang “barang”ku.
“Aa… ach… kamu… auh…” aku merasa sensasi yang berbeda walaupun aku sendiri sering memasukkan jari tangan pada “barang”ku.
Tomy mulai melucuti seluruh pakaianku mulai dari CD sampai blouse dan rok yang aku kenakan walau sedikit kasar tapi malah membuat aku semakin terangsang dan mengocok tititnya lebih cepat.
“Mas… aku sudah.. ohhh.. punya suami.. aaah…” kataku tak jelas apa yang aku maksud.
“Tangan… mu.. ooh.. teerus.. mbak Dew.. ahh…” katanya sambil tangan kirinya mencoba melucuti BH doreng yang ku pakai.
“Waow…” katanya sambil mencucup puting susuku dan…
“Och… eeehh… ya… aa… aah” kata-kataku mulai kacau dan menikmati jilatan Tomy pada susuku.
Tiba-tiba Tomy merubah posisi tubuhnya diatas tubuhku dan mulutnya mulai turun kearah bawah perutku.
“”barang” mbak kenyal dan enak..” mulutnya sudah sibuk menjilati “barang” serta itilku.
“Uuu.. hhaa….. mas… aa… aayoooo…!” kataku memohon agar tititnya segera menyusul mengkorek-korek lobang “barang”ku, dan memang Tomy langsung mengangkat kedua kakiku kekedua pundaknya dan menyodorkan tititnya kedepan “barang”ku yang sudah menganga meminta diisi, sadar titit gede ini akan memberiku kenikmatan segera kutarik pantat Tomy dengan kedua tanganku agar titit gede ini memperlihatkan kebolehannya, dengan sekali sentak.
“Uu… uh.. titit kamu…. ge.. due.. mas… aahh..” aku histeris karena baru kali ini aku merasakan titit segede milik Tomy, sementara Tomy mulai memaju mundurkan titit besarnya itu aku merasakan sesuatu yang besar sedang bergerak keluar masuk di dalam “barang”ku, terasa penuh seluruh rongga “barang”ku, yah sesuatu yang selama ini hanya aku bayangkan dan aku lihat saja di Film Blue.
Alam pikirku sudah tak mempedulikan suasana dan kondisi ruangan kerjaku, paling-paling Fenny saat ini sedang menikmati suara kenikmatan yang keluar dari mulutku melalui intercom yang sengaja aku angkat handlenya (Fenny memang sekretaris yang paling suka mendengarkan dan menonton film BF serta sering mendengarkan suara desahan ku saat aku sedang mengoral suamiku di kantor).
Seolah mendapatkan titit idaman aku pun menjerit nikmat.
“”barang”.. m.. bak.. enaa.. aak” katanya sedikit bergetar. Memang meskipun sudah bersuami aku yakin kalau “barang”ku masih keset mungkin karena titit suamiku yang kurang besar atau titit Tomy yang memang besar.
“Oo… aack… sentak… mas…” kataku agar dia lebih keras menyentakkan sodokannya, saat Tomy mulai mempercepat gerakannya dan kali ini aku pun mencoba mengimbangi goyangannya dengan menyambut gerakan maju-mundur sodokannya yang memang dahsyat.
Entah berapa lama dan berapa posisi kami merasakan kenikmatan titit dan “barang” ini, tapi aku tidak merasa bersalah sama sekali, tak ingat lagi titit kecil milik suamiku, ataupun istri laki-laki ini atau mungkin karena pemerkosaku memiliki titit super enak bagi “barang”ku.
Akhirnya, dengan posisi berhadapan dan kaki sebelah kiri diangkatnya, sesuatu yang kutunggu keluar juga yah aku orgasme!
“Aarch…….! Tit…..titmu…. heb…. aaat….!” seluruh organ tubuhku mencengkeram tubuh Tomy termasuk “barang”ku mencengkram tititnya lebih kuat, sementara Tomy mengetahui bahwa aku orgasme diapun tersenyum puas dan semakin giat menggenjot tubuhku lebih cepat.
“Aauh…” setiap Tomy menghunjamkan tititnya pada “barang”ku.
“Ahh… aku…. kelu….ar mbak” suara Tomy sambil sedikit menggeram.
“Jangan didalam mas!” kataku sedikit berteriak karena Tomy mau keluar segera ku tarik pantatku, ku dorong dia dan kukeluarkan titit besar ini dari dalam “barang”ku. Segera aku jongkok dihadapannya sambil kukocok tititnya, tak berapa lama Tomy menegang dan dari tititnya keluar cairan dengan kenceng.
“Croot… crot… croot…” kuarahkan tembakan pejunya kearah susuku. Akhirnya laki-laki di hadapanku ini melemas dan terduduk di samping tubuhku, titit besar ini masih mengacung meski sudah tak nampak keras lagi.
Setelah berpakaian kami pun terdiam meskipun aku yakin diapun tersenyum puas merasakan “barang”ku, menyadari posisinya yang membutuhkan persetujuanku.
“Baik mas ini saya setujui tetapi……” kataku terhenti sambil melirik ke arah tititnya.
“Oh ini mbak beres selama saya membayar cicilan perbulannya saya sempatkan untuk melunasi “barang” mbak” katanya sambil mengeluskan tangannya pada “barang”ku.
Saat ku antar Tomy keluar dari ruanganku kulirik Fenny, dia tersenyum namun mukanya memerah penuh nafsu dan aku tahu dia baru saja masturbasi sambil mendengar suara di intercome. kudekati dia dan kubisiki, “suatu saat kita kerjain dia berdua ya” kataku sambil kembali ke ruanganku.
Yah, setiap tanggal 12 Tomy datang membayar cicilannya di kasir dia pun melunasi hutangnya pada “barang”ku yang masih membutuhkan titit super enak milik Tomy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.